webnovel

Mengenali Musuh

Cassidy Belgenza memang bukan anak manja. Ia pernah hidup sederhana di sebuah kota kecil bernama Crowford bersama kakak dan ayah angkatnya, Grey Hunter. Meskipun sebelumnya Cass sering memaklumi penolakan, entah mengapa saat berhadapan dengan Sophie, ia tidak suka. Baginya Sophie tidak seharusnya memperlakukannya seperti itu. Gadis itu seperti seorang pemberontak yang tidak mengenal takut sama sekali. Hal itu membuat Cass gusar.

"Kamu tidak tahu siapa aku ya? Aku bisa membuatmu kehilangan reputasimu, Nona manis! Jadi jangan kira aku adalah anak kecil yang bisa kamu permainkan!" sahut Cass mulai geram dengan jawaban penolakan yang diberikan oleh Sophie padanya.

"Aku tidak main-main! Aku tidak pernah takut pada ancamanmu sama sekali," sahut Sophie balik menghardik Cass. Cass menarik napas panjang dan kesal. Ia mengangguk mengerti.

"Jika kamu tidak mau menuruti perintahku, aku tidak akan segan-segan menyebarkan video kita ke media sosial. Tidak sulit mencari akunmu, Sophie! Aku hanya tinggal menautkannya saja!" ancam Cass pada Sophie. Mungkin jika Sophie ada di depannya, ia akan mencekik gadis itu. Entah mengapa Cass malah begitu membenci Sophie. Perilaku Sophie yang menyakiti Angelica membuat Cass makin emosi.

"Kamu tidak akan berani!"

"Kamu kira aku hanya mengancam kosong, iya?"

"Aku tahu jika kamu adalah anak orang kaya, kamu tidak akan mau merusak reputasimu! Apa yang akan dikatakan oleh orang tuamu, jika mereka melihat video itu beredar, bukankah mereka juga akan malu?" balas Sophie balik memukul Cass.

Cass membesarkan matanya. Wah, akan jadi masalah jika hal itu terjadi. Cass memejamkan mata. Ia benar-benar harus membuat Sophie tunduk padanya. Gadis itu begitu sulit diajak kompromi.

"Jangan memancingku Sophie Marigold!"

"Aku tidak akan pernah tunduk padamu, Cassidy Belgenza. Bermimpilah!" Sophie sontak memutuskan sambungan ponsel itu dan membuat Cass tersentak kaget.

"Apa ... halo? Halo!?" teriak Cass begitu kesal dan hampir melempar ponselnya.

"Aaahkk ... sial! Ah, dasar gadis, ahhhk ... tidak bisa diatur! Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus membuatnya menurut! Aku harus berbuat sesuatu," ujar Cass mulai mondar-mandir di kamarnya. Cass jadi makin tidak tenang gara-gara sikap Sophie yang melawannya seperti tadi.

Sementara di kamarnya, jantung Sophie hampir copot gara-gara pembicaraannya dengan Cass baru saja.

"Oh Tuhan, oh tanganku ..." Sophie sampai gemetaran gara-gara berdebat dengan Cass baru saja. Sophie tidak pernah berdebat dan melawan seorang pria seperti itu sebelumnya. Cass akan membuat hidupnya sulit.

"Aku harus kuat, aku tidak boleh menyerah pada pria itu! Dia harus pergi dari hidupku."

Keesokan harinya, Sophie kembali berperilaku seperti biasanya. Ia keluar cukup pagi dari kamarnya karena sesungguhnya semalaman ia tidak bisa tidur. Sophie bergabung untuk sarapan dengan anggota keluarganya. Bedanya kali ini, Sophie tampak diam dan tidak bicara.

"Aku dengar proyek galerimu akan segera selesai. Apa kamu sudah mengunjunginya?" tanya Jonathan pada putrinya, Sophie yang tengah sarapan pagi dengan tenang. Sophie terdiam sejenak. Seharusnya kemarin ia datang ke proyek galeri itu tapi tidak dilakukannya. Ia malah pergi ke toko bunga milik Madison dan bertemu dengan Cass di sana. Lalu dia pulang mengantarkan Laura dan bertemu dengan Cass lagi.

"Kenapa kamu diam saja?" tegur Jonathan lagi menoleh pada Sophie karena ia tidak menjawab. Sophie tersentak dan menoleh pada ayahnya. Laura terus memperhatikan sikap adiknya yang lebih banyak melamun belakangan ini.

"Uhm, aku ... aku belum ke sana, Dad," jawab Sophie dengan keraguan. Jonathan mendengus kesal dan mengaitkan kedua jemarinya di depan wajahnya. Jika sudah bersikap seperti itu maka Sophie harus bersiap dimarahi.

"Apa saja yang kamu lakukan sampai kamu tidak melakukan pekerjaanmu sebagaimana seharusnya?" Jonathan mulai memojokkan putrinya lagi. Kourtney langsung menegur suaminya memberikan penjelasan.

"Sayang, aku tahu kamu menginginkan Sophie untuk mulai serius dengan perusahaan, tapi dia kan baru saja kembali. jangan membebaninya dengan banyak tugas." Jonathan menoleh pada istrinya dan menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya ingin dia bertanggung jawab pada pekerjaannya. Kenapa kamu malah membelanya?" sahut Jonathan membalas. Kourtney tersenyum lalu memegang lengan suaminya.

"Sophie sedang belajar, iya kan, Sayang?" pandangan ibunya mengarah pada Sophie yang akhirnya hanya bisa mengangguk. Jonathan menarik napas panjang dan masih kesal. Ia masih mendelik pada Sophie yang diam saja seperti pasrah menerima apa pun.

"Hari ini kunjungi proyek itu dan temui manajernya. Berikan laporan pada wakilku nanti sore. Mengerti?" Sophie menarik napasnya lalu mengangguk pelan. Wajah Sophie tidak tersenyum sama sekali. Ia terus dan makin murung dari hari ke hari dan itu mulai membuat Laura cemas.

Sesuai dengan perintah ayahnya, Sophie melaksanakan pekerjaannya sebagai head chief of design di perusahaan tersebut. Sophie akan mendiskusikan segala hal yang diperlukan dalam pembangunan galeri seni yang akan memuat barang-barang museum kontemporer.

"Nona Marigold, perkenalkan. Ini adalah salah satu perusahaan yang akan bekerja sama dengan kita," ujar manajer galeri pada Sophie yang tengah berbicara dengan salah satu stafnya. Sophie pun menoleh dan membesarkan matanya.

"Collin?"