webnovel

Menikah tapi benci

"Jangan karena orangtuaku berhutang budi padamu, aku tidak bisa menghancurkan hidupmu! Sebaiknya kamu tolak lamaran ini jika kamu tidak ingin hidup menderita!" Ancaman itu terdengar jauh lebih menyakitkan karena terucap dari mulut cinta pertamaku. Tapi aku sudah bukan lagi gadis polos yang bodoh, "Lakukan saja, setidaknya aku bisa mendapatkan setengah harta mu saat kita bercerai nanti." Aku mendengar dia menggeram, aku yakin dia sedang mengeratkan rahangnya sekarang. "Katakan berapa yang kamu inginkan, aku akan memberikannya sekarang juga tapi setelah itu menghilang lah dari kehidupan ku!" Aku tersenyum, aku yakin dia akan segera meledak sekarang juga melihat wajahnya yang memerah menahan amarah. "Aku mau semuanya..." "Apa maksudmu?" "Semua hartamu sekarang juga jika kamu ingin aku menghilang dari hidup mu jadi cepatlah hubungi notaris karena lima belas menit lagi aku akan menemui ibu mu dan menerima lamarannya!" *** Laura Milanov bosan hidup dalam situasi pemain figuran yang tidak berarti dan tersingkirkan. Keluarganya, pertemanannya bahkan kisah cintanya selalu mengecewakannya. Ia muak ketika cinta pertamanya Dimas Dirgantara lebih memilih sahabatnya Wendy karena dia lebih cantik sehingga Laura sempat berpikir untuk bunuh diri. Tapi patah hati pada kehidupan yang selalu mengkhianatinya membuatnya menjadi keras dan mencari jalan lain untuk membalas setiap hal tidak adil yang pernah ia alami. Laura diam-diam bekerja di perusahaan milik orangtua Dimas dan mengambil simpatik mereka sehingga mereka menjodohkannya dengan Dimas. Bertekad mengubah hidupnya yang sebelumnya hanya figuran menjadi pemeran utama dalam spotlight meskipun harus menjadi wanita antagonis.

mrlyn · Teen
Not enough ratings
183 Chs

Kalah 2

"Ayo kita pulang..."

Wisnu menatap wajahku seolah tidak percaya tapi memang itulah yang aku katakan, aku mengajaknya pulang meskipun ekspresiku datar.

"Ayo kita pulang..." Sambil menahan tangis, Wisnu mengambil alih tas yang ku bawa dan membawanya, ia menuntunku menuju tempatnya memarkirkan mobil.

"Masuk lah..." Dia tersenyum hangat meskipun wajahnya terlihat lelah setelah membukakan pintu untuk ku.

Mungkin rasa sakit ini terlalu dalam, mungkin aku sudah terlalu lelah menghadapi dunia yang terus menerus berpaling dari ku. Aku tidak dapat menangis lagi meskipun aku ingin, aku tidak dapat lagi berteriak walaupun dalam diriku sangaat marah, aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengekspresikan kalutnya hatiku selain hanya diam.

Meskipun sepanjang jalan Wisnu terus berbicara tapi selain melirik malas, aku sama sekali tidak merespon apapun yang ia ucapkan.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com