webnovel

Menjadi Tumbal Makhluk Tampan

Leslie merupakan gadis tomboy yang berpenampilan laki-laki. sang ayah yang sangat menginginkan anak laki-laki membuat leslie harus membuang keinginannya menjadi feminim. Di desa yang sangat damai, Leslie mempunyai tekad untuk merubah pola pikir masyarakat desanya tentang air hujan yang menyebabkan persugihan. Sahabat kecilnya, Intan menjadi korban kali ini. Saat itu juga Leslie kecewa pada Ayahnya, ia mendapati Ayahnya bersetub*h dengan Rima Sahabat Karib Adiknya, Raya. Leslie murka, ia pun membebaskan Intan, dan menjadikan dirinya sebagai tumbal tanpa sepengetahuan siapa pun. Leslie harus menghadapi kenyataan pahit, ia ditawan oleh dedemit bertubuh kekar dan berwajah tampan.

Arkan_Abinaya · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Tiga

Leslie dan Dani sampai ketika upacara hampir selesai. Mereka bersembunyi di balik semak-semak. Masyarakat desa sekarang sudah terlihat berjumlah normal lagi.

Beberapa tetua sedang membakar kemenyan di berbagai penjuru. Masyarakat rimba sudah tidak terlihat lagi oleh Leslie.

"Dan, apa kau merasakan keanehan di lapangan tadi?" Bisik leslie.

"Keanehan apa?" Balas Dani berbisik juga.

"Kau tau isu masyarakat rimba?"

"Ah~ makhluk halus yang katanya hidup berdampingan dengan kita?"

"Ya, aku seperti melihat mereka di lapangan tadi"

"Serius?"

Leslie mengangguk, sedangkan Dani bergidik ngeri kemudian menoleh ke kiri, kanan, belakang, ia ketakutan.

"Tapi aku tidak melihat lagi di sini" ujar Leslie kemudian.

Dani bernafas lega. Kemudian mereka fokus pada kegiatan yang sedang berlangsung itu.

Kepala Desa mengantar Intan duduk di sudut Batu. Batu besar yang menjadi tempat meletakkan sesajen dan semua yang akan di tinggalkan itu ternyata terdapat batu persegi panjang yang menonjol di sudut kiri.

Kira-kira sebesar ranjang satu kasur, 90 x 200 cm. Seperti sengaja di buat untuk tidur. Belum selesai Leslie berkecamuk dengan fikirannya tentang batu menyerupai ranjang itu, Kepala Desa menidurkan Intan di batu itu.

Dani mengeraskan rahangnya. Tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kemudian Kepala Desa membuka jubah Intan beserta baju adat yang dipakainya. Sekarang hanya tertinggal baju dalaman yang terbuat dari kain berwarna putih, menutupi dada sampai betisnya.

Kepala Desa mengoleskan minyak kemenyan pada dahi, bagian atas kedua payudara dan punggung Intan.

Lalu Kepala Desa juga mengikatkan tali dari kain kafan pada lengan Intan. Kemudian Kepala Desa kembali memakaikan baju adat dan jubah hitam itu kepada Intan. 

Intan dan orang tuanya saling pandang dengan air mata yang bercucuran. Kemudian masyarakat desa pun perlahan meninggalkan Intan, obor-obor pun mereka bawa.

Hanya ada Intan dan kegelapan disana.

Setelah masyarakat cukup jauh, Leslie dan Dani berjalan menghampiri Intan. Jarak yang cukup jauh membuat mereka terasa sangat susah menggapai Intan.

Kemudian mereka melihat sekelebat bayangan hitam berjubah yang tadi di lihat Dani melayang mendekat pada Intan. Intan yang menutup mata sesuai perintah Leslie tak menyadari kehadiran makhluk itu.

Dani dan Leslie terpana, mereka terpaku di tempat begitu melihat sosok itu mengendus Intan dari segala sisi. Tangan sosok itu juga berusaha membelai tubuh Intan, namun hanya tembus seperti membelai udara.

Sosok itu geram, ia menoleh ke sana kemari, terbang dari kemenyan satu ke kemenyan yang lainnya. Kemudian berteriak marah. Lalu kembali pada tubuh Intan. Sosok itu berusaha mengelus lengan Intan yang di ikat kain kafan palsu pemberian Lelsie tadi. Namun tetap tembus, seperti membelai angin.

"Ragon" cicit Dani dengan nafas tersekat.

"Siapa Ragon?" Bisik Leslie, mereka kini bersembunyi di balik pohon besar tak jauh dari Intan.

"Makhluk itu. Papaku pernah menceritakan tentangnya. Bahkan melukisnya"

Leslie kembali menatap makhluk itu, ia kemudian memutar otak mengingat lukisan di ruang kerja papa Dani. Ia mengingat betul sosok itu, namun Leslie merasa tidak ada kemiripan dengan makhluk yang sedang berusaha menggerayangi Intan disana.

"ROAAAARRKHHHHHHH!"

Makhluk itu mengeram, angin bertiup kencang, daun-daun langsung berguguran. Kesetika itu bulu kuduk Leslie dan Dani merinding.

"Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak berani kesana" bisik Dani.

"Kita harus mencari akal"

Kemudian Leslie teringat dengan kain kafannya. Ia memakai kain kafan itu di lengannya, dan juga memakai jubah hitam. Persis seperti makhluk tak di kenal itu namun dalam versi kecil dan versi manusia.

Angin kembali bertiup namun kali ini sangat kencang, Dani memegang erat pohon agar tidak tertiup angin. Sedangkan Leslie seperti tidak merasakan apa-apa.

Seketika angin berhenti bertiup, suasana hutan sangat hening, bahkan jangkrik dan burung tak berani bersuara.

Dani dan Leslie saling menatap dalam keheranan. Sayup-sayup terdengar gemuruh yang sangat besar, seperti angin topan.

Leslie dan Dani langsung berlari menghampiri Intan.

Mereka menepuk pundak kanan Intan tiga kali, Intan langsung membuka matanya lalu menyingkap kepala jubahnya dan tersenyum pada Dani dan Leslie.

Makhluk besar berjubah hitam tadi terbang-terbang di atas mereka. Intan yang baru pertama kali melihat itu langsung pucat pasi. Dani membelai tangan Intan untuk menenangkan gadis itu.

"Tenanglah, tak apa. Ada kami di sini"

Intan sedikit tenang.

Suara gemuruh yang tadi terdengar sayup kini semakin jelas. Leslie memandang Dani dan Intan.

"Lepaskan jubahmu, Ntan. Lalu pergilah!"

Dani segera membantu Intan membuka jubahnya. Suara gemuruh itu semakin jelas. Kemudian mereka bisa melihat ratusan makhluk serupa dengan makhluk berjubah hitam tadi berterbangan di langit.

Mereka terbang kesana kemari seakan-akan sedang marah membuat suara yang begitu bising.

Leslie kembali menyuruh Intan dan Dani pergi. Mereka menolak,

Makhluk yang tadinya berterbangan kini menukik kebawah berkumpul di di sekitar mereka. Beberapa dari mereka mencoba menyentuh Intan, namun tak berhasil.

Intan semakin takut, Tak ada pilihan lain. Dani segera menggendong Intan.

"Pergilah" ucap Leslie.

Dani dan Intan segera pergi dari sana. Makhluk-makhluk berjubah hitam yang jumlahnya sudah sangat banyak itu berterbangan mengelilingi Leslie.

Leslie menutup kepalanya dengan hoodie jubah itu lalu memicingkan mata. Makhluk-makhluk itu terus mengeram marah dan berterbangan. Hingga salah satu makhluk itu tak sengaja menubruk Leslie.

Jubah leslie jatuh akibat tak diikat dengan kuat, menampilkan kain kafan yang bertengger di lengan kirinya.

Makhluk-makhluk yang tadinya berkeliaran dengan brutal seketika berhenti, menatap leslie.

Leslie juga menatap mereka, seketika keringat dingin mengucur deras dari pelipis Leslie. Leslie menoleh kesamping kanan, dengan pandangan pasrah.

Kemudian terlihat kepala desa baru sampai membawa sebuah obor. Kepala Desa melotot sempurna, ia tak bisa menggerakkan bibir untuk sekedar berbicara melihat kondisi anaknya serta keberadaan makhluk-makhluk itu.

"Ayah"

Bisik Leslie pelan.

Ratusan makhluk itu segera berterbangan ke arah Leslie dengan kecepatan tajam. Mereka seakan akan merobek tubuh Leslie dengan jubah mereka.

Leslie memekik, pekikannya terdengar pilu oleh kepala desa. Kepala Desa meneteskan air mata dam tersimpuh melihat anaknya ikut melayang bersama ratusan makhluk itu.

Kepala Desa berlari memanjat batu besar itu, ia berusaha meraih Leslie. Namun Leslie terangkat terlalu tinggi.

Kepala Desa meraung melihat anaknya sudah tidak terlihat lagi akibat kerumunan makhluk-makhluk itu. Raungannya pun semakin keras, ketika Leslie memekik sangat keras.

Kemudian terlihat ratusan makhluk itu terpental ke segala arah. Terlihat kesakitan, lalu hilang menjadi asap tertiup angin.

Kepala Desa melototkan matanya melihat tubuh Leslie terjatuh bebas dari ketinggian yang melebihi tinggi gunung.

Kepala desa dengan tergesa-gesa meniup-niup semua kemenyan agar menyala lagi. Ia dengan frustasinya berlarian dari sudut satu ke sudut yang lainnya.

"Oh Ragon, tolonglah anakku" pekiknya berkali-kali.

Tubuh Leslie semakin terjun ke bawah. Kepala Desa kalut, ia menendang semua kemenyan dan berlari ke atas batu, berusaha mencari posisi untuk menangkap Leslie.

Pandangan Kepala Desa sudah kabur oleh air mata. Ia tak bisa lagi melihat tubuh Leslie dengan jelas. Ia terus memekikkan nama Ragon dalam hati.

Kemudian terlihat tubuh Leslie di tangkap oleh seseorang di udara dan dibawa turun ke batu tepat dihadapan kepala desa.