webnovel

Kedatangan Adik Tiri

"Nona mau kemana?"

Langkah Elis terhenti ketika Nayla yang tiba--tiba saja datang sepagi ini

"Eh Nayla apa Tuan sudah berangkat ya?"

"Tuan, menyerahkan ini pada Nona agar memakai kartu ATM ini sebaik mungkin Nona boleh berbelanja sepuasnya tetapi Nona juga harus berhati-hati mengenakannya untuk beberapa hal yang tidak penting."

Dua hari yang lalu terhitung sampai sekarang Adinata belum juga menampakkan batang hidungnya

"Kenapa Tuan tidak menelpon ku saja," ucap Elis dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Ada hal yang penting tak bisa ditunda Tuan mewakilinya dengan saya."

Elis menduduk, ia mengigit bibir bawahnya

"Tuan akan kembali beberapa hari lagi ke Indonesia, Tuan menyuruh Nona untuk memakai kartu ini."

Elis mendongak menerima kartu debit perasaanya sangatlah bahagia dengan kepergian Adinata. Elis bisa menyusun rencananya bersama Mawar.

"Nayla apa.kamu tidak ikut?" tanya Elis aneh mengapa juga Nayla masih ada di indonesia bukannya kemarin Adinata pergi wanita itu pasti selalu berada di sampingnya

Nayla mengulum senyum, melihat pupil mata Nona Muda dan hidungnyya yang kembang-kempis apa Nona Muda berharap sekali bahwa nayla akan ikut berangkat juga tidak, Nayla akan mengikuti Elis berniat kabur dari jeratan Tuan Adinata maka jangan pernah bermimpi melakukan itu.

selama Nayla masih berada di dekat Tuan adinata seujung kuku berniat untuk mengembail kembali kebahagian Tuan Muda maka Nayla lah yang akan maju duluan. Kalau perlu segala cara akan dilakukannya

"Apa perlu saya antarkan Nona," ucap Nayla penuh kehormatan

"Tidak perlu aku diantar sopir kok lagian cuman mau mengecek keadaan ruko sebentar saja."

Kegetiran yang menyeruap di rongga dada maafkanlah kali ini ia harus banyak berbohong demi sebuah kebaikan

Nayla mengangguk tak banyak bicara wanita itu bergegas keluar setelah menyerahkan kartu debit

Elis memasukkannya kedalam tas ia menegok di tirai jendela, suara mesin mobil dan klakson terbuka gerbang,

"Untunglah Nayla tak banyak bertanya kali ini, aku harus menghubungi Mawar."

Sebelum.percakapan terakhir mereka kemarin. Mawar memberikan ponsel agar mereka lebih mudah berkomunikasi saat ingin bertemu

Pelayan yang biasa mengurusi keperluan Elis pun semuanya sudah diatur. Elis menyuruh mereka untuk berbelanja ke pasar sementara Dayana itu memetik beberapa untuknya ia harus bergegas cepat keluar sebelum waktu untuk kembali tepat pulang akan habis.

Elis memakai sweater untuk menutupi tubuhnya agar orang yang dikenal Adinata tak mengenalnya serta memakai masker dan kacamata hitam menunggu jemputan datang

***

"Aku akan memancing Tuan Adinata untuk memghadiri pesta ini."

"Bagus lakukan ini selebihnya serahkan padaku."

Elis menyanggupi semuanya isakan membantu Mawar dalam permainan sandiwara kali ini harus bisa mengajak Adinata untuk kencan

"Ini biaya untuk merubah penampilanmu itu."

"Tak perlu," tolak Elis

Mawar mengerutkan dahinya, "Kenapa kurang cukup? Bilang saja di mana kau akan membeli baju biar nanti aku yang berbicara langsung."

"Ini kan hanya kencan biasa lagian Nona mengatakan di pinggir taman tak perlu uang sebanyak itu mending anda sumbangkan saja."

"Ini uang nilainya kecil bagiku, anggap saja sebagai bentuk kerjasama kita."

Elis ragu-ragu memgambil uang dalam.amplop kuning itu lembaranya lumayan tebal lagian gaun apa yang semahal ini hingga membutuhkan biaya yang cukup besar, hatinya terasa bergetar. Meski Elis berada dalam keluarga berkecukupan tetap saja sejak kecil ibunya selalu mengajarkan untuk menghemat.

"Gunakan gaun yang terbuka."

"Apa?!" Elis bangkut dsri duduknya engebarka meja cukup keras.menggunakan gaun terbuka

"Kau ingin berhasil.atau tidak!" tegur mawar yang sama halnya juga berwpi-api dri awal.prediksinya bahwa bekerjasama.dengan elis sepertinya tidak akan berhasil

"Aku tak terbiasa memakai gaun malam seperti itu."

***

Tubuhnya teras remuk semua tenaga Elis kini terkuras habis. Berbicara dengan Mawar sama halnya harus mengeluarkan energi fisik. Rencana gila wanita itu benar-benar membuatnya juga turut gila

Elis mengambil sebotol minuman dalam lemari es lalu merebahkan tubuhnya di atas kursi rotan bergoyang. Kalau bukan untuk masa depan tak akan pernah mau Elis melakukan semua ini. Sudah banyak kebohongan yabg dibuatnya demi menutup lobang yang lain

"Maafkan aku Bu." Digenggamnya sebuah kalung kristal Matanya berlinang air mata selama ini mendiang ibunya tak pernah mengajarkan Elis untuk berkata dusat meski itu sekecil apapun

"Elis tahu dia tak mencintai Elis, ini semua demi kehidupan yang akan datang elis tahu pria itu kalau bosan akan mencampakkan Elis. Sebelum itu terjadi lebih baik Elis sakit duluan."

Pejaman matanya serta embusan napas kasar berkali-kali Elis memikirkan ini tentang masa depannya ia tahu lelaki seperti Adinata akan mudah mendapatkan penganti apabila sudah bosan. Elis juga tak terlalu berharap banyak apabila di mana hari itu ia sudah cukup bekal.

Elis tak tahu apa di pikiran Adinata memilihnya menjadi istri lebih tepatnya pelayan pribadi, hatinya terasa sesak mengingat di awal-awal pernikahan bukannya menjadi ratu justru ia harus menerima banyak hinaan terutama mata para wanita jelalatan semus tuduhan ia terima dengan lapang dada

"Lepaskan aku!"

Elis terganggu akan suara keributan dari luar ia menyesap air mata yang tak sengaja jatuh membanjiri pipinya

"Lepaskan!"

"Selin, hey lepakan, dia saudaraku."

Selina memberontak ketika kedua tangannya di pegang paksa oleh kedua penjaga lelaki

"Maafkan kami Non, kami tidak tahu," ucapnya meminta maaf seraya menunduk

Selina menatap sinis dua pria kurangajar yang berani menyentuh tangannya.

Kedua pria itu pun kembali bekerja

"Ada apa Selin?" tanya Elis, tumben Selina mau berkunjung.

"Kau benar-benar tidak tahu diri! Sudah menikahi pria kaya sekarang mau menjauhkan aku dengsn orang tuaku!"

"Apa maksudmu, aku tak mengerti."

Kerasukan apa Selina datang-datang bukannya memberi salam atau bertanya kabar malah meledak-meldask seperti gunung api

Elis mendekat lalu berusaha untuk menenangkan Selina

Selina menepis tangan Elis, sejsk dulu hubungan keduanya memang tidak pernah membaik. Selama ini Selina selalu.merasa tersaingi akan kehadiran elis. Namun elis tak menganggap itu

"Kau pikir hebat begitu? Setelah kelusr dsri rumah kau menyebarkan racun, udah deh lebih baik kau tak pernah menginjakkankaki di rumah lagi." tunjuk Selina dengan jarinya

"Nggak usah berpura-pura sok perhatian apalagi di depan adikku, kau hanya anak tiri harusnya kau pergi jauh-jauh dari kehidupan kami."

Tatapnya penuh kebencian selina berkata penuh kemarahan

"Apa maksudnya Selin? Aku tak pernah membencimu lantas mengapa kamu selalu seolah mengira bahwa aku ini sainganmu? Bisa tidak. Di mana hari kita akur? Jujur saja aku malas berdebat denganmu." Elis merasa kata-kata selina itu selalu saja begitu padahal dia dudah keluar dsri rumah.

"Akur? Aku rasa hidup kami akan tentram jika kau enyah dari sini!"

"Selin ...."

"Tutup mulutmu itu! Berhenti memanggilku dengan sebutan sok akrab mu, aku tak pernah suka denganmu!" Selina bergegas pergii menghentakan tangannya saat kedua satpam ingin mengantarkan pulang

Elis mendesah berat. "Aku bingung dengan gadis itu."