webnovel

Gagal Nikah

Beberapa potong pakaian tergeletak di lantai, bau tak sedap aroma minuman keras mencuat keluar dari kamar hotel dengan nomor 31 sementara kaki ini tak bisa bergerak menyaksikan apa yang aku lihat sendiri di hadapanku, satu bantal yang ada di sofa aku genggam kuat seraya melemparkan pada dua tubuh manusia yang masih berselimut di atas ranjang saling berpagutan.

"Bangun Mas! Udah puas olahraganya!" pekikku lantang.

Keduanya terbangun dengan wajah yang sama-sama bingung

"Alisa! Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Rian sambil mencoba untuk bangkit dari ranjang.

"Baru saja, tenang aja aku gak sampai melihat pergulatan di antara dua binatang seperti kalian!"

Segera aku tinggalkan kamar itu dengan derai tangis yang sedari tadi aku tahan. Apa yang harus aku katakan pada keluargaku terutama ibu, aku menyesal mengenalmu Rian, menyesal!

Kring-kring! Aku rogoh gawai yang ada di dalam tas, seketika tangisku berhenti.

"Halo Lisa, temenin aku ke salon yuk, pacarku lagi sibuk jadi gak bisa nemenin."

Dia Hana sahabat yang paling dekat denganku, bahkan sudah aku anggap seperti kakak sendiri.

"Maaf Han, aku gak bisa, aku butuh sendiri buat saat ini." Aku menjawab ajakan Hana dengan terisak-isak.

"Halo Lisa, kamu baik-baik aja 'kan? Ok kamu dimana sekarang aku kesana ya."

Setelah menutup panggilan dari Hana aku mencoba untuk menenangkan diri, kami sepakat akan bertemu di sebuah Cafe dekat dengan hotel dimana aku menangkap basah Rian dengan Selingkuhannya itu.

"Alisa sayang, kamu kenapa?" Hana memelukku erat aku pun menangis di pelukannya.

"Rian Han, selingkuh, dia tidur sama cewek lain."

"Astaga, Lisa 'kan udah aku bilang laki-laki itu iblis bermuka manusia. Ok detik ini juga kamu harus lupain dia ya!"

Bagaimana aku bisa melupakan dia secepat itu, seminggu lagi pernikahan kami akan dilangsungkan mau diletakkan dimana wajahku ini 'Alisa gagal menikah, calon suaminya ketahuan bermain ranjang dengan wanita lain' apa kata ibu nanti yang dari dulu memang tidak menyukai Rian dan aku yang bodoh ini tetap bersikukuh untuk hidup dengan laki-laki itu.

"Gak semudah itu Han, undangan udah disebar mau ditaruh dimana mukaku ini?" Aku tertunduk lesu sambil menutupi wajahku dengan sepuluh jari.

"Ini namanya takdir, oh ya Lisa besok aku mau ke rumah ibu Aby kamu ikut aku, Aby punya sepupu barang kali kalian cocok dan kamu bisa lupain si iblis Rian itu."

Hana, secepat itu kah aku harus mencari pengganti Rian? Tetapi dia tetap memaksaku baiklah aku ikuti saja saran temanku ini.

"Ok, aku mau," jawabku pada Hana.

"Nah gitu dong, ya udah temanin aku ke salon dulu biar besok kelihatan cantik."

"Kamu 'kan udah cantik Han, ya udah deh lagian bingung mau ngapain."

"Yah palingan nangis sambil meluk bantal di kamar hahaha." Hana menertawai aku.

"Hana ...."

Akhirnya kami memilih salon terdekat dari cafe ini, aku memutuskan untuk duduk di sofa yang disediakan di sana. Tak lama gawaiku berdering kembali, panggilan dari Rian. Tak akan aku angkat, Tetapi ini sudah ke-sepuluh kali ia mengusikku.

"Mau kamu apa?" tanyaku dengan nada ketus.

"Alisa, dengerin penjelasan aku. Aku dijebak ini semua bukan atas kemauanku." Rian berusaha meyakinkanku.

"Oh dijebak? Dijebak dengan cara kamu sendiri yang memesan hotel itu untuk kalian berdua itu namanya kamu dijebak? Mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi, jangan ganggu aku!"

"Alisa gimana sama pernikahan kita, kamu gak bisa mutusin sepihak kayak gini."

"Posisi kamu udah ada yang gantiin, lebih baik kamu nikahi teman kerjamu itu sekaligus selingkuhan kamu, anggap aja kita gak pernah kenal sebelumnya."

Aku menutup panggilan dari Rian, sekarang aku semakin bingung kenapa tadi aku mengatakan sudah menemukan laki-laki lain, aku tahu Rian adalah pria yang nekad. Jalan satu-satunya adalah segera menemukan pria yang mau menggantikan posisi Rian.

"Lisa, ganteng gak?" Hana menunjukkan gawainya ada foto dirinya dengan kekasihnya.

"Ganteng ... Han."

Tampan darimana? Selera Hana seperti itu laki-laki itu terlihat seperti berandalan. Ah, semoga saja jodohku bukan seperti kekasih Hana, tidak aku tidak mau.

"Sampai ketemu besok ya Lisa ... dandan yang cantik!" Hana berteriak dari dalam mobil setelah menurunkan aku di depan rumah.

Dengan langkah gontai aku memasuki rumah, tetapi dengan cepat tangan itu memegang pergelangan tanganku.

"Rian! Kamu mau apa? Lepaskan, au sakit!" Aku meringis kesakitan.

"Ini belum seberapa sakitnya, awas sampai aku lihat kamu nikah dengan pria itu. Akan aku buat hidupmu hancur, ingat itu."

Rian melepaskan tanganku, dia pria yang menyeramkan aku segera memasuki rumah seperti orang yang baru saja melihat hantu.

"Sa, kamu kenapa kayak abis lihat hantu?" Mama melihatku dengan bingung.

Aku yang masih berdiri di depan pintu segera menuju dapur mengambil segelas air putih.

"Gak apa-apa Ma, Ma Alisa gak jadi nikah sama Rian."  Aku meneguk segelas air putih yang aku pegang.

"Kenapa, kalian bertengkar?" tanya mama antusias.

"Dia kepergok oleh Lisa tidur sama cewek lain, Ma."

"Hah, sudah Mama bilang, lisa. Dia bukan laki-laki yang baik, dulu Mama kenalin sama anak teman Mama kamu gak mau, sekarang mungkin dia udah ada pacar."

Mama semakin membuatku kalut, aku ingin menyudahi obrolan ini tanpa berkata sepatah kata pun aku tinggalkan mama.

"Lisa, mama belum selesai ngomong!" Mama berteriak dari arah dapur.

"Aku capek Ma, besok aja ngomongnya." Aku berlalu meninggalkan mama.

Di suatu tempat

"Saya terima nikahnya Alisa Rania dengan seperangkat alat salat, emas 29 gram dibayar tunai!"

Seorang wanita berlari ke arahku yang tengah melangsungkan ijab kabul.

"Alisa kamu tega ya, aku bersumpah sampai kapan pun hidupmu ga akan tenang. Puas kamu ngambil pacar sahabatmu sendiri!" Hana mengarahkan telunjuknya ke wajahku.

Sementara Aby hanya terlihat pasrah, apa yang terjadi?

"Lisa, bangun ini udah jam berapa?"

Aku terbangun dari tidurku, ternyata hanya mimpi, syukurlah. Ya ampun aku lupa ada janji dengan Hana, tanpa banyak bicara aku segera melenggangkan kaki ke kamar mandi.

"Ini dia Tuan Putri Alisa ... lama banget sih," gerutu Hana ternyata dia sudah sampai lebih dulu di rumahku.

"Maaf, aku telat bangun. Kamu udah sarapan?" Aku mengambil sepotong roti lalu mengolesinya dengan selai.

"Sudah, tadi Tante yang nyiapin sarapan buat aku ya 'kan Tante." Hana memberi kode pada Mama yang tengah menyaksikan serial drama Korea.

"Huh anak sendiri gak disiapin sarapan," gerutuku.

Tiba-tiba mama menoleh ke arah kami berdua.

"Itu sarapan yang Hana makan sebenernya buat kamu, tapi kamu belum bangun ya udah Mama kasih buat Hana."

"Mama ...."

Mama dan Hana lantas tertawa

"Lisa, yuk berangkat nanti macet di jalan."

Aku pun mengangguk lantas kami berpamitan pada mama.