webnovel

Paman Itu Adalah Temanku

Editor: Wave Literature

Kali ini, Su Xiqin yang tidak bersalah akhirnya terlibat karena Mo Xigu. Bisa dibilang bahwa Su Xiqin yang menderita akibat perbuatan Mo Jinghan karena Mo Xigu. Mo Jinghan pergi untuk membayar biaya rumah sakit, kemudian masuk dari ruangan Su Xiqin. Su Xiqin terbaring di tempat tidurnya di kamar itu.

Mo Jintian yang saat itu ada di samping Su Xiqin terus memandang wajah pucat ibunya. Sejujurnya, setiap kali Mo Xigu melihat Mo Jintian sejak dulu, tanpa sadar ia selalu memikirkan aib yang dibawa Su Xiqin. Ini membuat perasaan bencinya terhadap anak-anak menjadi semakin mendalam.

Mungkin tatapan Mo Xigu begitu tajam hingga Mo Jintian bisa merasakan ada seseorang yang menatapnya. Ia pun menoleh ke arah pintu dan melihat Mo Xigu, lalu mata mereka saling menatap satu sama lain. Mata Mo Xigu menunjukkan kebenciannya dengan sangat jelas sehingga membuat Mo Xigu yang melihatnya merasa begitu peka walaupun hanya melihatnya sekilas. Di antara pandangan suka dan tidak suka, Mo Jintian dapat melihat dengan jelas bahwa tatapan itu adalah tatapan benci.

Selama ini, Mo Xigu selalu memperlakukan Mo Jintian dengan acuh tak acuh. Pria itu selalu mengabaikan si anak kecil dan kebencian di tatapan matanya terlihat sangat jelas. Mo Jintian pun cemberut, lalu memalingkan wajahnya dengan kesal.

Perilaku Mo Jintian membuat Mo Xigu hanya tersenyum mencibir. Ia melangkah masuk dan melihat Su Xiqin yang sedang berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba, perasaan yang tidak asing muncul dalam benaknya. Ia telah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Di saat Su Xiqin berbaring dengan tenang seperti inilah yang membuat Mo Xigu akhirnya mengejarnya.

Saat itu, keduanya sering berada di kebun belakang rumah. Mo Xigu duduk di rumput, sedangkan Su Xiqin berbaring di rumput sambil memejamkan mata dengan rambut yang terurai. Di bawah sinar matahari sore, cahaya matahari melewati daun-daun di pohon yang lebat hingga mengenai wajah Su Xiqin yang cantik dan putih. Mo Xigu setengah berbaring menikmati sore hari sambil menatap wajah tenang Su Xiqin.

Persis seperti saat ini, Su Xiqin memejamkan matanya dengan erat. Ia tampak begitu tenang dan damai. Hanya saja, wajahnya sekarang jauh lebih pucat dari sebelumnya. Tiba-tiba, Mo Xigu merasa kesal. Sejak mereka menikah, hanya ada kebencian di antara keduanya. Tidak ada rasa damai seperti yang terjadi sebelumnya. Di antara mereka, sekarang ada Mo Jintian di tengah-tengah mereka.

Sebenarnya, Mo Xigu merasa Su Xiqin lebih kejam dari siapapun. Ia sangat kejam karena bisa mempunyai anak dari pria lain. Ini jauh lebih kejam jika dibanding Mo Xigu yang tidur bersama Su Xixue.

Mo Xigu tidak tahan lagi dan segera keluar dari rumah sakit. Saat ia sampai di pintu, ia bertemu Su Xixue yang baru saja turun dari mobil. Ia menatap wajah cantik Su Xixue dengan muka cemberut.

———

Setelah menerima telepon dari Mo Jintian, Tang Xixi segera bergegas ke rumah sakit. Saat ia masuk ke kamar Su Xiqin, hanya ada Mo Jintian di ruangan itu.

"Kenapa keluarga Mo begitu kejam? Tidak ada orang yang berjaga di sini, bahkan membiarkan anak berusia lima tahun di sini sendirian," gerutu Tang Xixi.

"Bibi Xixi, Kakek menyuruh Bibi datang, tapi tadi orangnya baru saja keluar," kata Mo Jintian.

Meskipun begitu, Tang Xixi tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Ia meraih tangan Mo Jintian dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Saat pukul satu siang, Su Xiqin akhirnya tersadar. Ia membuka matanya, lalu melihat Mo Jintian dan Tang Xixi yang sedang tidur di kasur lain. "Kamu sudah sadar?" tanya Tang Xixi.

"Hm..." gumam Su Xiqin.

"Apakah kamu merasa ada yang tidak nyaman?"

"Tidak apa-apa," jawab Su Xiqin. Karena ia tidak minum air dalam waktu yang lama, suaranya sedikit serak, "Xixi, tolong ambilkan air untukku."

Dengan cepat, Tang Xixi segera menuangkan segelas air dan Su Xiqin berusaha duduk di tengah tempat tidur. Setelah meminum air yang diberikan Tang Xixi, Su Xiqin melihat ke arah Mo Jintian yang tertidur dengan tenang. "Apakah si kecil itu ketakutan?" tanya Su Xiqin pada Tang Xixi.

Su Xiqin teringat bahwa sebelum ia pingsan, ia mendengar Mo Jintian berteriak panik memanggil dirinya. Biasanya Mo Jintian jarang berteriak memanggil mamanya. Mo Jintian hanya berteriak seperti itu ketika ia sangat ketakutan.

"Iya, dia ketakutan. Ketika aku datang, matanya sangat sembab," kata Tang Xixi. 

Kemudian, Tang Xixi mengambil kursi dan duduk di depan Su Xiqin. Ketika Su Xiqin melihat putra kecilnya, ia menatap putranya dengan tatapan bersalah. Tang Xixi yang tidak terima atas perlakuan keluarga Mo pun terus mengomel. Namun, Su Xiqin tidak mengatakan apa-apa dan malah mengalihkan pembicaraan ke topik lain, "Xixi, apakah ada sesuatu yang bisa dimakan? Aku sedikit lapar."

———

Ketika Mo Jintian bangun dan melihat ibunya sudah bangun, ia turun ke lantai dan menghampiri ibunya. "Mama sudah bangun?" tanyanya.

Su Xiqin tersenyum saat melihat putranya walaupun ada perasaan bersalah kepada putranya, "Iya. Apakah kamu ketakutan?"

Mo Jintian hanya tersenyum, meskipun senyumannya diiringi dengan mata yang kembali memerah, "Asal Mama tidak apa-apa."

Su Xiqin mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Mo Jintian, lalu berkata, "Ibu tidak apa-apa. Sore ini, Mama sudah boleh pulang."

"Tidak boleh. Kamu harus tinggal di sini dulu selama sehari, baru boleh pulang," kata Tang Xixi. Mendengar kata-kata Tang Xixi membuat Su Xiqin tercekik.

"Iya, Mama. Mama harus dirawat di rumah sakit dulu," kata Mo Jintian sambil mengedipkan matanya.

Su Xiqin mengerutkan keningnya. Menurutnya, sebenarnya hal ini bukanlah masalah besar. Ia hanya terpukul dan cedera semacam ini bukanlah masalah yang besar. Ia merasa tidak perlu dirawat di rumah sakit karena ia hanya pingsan dan sakit sedikit.

"Dua banding satu. Minoritas harus menurut pada mayoritas," kata Tang Xixi sambil tersenyum dan bertepuk tangan dengan Mo Jintian, sedangkan Su Xiqin hanya diam tak berdaya.

Sekitar pukul dua siang, perawat masuk untuk memeriksa kamar. Setelah menyelesaikan pos pemeriksaan, perawat mencatat beberapa data.

"Nona cantik, apakah mamaku baik-baik saja?" tanya Mo Jintian.

Perawat itu menatap Mo Jintian sambil tersenyum. "Mamamu baik-baik saja."

"Terima kasih," kata Mo Jintian dengan manis.

"Kamu imut sekali, adik kecil," kata perawat sambil tersenyum. Lalu, ia menoleh ke arah Su Xiqin dan memuji, "Anak Anda benar-benar pengertian."

Su Xiqin tersenyum sambil menatap putranya, lalu bertanya lagi, "Perawat, jika tidak apa-apa, apakah sore ini saya bisa pulang?"

"Mengenai hal ini, Anda bisa bertanya pada Dokter Xing terlebih dahulu. Tapi, saya sarankan Anda lebih baik dirawat di sini dulu dan baru pulang," kata perawat yang bersiap-siap akan pergi setelah mencatat semua data-data.

"Dokter Xing?"

"Iya, Dokter Xing Chensheng. Anda sangat beruntung karena cedera kecil Anda bisa ditangani oleh dokter handal seperti Dokter Xing. Tidak banyak orang yang bisa mendapatkan kesempatan seperti ini."

Setelah selesai menjelaskan, perawat itu pergi meninggalkan ruangan itu. Kemudian, Su Xiqin berpikir, Aku seperti pernah mendengar tentang Dokter Xing. Ia tidak menyangka bahwa ia bisa cepat sembuh karena ditangani dokter tersebut.

"Mama, apakah Dokter Xing sangat hebat?" tanya Mo Jintian yang saat itu berada di sebelahnya. Su Xiqin hanya mengangguk. Lalu, Mo Jintian kembali berkata, "Dokter Xing adalah teman Paman. Dia menyuruh Dokter Xing untuk datang dan memeriksa Mama."

Seketika Su Xiqin terpaku. "Paman siapa?" tanyanya.

"Paman yang saat itu aku kotori sepatunya," jawab Mo Jintian sambil mengerjap-ngerjapkan matanya dan menatap dengan tatapan bahagia.

Dalam hati, Mo Jintian sangat berterima kasih kepada Bai Yanshen. Ia berpikir, Jika Paman tidak datang, entah kapan Mama akan bangun dari pingsannya.

Su Xiqin tertegun memikirkan hal itu. Ia bertanya kepada putranya, "Apa kamu yang mencari dan memberitahunya?"