50 Chapter 50: Malam Pertama 2 (R18+)

Yan Mao mengulurkan lidahnya, dia langsung masuk ke dalam mulut Song Tianchen. Pria itu sudah cukup terkejut, namun dia segera mengikuti langkah Yan Mao. Song Tianchen merasakan ciuman Yan Mao lebih ganas dan cepat darinya.

Dia memiliki langkah-langkah kaku, sedangkan Yan Mao sangat jelas dan cepat. Yan Mao melepaskan ciumannya. "Lebih cepat!"

Song Tianchen mendengarkan ucapan Yan Mao, dia segera mempercepat gerakan tangannya. Yan Mao merasakan tanda-tanda ingin ejakulasi.

"Ahh..."

Dia tanpa sadar melengkungkan tubuh langsingnya dan cairan putih lengket di tembakkan ke dada Song Tianchen.

Melihat ini, Song Tianchen merasakan sesuatu yang baru dan kesenangan yang aneh. Hatinya membengkak karena perasaan panas yang dia alami. Yan Mao tanpa sadar setelah menembakkan cairannya adalah berbaring di tempat tidur.

Dia bernapas dengan kasar, mulutnya sedikit terbuka dan bernapas melalui mulutnya. Yan Mao pertama kali merasakan kesenangan. Dia tidak tahu bahwa Song Tianchen mencurigainya sekarang.

Yan Mao menatap kearah bagian bawah Song Tianchen yang menonjol. Wajahnya memerah namun nafsunya terlihat jelas di matanya. Song Tianchen merasakan tatapan panas pihak lain. Dia melepaskan pakaiannya dan akhirnya tidak mengenakan apapun.

Bagian bawah itu berdiri tegak, Yan Mao segera menelan ludahnya. Dia sudah mengira bahwa benda itu besar, namun dia tidak berpikir bahwa itu sangat besar. Sungguh, ini benar-benar sangat besar.

Song Tianchen meletakkan tangannya pada pantat bulat Yan Mao, dia meremaskan sedikit. Ini membuat Yan Mao merasa panas. Dia tanpa sadar mengeluarkan erangan, "Nghh..."

Jari pria itu berada di Antara belahan pantat Yan Mao. Dia memasukkan jarinya diantara cela-cela belahan pantat. Ketika Yan Mao merasakan gerakan Song Tianchen. Dia tanpa sadar menggosok pantatnya.

Song Tianchen merasa bahwa Yan Mao jauh lebih aktif malam ini. Dia memasukkan jari-jarinya dan membelah pantat itu. Dia melihat bahwa krisan merah Muda yang indah. Song Tianchen mengarahkan batang dagingnya ke krisan itu.

Ketika dia memasukkan bagian kepala jamur itu, Yan Mao melebarkan matanya. Ini menyakitkan. Kenapa langsung memasukkannya tanpa pemanasan.

Daging besar berurat itu masuk ke dalam krisannya, karena Yan Mao teransang lebih dulu. Krisannya jauh lebih basah. Awalnya Yan Mao memang merasakan sakit yang luar biasa, namun secara bertahap. Yan Mao merasa bahwa krisannya menyesuaikan dengan batang daging besar itu.

Yan Mao berpikir bahwa rasa sakit di awal segera menghilang ketika batang daging sepenuhnya masuk ke dalam. Song Tianchen juga merasa kesulitan, krisan istrinya begitu ketat dan dia merasa sedikit sesak.

Sudah tiga tahun, itu wajar jika dia merasa ketat. Song Tianchen menghela napasnya dengan kasar, wajahnya memerah dan sedikit keringat muncul pada dahinya. Yan Mao melihat ke atas dan menemukan bahwa wajah Song Tianchen jauh lebih tampan ketika wajahnya memerah dengan keringat pada wajahnya.

Yan Mao merasa malu sebentar. Dia segera berbisik, "Kamu bergerak."

Song Tianchen tersenyum, dia menyingkirkan rambut yang menempel pada dahinya. Dia mengikuti intruksi Yan Mao, awalnya Song Tianchen bergerak pelan menyesuaikan dinding-dinding krisan dengan batang miliknya.

"Ahh... ngh.." Yan Mao mengerang dan mengigit bibirnya. Song Tianchen melihat bahwa dia mengigit dengan keras, dia berbisik. "Istri, jangan mengigit terlalu keras. Bibirmu akan terluka."

Bukannya dia tidak ingin, hanya saja dia merasa sangat memalukan ketika dia mengeluarkan erangannya.

Yan Mao mengelengkkan kepalanya. Song Tianchen tersenyum, dia menundukkan kepalanya. "Istri, aku menyukai suara eranganmu. Lebih baik banyak mengeluarkannya."

Wajah Yan Mao memerah, sungguh kata-kata yang tidak tahu malu. Yan Mao melepaskan gigitannya, ketika Song Tianchen melihat ini, dia mendorong pinggulnya lebih keras. Yan Mao melebarkan matanya dan mendesah.

"Ahh... terlalu... dalam..."

Song Tianchen mendengarkannya, dia mempercepat gerakannya dan memukul bagian prostat Yan Mao. Ini membuat lelaki dibawah itu hampir gila akan kesenangan.

"Ahh... ah... luar biasa... ah..."

Song Tianchen mendesah dengan suara kasar, dia juga sedikit mengerang. Meskipun tidak sejelas Yan Mao. Gerakannya cepat sampai akhirnya dia ingin ejakulasi. Yan Mao merasakan bahwa itu semakin membesar dan bengkak.

Dia juga merasa bahwa dia akan melakukan ejakulasi lagi. Keduanya akhirnya menembakkan cairannya. Song Tianchen menembakkan di dalam krisan, dia berharap bahwa istrinya memiliki putra lagi.

Tentu saja, Song Tianchen tidak memaksa istrinya.

Yan Mao merasakan kesenangan yang tinggi, tubuhnya melengkung kuat saat dia menembakkan cairannya. Setelah dia puas, dia merasa tubuhnya sangat lemah hanya dengan dua kali ejakulasi.

Ketika Song Tianchen melihat ini, dia menemukan bahwa Yan Mao tertidur. Song Tianchen hanya bisa tersenyum, selalu seperti ini. Namun Song Tianchen tidak menuntut banyak dari Yan Mao.

Dia melepaskan batang dagingnya dan melihat sisa cairan itu keluar. Song Tianchen mengambil pakaiannya dan berjalan ke luar. Dia pergi ke dapur kebetulan Yan Mao selalu menyimpan air hangat untuk cadangan.

Song Tianchen mengambil air hangat itu dan menumpahkannya di dalam baskom kayu. Dia membawa baskom itu ke kembali ke kamarnya dan membersihkan sisa ejakulasi di tubuh Yan Mao dan mengganti selimut yang baru.

Song Tianchen memastikan semuanya sudah di bersihkan. Dia mematikan lampu minyak, cahaya bulang masuk melalui celah jendela. Song Tianchen memeluk tubuh Yan Mao dan tertidur nyenyak.

______

Keesokan paginya.

Song Tianchen bangun lebih awal, dia melihat ke halaman dan menemukan bahwa kedua putranya sedang berdiri di halaman dan berlatih. Song Tianchen berjalan mendekat, kedua anak itu langsung tersenyum.

"Ayah, kenapa terlambat?"

Song Tianchen tersenyum. "Ayah terlambat tidur tadi malam. Jadi bangun agak siang. Kalian sudah berlatih?"

Kedua anak itu menganggukkan kepalanya. "Ayah, Ayah, ayo ajarkan kami jurus yang lebih berat."

Song Tianchen menggosok kepala putranya, "Kalian terlalu cepat belajar yang lebih berat, ayo belajar perlahan. Ayah akan mengajari kalian tahap yang lebih mudah sehingga kalian bisa menguasai tahan yang lebih sulit."

Erbao menatap kearah Ayahnya. "Ayah, kenapa harus melakukan yang lebih mudah? Bukankah kita sudah melakukannya beberapa hari yang lalu."

Song Tianchen menggosok kepala putranya, "Itu hanya beberapa gerakan dasar. Ada banyak gerakan dari jurus yang lebih mudah. Aku ingin kalian berdua belajar menguasainya."

Dabao dan Erbao segera menganggukkan kepalanya. Mereka berdua langsung mengikuti perintah Ayahnya. Song Tianchen mempraktikannya banyak gerakan pada kedua anaknya. Ini sedikit mengejutkan Song Tianchen.

Hanya kurang dari 2 minggu, kedua putranya sebenarnya cukup terampil dalam gerakan yang lebih mudah. Meskipun ini seni bela diri yang lebih mudah, namun tidak banyak tentara yang bisa melakukannya.

Song Tianchen tanpa sadar menatap mereka dengan kedua mata bersinar. Dia menemukan bahwa putra-putranya berbakat dalam seni bela diri. Setelah keduanya memiliki keringat di tubuh mereka. Song Tianchen memerintah mereka untuk berhenti.

Berkat makanan enak dan air ajaib Yan Mao. Kedua anaknya berkembang lebih cepat. Keduanya terlihat seperti anak yang hampir 5 tahun. Mereka anak-anak yang cantik. Dan mirip dengan Song Tianchen.

Keduanya mengikuti perintah Ayahnya dan segera pergi mandi. Song Tianchen melihat keduanya pergi. Dia merasakan seseorang di dapur. Song Tianchen berpikir bahwa itu adalah istrinya.

Ketika Song Tianchen memasuki dapur, dia melihat kearah Daddy Yan sedang memasak. Dia datang, "Daddy, mengapa kamu memasak?"

Daddy Yan menatap kearah Song Tianchen, dia tersenyum menggoda. "Aku khawatir bahwa Mao Er tidak bisa memasak pagi ini. Ya, cucu-cucuku akan kelaparan."

Song Tianchen mengerti godaan Daddy Yan, dia hanya bisa menggosok kepalanya. "Aku tidak bisa menahan diri."

Daddy Yan segera tertawa. "Kalian anak Muda, tentu saja tidak harus menahan diri. Lagipula Dabao dan Erbao sudah besar, kalian seharusnya memberikan mereka adik lagi."

Song Tianchen tertawa. "Aku akan bekerja keras."

avataravatar
Next chapter