webnovel

Menikahimu

Andra Hanani adalah Kakak pertama dari empat bersaudara, terlalu sibuk mengurus adik-adiknya dari Sekolah Dasar sampai mereka menuju dewasa. Kesibukan yang luar biasa, sampai membuat dia acuh kepada diri sendiri dan tidak memikirkan wanita. Wanita renta yang menemaninya, yang tidak lain adalah sang Oma, menginginkan dia segera menikah sebelum kepala empat. Rosiana Giva dipilih sang Oma untuk mendampingi Andra. Andra terpaksa menikahi gadis itu karena Oma terkena serangan jantung, walau tahu Oma hanya ekting, namun Andra ingin membahagiakan sang Oma dan dia menuruti kemauan Oma dan menikahi gadis itu. Gadis yang sangat ceria dan tidak mudah mengeluh ini, apa bisa meluluhkan hati Andra? Apa Andra akan mudah mencintainya? Baca kisahnya, hanya di Menikahimu.

Airin123 · Urban
Not enough ratings
258 Chs

Sungguh Tidak Terduga

Andra dan Anna selesai salat dhuhur karena tidak jadi keluar mereka hanya di dalam kamar.

Andra meraih ponselnya, mencoba iseng melacak keberadaan Nayla, Andra duduk tegap, membulatkan mata saat tau alamatnya.

"Aku satu resort sama dia," gumamnya lalu ganti sarung dan baju dengan celana dan kaos, lalu bergegas mencari.

Andra meninggalkan ponsel yang masih menyala, Anna melihatnya.

"Nayla di sini?" ujarnya setengah tidak percaya. Anna menghela napas dan segera mencari suaminya.

'Baru saja aku bahagia dan sekarang, Anna sabar ... sabar. Ah tidak mungkin dihadapan mantan pacar aku terlihat tidak bahagia. Apa lagi jika mantan pacar tau suamiku masih mencintai masalalunya. Benar kata mereka mantan adalah mahluk paling menakutkan.' Batin Anna terus berjalan cepat mencari suaminya.

Anna menghentikan langkah saat tau Andra menarik tangan Nayla. Anna berjalan mundur dan bersedih, seketika matanya berkaca-kaca.

"Mas ... ada suaminya Nayla, dan kamu masih menggodanya," gumam Anna yang masih belum percaya. Nayla melepaskan tangan Andra dan segera berlari ke suaminya yang fokus ke ponselnya. Nayla menggandeng mesra suaminya, jelas saja Andra merasa benci dengan apa yang dilihatnya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Au ..." teriak Anna kakinya berdarah karena paku, Anna mencabut paku dan dia terjatuh. Andra melihatnya, lalu berlari dan segera menolong. Andra membopong Anna tanpa ekpresi, dia juga tidak bertanya apa-apa.

Membawa tubuh itu melayang sangatlah mudah, otot Andra sangat kekar.

"Jangan ganggu istri orang dosa tau," tegur Anna hanya berpegangan di pundak dengan tangan kanan yang melingkar di bawah lengan kiri Andra. Andra tetap membisu dengan wajah datarnya.

"Ya Allah ... kasihani hamba ...." ujar Anna berbisik dengan mendekatkan wajahnya.

Andra merasa geli namun dia tetap biasa saja. Andra menurunkan istrinya di ranjang.

Andra akan pergi lagi.

"Kakiku sakit, sangat sakit ... bisa-bisa infeksi parah, nanti aku malah akan semakin merepotkan. Jadi ... bojo, tolong obatin dong," pinta manja dari Anna. Andra terlihat sangat enek dan muak.

Dia melihat orang bersembunyi dengan kameranya. 'Jelas saja Oma pasti menyuruh orang untuk mengintai,' batinnya segera mencari kotak obat. Wajah Anna sangat pucat, Andra melihanya dia segera menekan agar darahnya keluar.

"Ibu ... Ibu ..." lemah tanpa daya, suara Anna kali ini menggetarkan hati Andra. Andra menekan terus, agar darah yang tersumbat keluar.

Andra segera memperban luka itu setelah memberi antiseptik dari kopernya, wajah Anna memucat dan dipenuhi keringat dingin. Andra segera mengopresnya. Dia masih melihat asisten Omanya.

'Aku ingin pergi. Tapi sial,' batin Andra, lalu mendekat dan berbaring di samping Anna.

'Aku harus pura-pura peduli,' batinnya memeluk Anna. Anna dibuat gugup tidak berkutik.

"Aku tau semua ini kepura-puraanmu. Tapi aku tidak pura-pura pernikahan adalah ikatan suci dan ibadah," ujar Anna dengan berkedipan berkali-kali dan sangat canggung.

Tok

Tok

Tok

"Makan Siang," jelas pelayan, Andra turun dan mengambilnya.

"Huh ... panas," keluhnya menghapus keringat, lalu berjalan dan membuka pintu.

Krakkk

"Silahkan Mas," ucapnya memberikan talap yang di atasnya berjejer makanan dan dua gelas jus jeruk.

Andra menerima pelayan pun pergi, melihat masih ada pengawas dari Oma, Andra menutup pintu.

Andra berjalan meletakkan talap di meja, karena panas dia minun dua gelas jus jeruk sekaligus.

"Aku juga haus," keluh Anna duduk, sisa setengah Andra memberikan sisanya. Anna pun minum sampai habis.

"Aku buka baju ya gerah," pamit Andra lalu menyalakan kipas angin dan mulai menghadap laptopnya.

'Nayla ... aku kangen, aku sangat sadar aku akan berdosa. Namun aku tidak peduli,' batinnya.

Tiada disangka angin menerpa ruangan itu, Anna meratapi kakinya.

'Wah, gawat darurat, ada apa denganku? Kok berdiri terus nih,' keluhnya, Andra melihat Anna wajah yang diterpa angin membuat rambut yang terurai terbang. Dan terlihatlah pesona ayunya.

Andra mengambil napas panjang-panjang mengendalikan diri dari rasa yang membuncah, dia kembali fokus ke layar laptopnya.

'Ada apa denganku? Kenapa aku mengeluarkan sesuatu yang pada akhirnya aku ingin melakukan itu, Ya Allah ... tidak biasanya, aku tidak minum apa pun, apa ada campurannya tadi,' batin Anna merasakan hal sama dengan suaminya. Dia mencoba mencari ponselnya.

Andra mendekat melihat Anna yang menyibakan rambut kebelakang telinga. Andra membuang napas dan menghampiri istrinya. Tangan Andra memegang erat pergelangan tangan milik istrinya, Anna menatap lalu menelan ludah dan berbaring pasrah dengan menutup mata cukup rapat.

Andra tidak membiarkan istrinya untuk bergerak dia sudah menumpang di atas tubuh wanita cantik itu. Andra melihat aura kecantikan dari Anna, Anna menatap lekat dan menelan salivanya berkali-kali, Andra menatap bibir mungil dan hidung yang mancung, bulu mata lentik dengan mata yang kecil, Andra dengan cepat mendaratkan bibirnya ke bibir Anna. Anna sangat terkejut dengan debaran di dalam sana yang tidak terlendali.

Andra melepas untuk mengambil asupan napas lalu menatap wajah istrinya kemudian menelan ludah. Tubuh yang sangat kekar itu masih bertahan dengan kekuatan otot tangan, dia berada di atas tubuh Anna.

Pelan-pelan Anna membuka mata, Andra tidak membiarkan itu, dia segera mengulangi sentuhan lembut dengan kedua bibir yang menyatu dengan bibir sang istri.

'Ada apa dengan dia, dia tidak berkata-kata, malah langsung mencium, apa ... aku harus menikmatinya juga?' batin Anna kemudian merangkul dan menyentuh leher dan rambut suaminya. Sentuhan lembut Anna membuat Andra terus merasakan kenikmatan dari adegan itu.

'Kenapa aku gila, kenapa aku sangat menginginkannya,' batin Andra namun dia tidak tekendali, dia menjarah kebagian tertentu jelas saja Anna juga menikmatinya.

Andra melepas pakaian milik Anna. Dengan deru napas cepat, detak jantung tak terkendali, Anna merasa malu. Dua gunung kembar yang sangat kenyal, putih, mulus dan berisi.

Andra menatap wajah istrinya yang ketakutan, lalu mengecup ke semua bagian tak terkecuali juga dua gundukan yang menggoda itu. Dengan setuhan lembut, Andra bermain dengan sentuhan dan kecupan.

'Heh ... eh heh ... heh, apakali ini dia benar menginginkanku? Semua ini miliknya.' batin Anna takut dan ragu. Andra diam tanpa kata dan bertindak sesuka hati. Andra menatap wajah Anna tidak lama dia kembali mendaratkan bibirnya ke wajah cantik itu dengan kekuatan penuh.

Andra melepas semua helai kain dari Anna, menikmati wangi khas darinya, lalu mengecup semua bagian, dia mengulanginya berkali-kali, lalu melepas celananya dan menarik selimut. Tangan Anna meremat seprai, kakinya bergergerak.

'Aku sudah siap melepaskan kesucianku, dia suamiku, aku ladang baginya, aku istrinya.' batin Anna menyiapkan mental.

Andra mempererat pegangan, memberi sentuhan lembut ke bagian inti dari Anna dengan bibirnya, dia sama sekali tidak terkendali bersi keras menahan tapi tidak sanggup, entah sadar atau tidak Andra sudah melakukan kewajibannya sebagai suami. Setelah Andra berhasil menerobos liang kenikmatan itu. Beradu napas dan kemesraan, Andra sangat hati-hati ketika melakukannya. Setelah klimaks dalam bercinta, rasa bahagia tidak terukir dalam kenikmatan surga dunia itu, Andra belum melepaskan.

Sikap Andra menimbulkan banyak pertanyaan di benak Anna. Andra terlihat belum puas.

Tangan bergerak dengan lembut ke bagian tertentu, sambil mengusap halus kedua benda tidak bertulang itu dengan bibirnya, Andra menarik dan bermain permen coklat tanpa rasa itu dengan bibir dan lidahnya. Sangat tegang, air mata Anna berlinang karena sakit. Dan sundulan yang yang digerakkan suaminya sangat dalam, membuat Anna menjerit dalam hati.

Bersambung.