webnovel

Si Kecil Sangat Peduli Padanya

Editor: Wave Literature

Mo Jintian mengerutkan alisnya dan berpikir, "Aku akan memanggil Baibai saja. Sama seperti Mama, aku memanggilnya Susu."

Bai Yanshen melirik ke arah Su Xiqin yang hanya terdiam, lalu menatap ke arah Mo Jintian yang tersenyum dengan gigi putihnya. Kemudian, ia berkata dengan datar tanpa ekspresi di wajahnya, "Kamu harus bertanya pada mamamu terlebih dahulu."

Mo Jintian sangat pintar sehingga ia langsung mengerti maksud Bai Yanshen. Ia pun bertanya pada ibunya, "Susu, menurutmu aku harus memanggil Paman apa?"

Su Xiqin yang sedang menunduk kemudian mengangkat kepalanya, lalu bergantian memandang keduanya. Setelah itu, ia menjawab dengan lembut, "Jintian, kamu tidak boleh tidak sopan begitu. Kamu harus memanggilnya Paman Bai."

"Paman Bai??" tanya Bai Yanshen sambil menatap Su Xiqin.

Apakah aku salah? Kenapa tatapan matanya seperti tidak puas? batin Su Xiqin. Beberapa saat kemudian, ia mengulurkan tangannya dan ingin memeluk Mo Jintian. Ia merasa bahwa ia akan merasa aman selama ada putranya. "Berikan Jintian pada saya," kata Su Xiqin.

Bai Yanshen mengabaikan Su Xiqin dan hanya menatapnya seperti orang linglung. Su Xiqin pun berkata dengan lirih, "Dia harus memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan Paman."

Bai Yanshen tidak tahu apakah ia merasa seperti ini karena panggilan 'Paman' atau karena Su Xiqin menyebutnya tua. Ia memutar matanya, lalu menatap Su Xiqin dengan tatapan dingin. Su Xiqin pun membatin, Tatapan apa itu? Bukankah aku tidak salah bicara?

Suasana menjadi sedikit canggung. Mo Jintian melihat ke arah Bai Yanshen dan ibunya. Ketika ia merasa suasana menjadi aneh, ia berkata kepada ibunya, "Mama, meskipun Paman lebih tua daripada kita, aku rasa Paman masih sangat muda. Jadi, tidak apa-apa jika kita memanggilnya Baibai." Kemudian, Mo Jintian mencari posisi ternyaman di lengan Bai Yanshen seolah tidak mau berpisah dengannya. "Baibai, Susu, berjanjilah bahwa kita akan menjadi teman," kata Mo Jintian lagi.

Bai Yanshen menatap Mo Jintian dengan bingung, lalu bertanya, "Berteman?"

"Iya. Ketika Susu terluka, Paman sudah memanggilkan dokter dan akhirnya Susu bisa sembuh dengan cepat. Sekarang saat aku sakit, Paman membawaku ke rumah sakit. Bukankah teman selalu ada di masa sulit? Jadi, aku akan menjadikanmu teman," terang Mo Jintian.

Su Xiqin mengerutkan kening dan tidak menyangka bahwa Mo Jintian akan mengatakan hal seperti ini. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah putranya dan berkata, "Jintian, kamu tidak bisa seperti ini. Sini, kemarilah."

"Susu!" kata Mo Jintian sambil mengerutkan keningnya.

"Jangan bersandar ke Tuan Bai. Ayo duduk sendiri, atau kamu bisa bersandar ke Mama," kata Su Xiqin. Kalimat terakhir yang diucapkan Su Xiqin berhasil membujui Mo Jintian. Anak laki-laki itu langsung bangkit dari tubuh Bai Yanshen dan berpindah ke pelukan ibunya. Ia paling suka mencium aroma wangi dari ibunya.

Bai Yanshen mengerutkan keningnya dan menatap Mo Jintian yang baru saja berkata bahwa ia ingin mereka berteman. "Baiklah, aku bisa menjadi temanmu."

Mo Jintian langsung menoleh ke arah Bai Yanshen ketika mendengarnya. "Baibai. kamu benar-benar mau menjadi temanku?"

"Ya, kita bisa mencoba menjadi teman."

Mo Jintian langsung tersenyum dan berkata, "Baibai, aku sudah bilang bahwa kamu pasti akan mau menjadi temanku. Kamu begitu baik padaku."

Mo Jintian membalikkan badannya, lalu memeluk leher Bai Yanshen untuk mengekspresikan kebahagiaannya hingga membuat sudut bibir Bai Yanshen terangkat. Melihat hal itu, Su Xiqin hanya terdiam.

———

Mo Jintian harus disuntik karena suhu tubuhnya saat ini mencapai tiga puluh sembilan derajat. Mendengar hal itu, Mo Jintian langsung menyandarkan tubuhnya pada Su Xiqin dan menangis sambil meremas tangan Su Xiqin. "Susu, katakan pada dokter. Aku mau minum obat, tapi jangan disuntik," rajuk Mo Jintian.

Di saat seperti ini, perawat berkata pada Mo Jintian, "Mo Jintian, ayo kemari."

"Setelah ini, semua akan baik-baik saja. Anak laki-laki tidak boleh takut dengan hal seperti ini," kata Su Xiqin sambil membujuk Mo Jintian dengan lembut.

Sementara itu, Mo Jintian semakin khawatir. "Aku, kan, anak kecil," Mo Jintian memohon kepada Su Xiqin seperti anak kecil.

Su Xiqin tidak bisa berbuat apa-apa. Bai Yanshen pun melangkah ke arah Mo Jintian, lalu berkata, "Jika mau berteman denganku, kamu harus bisa seperti aku. Rasanya seperti digigit semut. Bahkan, mungkin rasanya tidak sakit. Kamu harus bisa menahannya. Bagaimana? Apakah bisa?"

Mo Jintian membuka matanya dan merasa sedikit malu. Sebenarnya, ia benar-benar takut dengan yang namanya jarum suntik. Tetapi, ketika Bai Yanshen berkata bahwa ia harus sama seperti pria itu, ia mengangguk dengan mantap.

Su Xiqin tidak menyangka bahwa Bai Yanshen bisa membujuk putranya. Ini benar-benar luar biasa. Ia tahu bahwa putranya adalah tipe yang sulit untuk dibujuk. Tampaknya Mo Jintian benar-benar menyukai Bai Yanshen. Kira-kira ini adalah hal yang baik atau buruk? batin Su Xiqin.

———

"Tolong sang ayah memeluk erat putranya dan ibu membantu memegang tangan putranya," kata perawat.

Su Xiqin membuka mulutnya dan berniat menjelaskan. Namun, ia terhalang oleh Bai Yanshen yang cepat-cepat berkata, "Pegangi tangannya."

Su Xiqin tidak punya pilihan lain selain mengurungkan niatnya untuk menjelaskan. Ia pun memegang tangan Mo Jintian yang saat itu berada di atas kasur. Sementara itu, Bai Yanshen memeluk Mo Jintian erat-erat dan membujuknya dengan lembut, "Jangan takut. Ini akan baik-baik saja."

Mo Jintian tidak berani protes karena sudah berjanji pada Bai Yanshen. Ia hanya bisa mengiyakan kata-kata Bai Yanshen. Namun, Mo Jintian langsung menangis keras ketika perawat mulai menyuntikkan ke dalam urat nadinya. Melihat hal itu, wajah Bai Yanshen menjadi suram dan ia langsung menegur perawat itu, "Apakah kamu masih orang baru di sini?"

Saat perawat melihat wajah dingin Bai Yanshen dan mendengar ejekannya, ia langsung merasa menyusut. Karenanya, jarum yang ia pegang sedikit membengkok sehingga Mo Jintian menangis semakin keras. Melihat perubahan tangan perawat, Su Xiqin langsung menghentikan Bai Yanshen, "Tenanglah. Jangan mengganggu konsentrasi perawat."

Bai Yanshen hanya terdiam saat ditegur Su Xiqin dan memperhatikan gerakan tangan perawat dengan wajah muram. Sedangkan, perawat itu sangat gemetaran dan berusaha memberikan penanganan yang terbaik. Akhirnya perawat itu merasa lega karena bisa menyelesaikan tugasnya di bawah pengawasan mereka berdua.

Sementara itu, Mo Jintian melihat tangannya yang saat ini baru dimasuki jarum. Anak laki-laki itu berpikir, Apakah Bai Yanshen akan membenciku? Aku tadi sempat menangis. 

Setelah Mo Jintian mengatur posisi duduknya dengan baik di kursi, Bai Yanshen mendapat panggilan masuk. Ia pun membalik badan, lalu menjawab telepon tersebut. Mo Jintian menoleh dan bertanya pada Su Xiqin, "Mama, bukankah aku sudah mempermalukan diriku sendiri?"

Su Xiqin duduk di samping Mo Jintian dan mencubit kecil pipi Mo Jintian yang sedang berlinangan air mata. "Di mata Mama, kamu tidak mempermalukan dirimu dari awal," kata Su Xiqin. Namun, Mo Jintian hanya diam sambil menatap ke arah Bai Yanshen dan ia tiba-tiba menghela napas. "Ada apa?" tanya Su Xiqin.

"Katakan padaku, Mama. Apa Baibai tidak akan menyukaiku, lalu tidak mau berteman denganku?"

Su Xiqin mengerutkan keningnya. Ternyata anak ini begitu peduli dengan orang itu, pikirnya.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.