webnovel

Salsa

Hari ini adalah hari terkahir Salsa dan David di vila. Bukanya bulan madu romantis yang di dapatkannya. Namun hanya saling jaim, dan bertengkar satu sama lain. Seperti kucing dan tikus. Mereka tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Bulan madu yang di rencanakan dia gagal total. Dan David, juga tidak perduli dengan itu semua. Karena pernikahan itu bukanlah keinginannya. Hanya karena sebuah rencana yang ingin di dapatkannya.

Ia juga tidak ingin punya anak darinya. Yang dia inginkan hanyalah status pernikahan untuk mengambil semua harta itu dari orang-orang yang ingin nenghancurkan keluarganya. Keluarganya yang selama ini mengincar harta keluarganya. Hanya karena surat wasiat yang tertera dulu, dia harus menikah secepatnya dnegan tanggal yang sudah di tentukan.

Tak ada dalam penyesalah baginya. Tetapi dia juga lebih hati-hati berhubungan dengan Salsa. Banyak mata-mata keluarga dia yang ingin mencari tahu hubungan mereka dan ingin menjatuhkannya. Mencari celah hubungan mereka sebenarnya. Mungkin akan berat baginya menghadapi kisah cintanya dan keluarganya.

Lia menatap David, yang sedang adyik duduk sendiri. Dia berjalan dengan rasa ragu mendekatinya.

"Kak David?" panggil Lia, memegang tangannya. Mencengkeram jemari tangannya sendiri menghilangkan rasa gugup dalam dirinya.

"David, kamu yakin mau pulang sekarang." tanya Lia? berjalan mendekati David yang sedang asyik duduk sendiri. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Lia merasa iba dengannya. Di balik sifat tegas dan dinginnya. Dia menyimpan banyak masalah dalam otaknya yang tak mau di ketahui oleh siapapun. Bahkan adiknya saja juga tak tahu masalah itu.

"Iya, aku akan pulang." David, menoleh tersenyum lebar di depannya. Seketika membuat hati dia terkejut melihat senyum manis David.

Kenapa dia sangat tampan saat tersenyum.. Aduh pikiranku ini.. Kenapa tidak bisa di kontrol sama sekali. Jangan sampai aku suka dengannya. Jangan sampai, ingat.. Kamu masih punya Alan, Lia. Dan dia kakak kamu juga. Ucap Lia dalam.hatinya. Dia membuang jauh-jauh pikiran yang tidak ada hentinya terus mengganggu dirinya.

"Oya, di mana Salsa?" tanya David, membangunkan Lia dari lamunannya.

"Eh.. Salsa.. Dia tadi.." tangan Lia menunjuk bingung, ke dua matanya memutar mencoba mengingat kembali di aman Salsa. Terkahir kali dia bertemu Salsa tadi waktu sarapan. Dan sekarang entah di mana dia.

"Eh.. Aku coba cari dia di kamar, ya." tanya Lia gugup. Di jawab dengan anggukan kecil oleh David.

"Makasih!" ucap David.

Lia menoleh cepat, dia lupa ingin pamitan dengan David.

"Oh, ya! Aku juga dengan Alan setelah ini mau pulang. Kita berengan atau kamu dan Salsa pulang sendiri."

"Kalian duluan saja gak apa-apa. Aku pulang dengan Salsa nantinya.

"Oo. Ya, udah. Aku pergi dulu cari Salsa." Lia yang masih gemetar. Dia merasa sangat gugup, berjalan dengan langkah gemetar pergi meninggalkan David di ruang tamu sendiri.

Kenapa aku jadi gugup seperti ini. Aku baru cari Salsa. Gimanapun dia suaminya. Jangan sampai ada rasa dnegan orang lain Lia.

Lia memutar knop pintu, membuka pintu kamar Salsa perlahan. Ke dua matanya melebar saat melihat Salsa masih berbaring di kamar. Bahkan tubuhnya tertutup selimut sangat rapat.

Kenapa dia terbungkus selimut siang-siang seperti ini. Apa dia gak sadar ini sudah mau sore. Dan dia belum juga bangun. Memang dia tukang terus paling berbakat. Gumam Lia, tak hentinya menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Lia berjalan dengan langkah ringan, mendekati Salsa. Duduk di ranjangnya. Memegang bahu Salsa.

"Sa.. Apa kamu sakit?" tanya Lia berjalan mendekati Salsa. Menyentuh tangannya.

Dia gak sakit. Tapi kenapa dia menutup tubuhnya.

"Sa, Devid mencari kamu, tuh!"

"Emm.. Apaan..jangan ganggu aku!" gumam Salsa, dengan nada lemas. Ke dua matanya masih tertutup rapat. Seakan sangat berat untuk terbuka.

"Salsa!"

"Salsa bangun!" panggil Lia tak mau menyerah.

"Gak mau!" gerutu Salsa, berbaring miring ke kanan, kembali lagi miring ke kiri.

"Udah pergilah! Aku akan bangun, 30 menit lagi." Salsa mengangkat tangannya, dengan 3 jari di atas, memberi kode pada Lia.

Lia tidak berhenti begitu saja membangunkan Salsa, dia tersenyum samar, menarik ke dua alisnya bersamaan ke atas. Seakan ada ide yang baru saja melintas dalam otaknya.

Lia, menarik tangan Salsa. Lalu membuka selimut tebal yang masih membungkus rapat tumbuh wanita berabut ombak itu.

"Ahh... apaan sih, aku masih ngantuk." ucap Salsa. Menepis tangan Lia.

"Bangun enggak! David udah bersiap pergi!" Lia menarik ke dua kali Salsa. mencoba membangunkan kerbau tidur pulas di atas ranjang. Itu panggilan Salsa jika sudah tidur susah sekali untuk bangun. Salsa jika terlalu capek, dia tidak bisa di ganggu saat tidur. Meskipun suara berisik seperti apapun dia juga tetap tertidur pulas.

"Salsa cepatlah bangun!" Salsa menepis tangan Lia, menutup.wajahnya dengan selimut.

"Salsa kamu gak ikut kita,"

"Memangnya mau kemana?" jawab cepat Salsa.

"Aku mau pulang dengan Alan, dan kalau kamu masih mau di sini. Aku tak masalah."

Salsa mengangkat tangannya. Mengibaskan tangannya dua kali. "Iya.. iya. Udah pergi sana. Aku mau melajutkan istirahatku. Lagian sudah dua hari aku gak bisa tidur sepulas ini." gumam Salsa, yang masih terbalut selimut tebal membungkus tubuhnya.

"Udah, aku saja yang bangunkan dia." saut David, berjalan masuk ke dalam kamar Salsa. Menyentuh pundak Lia.

"Kamu keluar saja, biarkan aku saja yang membangunkannya." pinta David.

Lia menghela napasnya. Melirik ke arah Salsa sekilas. Lalu menatap ke arah David.

"Baiklah!" ucap Lia membalikkan badannya. Berjalan pergi meninggalkan Salsa dan David di kamar berdua.

"Aku dan Alan pulang duluan, ya. Kak." ucap Lia, tersenyum ramah.

"Iya, gak apa-apa, hati-hati." jawab David datar.

"Iya, kak!" Lia berlari segera pergi dari kamar Salsa.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Alan, melirik ke arah kamar Salsa.

"Melihat Salsa. dia lagi tidur. Tadi kak David menyuruh aku untuk membangunkannya." gumam Lia, meraih tangan Alan, menarik tangannya pergi dari depan kamar Salsa.

Sedangkan David, dia mengusap lembut wajah Salsa. Menyilakan rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinganya. Wajah polos Salsa saat dia tertidur membuat David tak bisa lepas darinya. Hidung mungilnya, wajah cantik polosnya, itu benar-benar menarik.

Salsa memegang tangannya.

"Lia, jangan sentuh aku. Apa yang kamu lakukan." ucap Salsa, menarik tangan David, sedikit merabanya. Seketika keningnya mengkerut saat tangan lembut Lia berubah menajdi tangan kekar dan sedikit besar.

"Lia, kenapa tangan kamu berubah. Apa sekarang kamu terlalu kerja keras?" tanya Salsa membalikkan badannya. Seketika napasnya tersedak saat melihat wajah David di depannya. Matanya melebar, dengan bibir sedikit menguntup kesal.

"Kenapa kamu ada di sini,"

"Kamu mau pulang sekarang atau tidak?" tanya David. "Kalau tidak, aku tak masalah! Kamu di sini saja." David beranjak berdiri.

Kalau dia ninggalin aku. Terus aku pulang dengan siapa. Dan Lia tadi bilang dia kana pulang lebih dulu. Sepertinya aku harus cari mana saja.

"Tunggu!" ucap Salsa. Memegang tangan David.

"Baiklah, aku mandi dulu. Kamu tunggu aku di luar. Jangan tinggal aku!" ucap Salsa, memegang kepalanya.

"Cepetan! Aku gak mau menunggu lama," ucap david menarik tangannya. Melangkahkan kakinya pergi.

Next chapter