webnovel

Rahasia terpendam. "Perkenalkan aku Egar, Teman dari seor Rahasia sebuah buku harian.

"Perkenalkan, Saya Egar,Detektif dari Polresta Bekasi teman dari wanita yang menanyakan mu itu." Jawab Egar, Santai.

Egar tahu pria di sebelah nya ini berusaha santai tapi ada kegugupan di netra matanya.

"Oh..." Sahut nya, Singkat.

Egar melihat gerak kan pria itu, ya...begitu gelisah seolah takut di terkam, Santai di selimuti kegugupan itulah dugaan Egar dalam kepandaian nya membaca bahasa tubuh seseorang walau tanpa bicara.

"Oya...Aku mengenal siapa nama mu?" Egar membuka percakapan.

"Reza." Jawab nya, Singkat.

Egar mendengar ada getaran dari suara Reza terdengar lancar tapi Egar mendengar ada getaran dari suaranya yang menanda kan kegugupan.

"Boleh saya bertanya?" Tanya Egar.

Pria itu menghembus kan nafas nya, Sejenak.

"Apa yang anda ingin tanya kan?" Tanya Reza, Balik sambil memalingkan wajah nya ke wajah Egar lalu memaling kan wajah nya ke arah lain.

Di tempat tkp..

Semua jenazah sudah di bawa ke labortarium berikut barang buktinya oleh pak Beno dan ibu Linda.

Pak Beno dan bu Linda sudah lama menjadi ahli forensik, Usia mereka pun sudah lanjut tapi semangat mereka masih berlanjut dan mereka di temani.Sasya dan Damar yang menggantikan mereka, Sasya dan Damar cukup ahli di bidang ini mereka tak takut apa pun mengenai darah atau isi tubuh manusia seperti usus yang terburai dari tubuh mayat atau bibir yang berwarna lain, dan lain-lain.

Sedang kan Naning dan Nano serius mengamati setiap ruangan rumah siapa ada sisa keluarga ini yang masih hidup lagi bersembunyi ketakutan di sudut suatu.ruangan tapi hasil nya Nihil!

Lalu berakhir lah pencarian di ruang tidur korban, Entah kamar siapa? Naning di bantu Nano mengacak-acak kamar itu mulai dari belakang bantal, lemari, Siapa ada sesuatu.

Pencarian pun berakhir di laci.

"Naning." Panggil Nano.

"Ya..."Sahut Naning sambil membawa buku.harian berjalan ke arah Nano.

"Lihat lah, Apa yang ku temukan?" Nano memperlihatkan sebuah lembaran yang penting.

"Dokumen?" Tebak Naning menautkan alisnya.

" Ya...Dan ini, Aku temukan di.laci ini." Balas Nano sambil menunjuk kan laci paling bawah.

Nano.dan Naning mulai membuka plastik berisi dokumen.

"Apa? Dokumen sebuah perusahaan?" Kening mereka berkerut.

Yang membuat mereka terkejut adalah pemilik perusahaan itu adalah pak Darman..

"Pantas saja mereka mampu membeli.segalanya termasuk rumah mewah ini, Subhanalah." kata Nano, Takjub.

"Tapi apa tujuan keluarga ini.di bunuh, No?" Tanya Naning tak mengerti.

"Entah lah, Ning, Mungkin ada yang iri dengan keberhasilan pak Darman, Bukan kah suatu perusahaan ada seseorang seperti itu." Jawab Nano, Menerka.

"Iya..sih, Masuk kan dokumen itu ke sini.Perintah Naning sambil membuka plastik dan Nano memasuk kan dokumen itu kedalam nya sebagai bukti.

"Oya....Aku juga menemukan buku harian korban, Buku harian yang di tulis oleh pak Darman semasa hidup." Kata Naning sambil menunjuk kan buku harian di tangan nya.

"Aku jadi penasaran." Tukas Nano mengerut kan dahinya.

"Aku juga."

"Ayo...kita sama-sama baca." Ajak Nano.

Yang di balas angguk kan Naning.

"Apa?Mereka terkejut saat membaca isi dari buku harian pak Darman.

Di situ pak Darman bercerita tentang seorang teman pemilik perusahaan itu yang pemilik nya selalu berfoya-foya dan main wanita biarpun sudah memiliki istri.

Perusahaan itu hampir saja bangkrut kalau pak Darman tak menolong nya.

Dia juga melihat sahabat nya itu sudah menjadi jenazah di kantor nya.

"Oh...begitu ceritanya." Kata Naning sambil menutup buku harian itu lalu.membuka nya kembali.

"Asalamualaikum." Ucap Egar, Mengejutkan mereka.

"Walaikum salam, Gar." Balas Naning dan Nano,Bersamaan.

"Apa yang kalian temukan?" Tanya Egar sambil duduk di tempat tidur.

" Kami temukan dokumen ini dan buku harian pak Damar." Jawab Naning sambil menyerah kan dokumen pada Egar.

"Buku harian itu? Apa isinya?" Tanya Egar.

"Baca lah sendiri, Gar." Jawab Nano sambil menyerah kan buku harian itu.

Egar menerima nya dengan tanda tanya di benak nya.

Beberapa saat kemudian...

"Aku tahu sekarang siapa di balik semua ini?" Terka Egar, Yakin.

"Apa orang di balik perusahaan itu?" Tanya Nano.

"Bukan tapi.anak pemilik.perusahaan itu sebelum pemilik nya pak Darman, Ada motif dendam di.dalam nya." Jawab Egar sambil mengajak kedua teman nya meninggal kan tempat.

"Apa?"

Di Markas...

"Apa korban punya musuh?" Tanya pak Galih kepada tetangga pak Darman yang bernama pak Rinto.

Pak Rinto menggeleng dan tak percaya akan semua ini, Ya...tetamgga nya yang baik hati itu harus di temukan menjadi mayat bersama keluarga nya.

" Tidak, Pak karena korban terutama pak Darman itu orang nya.sangat baik dan sederhana walaupun dia kaya." Jawab pak Rinto yang tak percaya semua ini.

Diruangan lain..

"Apa di balik motif pembunuhan? Apa dendam?" Tanya.Angela kepada bu Siska tetangga depan korban.

"Saya juga tidak tahu, Bu apa tujuan pelaku." Jawab bu Siska.

"Apa beliau membuat seseorang itu.tersinggung sehingga membuat tersangka dendam?" Tekan Angela.

"Saya gak tahu.tentang itu, Bu tapi.yang pasti pak Darman sekeluarga itu orang yang baik, Pak Darman rajin sekali ke mesjid atau juma"tan bersama suami saya dan suka menolong tapi.kalau.ada motif dendam, Saya sendiri juga tidak tahu, Bu." Balas Bu Siska, Antusias.

Angela mengangguk-angguk, Mengerti.

Di.ruangan lain nya...

"Gusti, Saya mendengar kau melihat pembunuhan itu, Apa kau bisa menggambarkan tersangka itu?" Tanya Firman, Serius.

"Yang saya tahu, Pak...."

Egar dan kedua rekan nya sudah sampai di markas, Mereka menyapa setiap orang yang ada di markas.

Mereka.langsung ke ruang sang atasan.

"Tok..tok.." Pintu pun di.ketuk.

"Masuk, Tidak di kunci" Sahut yang di dalam.

Dengan hati-hati Nano membuka pintu, Mereka mengucap salam terlebih dulu.

"Silahkan duduk." Sambut pak.Galih, Ramah.

"Terima kasih."Ucap Egar mewakili kedua rekan nya.

"Pak, Kami menemukan dua barang bukti di.rumah itu." Naning membuka percakapan.

"Apa itu?" Pak Galih mengkerut kan dahi.

"Ini dia." Nano menyerah kan plastik berisi buku harian dan dokumen perusahaan.

"Hmm..ini wajib di selidiki, Baik lah saya panggilkan Zifan dulu." Kata pak Galih sambil menekan bel.

"Zifan, Bisa kah kau ke ruangan ku?Penting." komando pak Galih.

"Baik, Pak." Sahut Zifan.

Mereka terdiam seperti mengumpul kan sebuah kata yang ingin terucap.

"Saya tahu siapa pelaku semua ini, Pak." Kata Egar, Tiba-tiba.

Mendengar itu pak Galih terkejut.

"Siapa, Gar?" Tanya pak Galih.

Egar menghembuskan nafas.

Seorang pria yang di tanya oleh Naning yang juga aku menemukan nya duduk di bangku taman,Orang ini memiliki.alibi setiap saya tanya jawaban nya berbelit.

"Reza?" Terka, Naning.

"Kau yakin?" Tanya pak Galih, Tak percaya.

"Jawaban nya ada di buku harian pak Darman." Jawab Egar, Tenang.

"Maksud mu,Isinya?" Terka Nano.

Kembali Egar mengangguk.

Tiba- tiba ada suara ketukan...

"Masuk, Fan."

Zifan membuka pintu dengan perlahan.

"Asalamualaikum." Ucap Zifan, Sopan sambil memasuki ruangan sang atasan.

"Walaikum salam." Balas semua, Kompak.

"Ada apa, Pak dan teman-teman semua?" Tanya.Zifan.

"Zifan, Rekan-rekan mu menemukan barang bukti, Coba kamu selidiki dulu siapa di balik semua ini, Kata Egar Reza tersangka semua inj." Komando Pak Galih sambil menyerah kan barang bukti.

"Benar kah, Gar?" Tanya Zifan.

"Buktinya, isi.hati.di.balik buku harian yang di tulis oeh pak Darman, Coba kau baca." Jawab Egar.

"Baik lah, Akan ku.selidiki berikut peluru yang di gunakan tersangka untuk membunuh.korban." Ujar Zifan sambil membawa barang bukti.

Tak lupa dia pamit.pada sang atasan dan rekan-rekan tak lupa.di.sertai.salam.

Di tempat lain...

"Bagaimana ini? Lama-lama mereka mencium juga kalau aku.melakukan semua.ini?" Reza mulai.di landa keoanik kan.

Keringat keluar dari tubuh nya dan kegelisahan pun terpancar jelas.

"Aku harus lari, Tapi.kemana? Tanya nya pada diri nya sendiri, Bingung.

Bersambung...