webnovel

Chapter 8 : Menjual Pasta Paprika

"Ger Mao, apakah kamu akan ke pasar?"

Yan Mao menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Ya, Paman Ger Chen, apakah Paman Ger Chen juga akan ke pasar?"

Ger Chen tersenyum. Ger Chen adalah Istri dari dokter Chen, dia biasanya pergi ke pasar untuk menjual beberapa tanaman obat yang langka dan menghasilkan beberapa uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Ger Chen sangat ramah, dia tidak pernah memiliki permusuhan dengan siapapun. Karena suaminya juga seorang dokter, dia cukup dihormati didesa. Meskipun begitu, Ger Chen tidak pernah sombong dan bermulut besar.

"Aku memiliki beberapa tanaman yang mungkin bisa dijual di pasar." Ger Chen menatap kearah keranjang Yan Mao yang ditutupi oleh kain. "Ger Mao, apakah kamu akan menjual sesuatu?"

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Karena masa penanaman sudah selesai, aku ingin menghasilkan beberapa uang di kota."

Ketika beberapa Ger Muda yang berusia sama dengan Yan Mao. Mereka mengejek. "Ger Mao, apa yang akan kamu jual? Jangan menjual barang-barang tidak berguna, jika tidak kamu akan dipukuli."

Ger Chen segera membatah. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan. Kerajaan melarang keras pemukulan pada Ger. Tidak ada yang akan memukulnya."

Ger itu awalnya jatuh cinta pada Song Tianchen, meskipun keluarganya tidak memperlakukannya dengan baik. Namun Song Tianchen adalah pekerja keras, dia percaya bahwa jika dia menikahi Song Tianchen, dia akan menikmati berkah.

Namun ketika dia mendengar berita tentang perselingkuhan Song Tianchen dan Yan Mao. Dia sangat marah dan membuat rumor bahwa Yan Mao tidak tahu malu mencoba menggoda Song Tianchen.

Mereka tahu bahwa Yan Mao tidak menerima lamaran siapapun sampai pada usia 14 tahun. Jadi dia menggunakan trik untuk merayu Song Tianchen, pada saat itu semua orang percaya pada ucapannya.

Pada akhirnya, Song Tianchen menikahi Yan Mao. Rumor meskipun sudah mereda, namun beberapa orang langsung memandang rendah Yan Mao. Ger Mao awalnya adalah orang yang pemalu, ketika dia mendengarkan rumor tentangnya, terkecuali pergi ke landang bersama suaminya, dia tidak pernah pergi kemanapun.

Yan Mao menatap mata penuh ketidaksenangan Ger didepannya, dia hanya menatapnya tanpa memberikan reaksi apapun. Yan Mao, jangan merendahkan dirimu pada anjing yang mengonggong, itu tidak pantas.

Ger Chen melihat kearah Yan Mao yang terlihat tidak peduli, dia sedikit terkejut. Ger Mao biasanya orang yang pemalu dan begitu orang-orang membicarakannya, dia akan bersembunyi seperti kura-kura.

Itulah kenapa rumornya menjadi semakin benar dan nyata.

Ger Chen berkata, "Jangan khawatir. Bahkan jika kamu tidak bisa menjualnya, beri beberapa padaku. Aku akan memberi harga, meskipun itu sedikit murah."

Yan Mao tersenyum. "Paman Ger Chen terima kasih atas keramah-tamahanmu. Aku akan mencoba keberuntungan di kota."

Ger Chen tersenyum. "Itu bagus."

Ger yang berbicara bersama. Ger Liu, dia mendengus. "Itu pasti tidak akan dapat dijual."

Yan Mao tersenyum. "Bagaimana kamu tahu itu tidak akan terjual?"

Ketika Ger Liu melihat reaksi Yan Mao, dia sedikit terkejut. Dia segera membantah. "Tentu saja itu tidak akan terjual, siapa yang ingin membeli makanan dari seorang Ger yang menggunakan tubuhnya untuk mengambil tunangan orang lain."

Yan Mao menyipitkan matanya, cahaya dingin muncul dimatanya. Ketika Ger Liu melihat penampilan Yan Mao pada saat ini, dia sedikit dingin dihatinya. Ujung bibir Yan Mao semakin tertarik ke atas.

Dia adalah raja bisnis, semua jenis manusia, dia sudah melihatnya. Ger ini, mencoba mengacaukannya, bermimpi.

"Oh, benarkah?" Yan Mao tersenyum.

Ger Liu segera marah. "Kamu..."

"Bahkan setelah menikahi seorang Suami, kamu masih memiliki kasih sayang pada Suami orang lain. Bukankah itu sedikit memalukan?" Yan Mao menatapnya dengan tatapan intimidasi, senyumnya masih tercetak dibibirnya.

Ger Liu bergetar karena marah. "Omong kosong."

Dabao dan Erbao yang mendengarkan ucapan Daddy mereka. Mereka segera berbicara. "Ayah kami tidak akan menyukaimu. Kamu sangat jelek, Daddy kami lebih cantik darimu."

Yan Mao, "....."

Ger Liu, "....."

Semua Ger yang didalam kereta, "....."

Ger Chen tercengang, lalu tertawa. "Fftth.."

Beberapa Ger menonton adegan Ger Liu dipermalukan oleh Dabao dan Erbao. Mereka juga ikut tertawa. Wajah Ger Liu memerah karena marah dan malu. Yan Mao menatap kearah kedua putranya. Dia menggelengkan kepalanya.

"Kenapa berbicara omong kosong, apakah Daddy cantik?" Yan Mao menggoda keduanya. Erbao dan Dabao tersenyum. "Ya cantik, setidaknya lebih cantik dari Paman Ger Liu?"

Yan Mao, "..."

Apa maksudnya lebih cantik dari Ger Liu? Jelas Ger Liu lebih jelek darinya. Oh putraku, kalian benar-benar buta.

Ger Chen tidak terlalu sering berhubungan dengan Dabao dan Erbao. Namun ketika dia melihat kelucuan putra Yan Mao. Dia tidak bisa menahan diri untuk berbicara bersama mereka. Seingat Ger Chen, kedua anak ini biasanya sangat pendiam dan patuh.

Mereka sangat kurus dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Sekarang, meskipun mereka masih kurus, namun mereka lebih ceria. Ger Mao juga sedikit berubah, dia tidak pemalu seperti sebelumnya.

Sedikit aneh, namun setidaknya akan lebih baik jika Ger Mao seperti ini.

______

Kereta berhenti. Paman Qian menatap kearah mereka. Semua orang membayar upah, Yan Mao membayar tiga sen. Paman Qian memandangnya. "Kenapa membayar 3 sen, bayar saja 1 sen. Ini kembalianmu."

Yan Mao menatapnya. "Paman, kami pergi dengan tiga orang."

Paman Qian mengoyangkan tangannya, "Anak-anak tidak masuk dalam hitungan. Lagipula mereka tidak memakan banyak tempat. Kamu simpan saja uang ini."

Yan Mao tersenyum. "Paman Qian, terima kasih."

Dabao dan Erbao membungkuk sedikit, "Kakek Qian, terima kasih."

Paman Qian segera tersenyum. "Ayo, ayo kalian pertama kali pergi ke pasar, kalian harus menikmati pasar."

Ketiganya menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga tidak tahu dimana restoran Wu Nian. Ketika Yan Mao mencoba melihat-lihat, Ger Chen mendekatinya. "Ger Mao, apa yang kamu cari?"

"Paman Ger Chen, aku tidak tahu dimana restoran saudara Wu berada?"

"Saudara Wu?" Ger Chen sedikit mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa Wu Nian bekerja dikota dan di sebuah restoran. Dia menjadi penjaga toko. Sebagai penjaga toko, tentu saja gajinya cukup besar dan membuat orang desa iri.

Namun Wu Nian dulunya seorang tongseng (pelajar tingkat desa), jadi dia bisa membaca dan menulis, itulah kenapa dia bisa menjadi penjaga toko.

Ger Chen melihat mereka kebingungan, dia segera tersenyum. "Kalau begitu, ayo aku akan menunjukkan tempatnya pada kalian."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. Sangat senang karena Ger Chen membantu mereka. Setelah berjalam cukup jauh, mereka menemukan sebuah restoran dengan tempat paling menguntungkan. Pusat dimana orang-orang lewat.

Yan Mao memandang kearah restoran, meskipun cukup kecil namun memiliki tiga lantai. Ketika penjaga melihat kearah mereka berempat, melihat dari pakaian mereka, keempat orang ini berasal dari desa.

Penjaga menyapa mereka dengan baik. "Apakah kalian membutuhkan sesuatu?"

Dibawah bimbingan Wu Nian, dia meminta penjaga untuk ramah kepada siapapun. Tidak peduli apakah pakaian mereka sangat buruk. Setidaknya, restoran mereka tidak akan memiliki reputasi buruk.

Yan Mao tersenyum sedikit. "Aku datang mencari penjaga toko Wu. Kami berasal dari desa yang sama."

Penjaga saling berpandangan, namun mereka akhirnya menganggukkan kepalanya. Salah satu dari mereka segera naik ke toko. Setelah dia pergi, baik Yan Mao dan kedua anaknya menunggu kedatangan penjaga.

Yan Mao menatap kearah Ger Chen, "Paman Ger Chen, apakah kami merepotkanmu? Kami minta maaf, Paman Ger Chen bisakah kamu menjual barangmu?"

Ger Chen segera tersenyum. "Ini bukan masalah besar, lagipula barang ini tetap bisa dijual tidak perlu khawatir."

Tidak lama kemudian, Wu Nian turun bersama dengan penjaga tadi. Ketika Ger Chen melihat Wu Nian, dia merasa lega. Wu Nian datang mendekat. "Ger Mao, kamu akhirnya datang. Ayo masuk, masuk. Kebetulan boss ada didalam."

Wu Nian menatap kearah Ger Chen. Dia sedikit membungkukkan tubuhnya. "Paman Ger Chen, apakah kamu ingin masuk ke dalam? Ayo masuk."

Ger Chen segera menggelengkan kepalanya. "Aku harus menjual obatku. Karena Ger Mao sudah bertemu denganmu. Aku akan meninggalkannya sekarang."

Wu Nian menganggukkan kepalanya. Lalu Wu Nian menyapa Yan Mao dan membawanya masuk ke toko. Para penjaga menatap kearah penjaga toko dengan bingung.

"Kenapa penjaga toko begitu ramah pada Ger yang bernama Mao itu?"

Penjaga yang lain mengangkat bahunya. "Siapa yang tahu? Mungkin Ger itu membawa sesuatu yang menguntungkan di toko."

Ketika penjaga toko saling berpandangan, mereka tidak mengatakan apapun lagi. Wu Nian membawa Yan Mao dan kedua putranya masuk ke dalam toko. Wu Nian membawa mereka ke sebuah kamar pribadi. Ini adalah lantai dua.

Wu Nian segera memerintah pelayan untuk membawakan makanan ringan dan teh, segera pelayan melakukan tugasnya. Wu Nian tersenyum. "Ger Mao, berapa banyak yang kamu punya?"

Yan Mao tersenyum. "Tidak banyak saudara Wu, ini sekitar 10 botol."

Wu Nian sedikit terkejut, 10 botol itu banyak. Dia tidak berharap bahwa itu sangat banyak. "Ini banyak. Apakah kamu akan menjual semuanya di sini?"

Yan Mao sedikit malu. "Saudara Wu, ini tergantung harga yang diberikan oleh pemilik restoran, begitu dia memberikan harga yang memuaskanku, aku akan selalu menjual barang ini disini."

Wu Nian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku yakin kamu akan mendapatkan harga yang memuaskan."

Wu Nian mengatakan bahwa dia akan pergi memanggil bossnya. Kedua anak itu memakan beberapa makanan ringan. Yan Mao menatap mereka. "Bersikaplah sopan, jangan terlalu serakah."

Dabao dan Erbao berkata, "Daddy kue ini sangat enak."

Erbao menganggukkan kepalanya. "Ya, Daddy. Ini sangat enak."

"Jika pasta paprika ini laku. Maka kita akan membelinya dan membawanya pulang." Yan Mao tertawa. Kedua anak itu yang mendengarkan ucapan Daddy mereka. Mereka berdua sangat senang.

"Benarkah Daddy? Kami bisa membawanya?"

Yan Mao menganggukkan kepalanya. Dia menggosok kepala kedua putranya. Dabao tersenyum dan telinganya sedikit memerah. "Aku akan membawakan A-Xie kue ini."

Erbao menatap saudaranya. "Saudaraku, apakah kamu ingin menikahi A-Xie dimasa depan?"

Dabao memerah ketika mendengarkan ucapan adiknya.

Yan Mao, "....."

Kenapa bocah berusia 4 tahun sangat santai berbicara tentang pernikahan? Seperti mereka terbiasa berbicara seperti ini. Dunia ini benar-benar mainstream.

Erbao tersenyum. "Saudaraku, apakah A-Xie ingin menikahimu?"

Dabao, "Tentu saja dia akan menikahiku."

"Oh, mungkin dia terpaksa menikah denganmu. Lihat kamu, tidak memiliki apa-apa sekarang. Apa yang ingin kamu berikan padanya? Saudaraku berhentilah bermimpi."

Dabao, "...."

Next chapter