webnovel

Menikah tapi benci

"Jangan karena orangtuaku berhutang budi padamu, aku tidak bisa menghancurkan hidupmu! Sebaiknya kamu tolak lamaran ini jika kamu tidak ingin hidup menderita!" Ancaman itu terdengar jauh lebih menyakitkan karena terucap dari mulut cinta pertamaku. Tapi aku sudah bukan lagi gadis polos yang bodoh, "Lakukan saja, setidaknya aku bisa mendapatkan setengah harta mu saat kita bercerai nanti." Aku mendengar dia menggeram, aku yakin dia sedang mengeratkan rahangnya sekarang. "Katakan berapa yang kamu inginkan, aku akan memberikannya sekarang juga tapi setelah itu menghilang lah dari kehidupan ku!" Aku tersenyum, aku yakin dia akan segera meledak sekarang juga melihat wajahnya yang memerah menahan amarah. "Aku mau semuanya..." "Apa maksudmu?" "Semua hartamu sekarang juga jika kamu ingin aku menghilang dari hidup mu jadi cepatlah hubungi notaris karena lima belas menit lagi aku akan menemui ibu mu dan menerima lamarannya!" *** Laura Milanov bosan hidup dalam situasi pemain figuran yang tidak berarti dan tersingkirkan. Keluarganya, pertemanannya bahkan kisah cintanya selalu mengecewakannya. Ia muak ketika cinta pertamanya Dimas Dirgantara lebih memilih sahabatnya Wendy karena dia lebih cantik sehingga Laura sempat berpikir untuk bunuh diri. Tapi patah hati pada kehidupan yang selalu mengkhianatinya membuatnya menjadi keras dan mencari jalan lain untuk membalas setiap hal tidak adil yang pernah ia alami. Laura diam-diam bekerja di perusahaan milik orangtua Dimas dan mengambil simpatik mereka sehingga mereka menjodohkannya dengan Dimas. Bertekad mengubah hidupnya yang sebelumnya hanya figuran menjadi pemeran utama dalam spotlight meskipun harus menjadi wanita antagonis.

mrlyn · Teen
Not enough ratings
183 Chs

Terjebak perasaan

Dimas terbangun dari tidurnya saat punggungnya terasa pegal, ia kemudian meregangkan tubuhnya dan melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukkan jam dua pagi.

Dilihatnya Laura masih terlelap dan tangan mereka masih berpegangan, senyuman di bibir Dimas kembali terukir. Ia lalu beranjak bangun setelah melepaskan tangan Laura dengan hati-hati dan membelai rambutnya sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk mengisi baterai ponselnya yang habis.

Seharian ini ia sibuk dengan Laura hingga melupakan pekerjaannya, ia yakin Rini akan kesulitan menyusun jadwal rapatnya tapi mau bagaimana lagi karena ia tidak bisa meninggalkan Laura sekarang.

Setelah menyalakan kembali ponselnya yang sebelumnya mati, ia melihat banyak panggilan telepon dari Wendy. Dimas hanya bisa menghela nafas berat, ia bahkan sampai melupakan masalahnya dengan Wendy.