webnovel

Ingin Bertemu

Fiona membukakan pintu kamarnya. "Papa baru pulang?"

"Iya."

"Ini, kamu sarapan dulu!" Ucap Papa Febri seraya memberikan bungkusan makanan pada Fiona.

Fiona beranjak ke ruang makan, lalu makanan nasi uduk yang dibeli oleh Papa Febri. Sang Papa pun duduk di hadapannya.

"Devan udah berangkat sekolah?" Tanya sang papa.

"Udah."

"Dia makan pakai apa?"

"Mie instant."

Papa Febri pun merasa sedih, biasanya sang istri yang selalu menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya, tapi kali ini tidak ada lagi yang menyiapkan makan untuk mereka.

"Semalam kamu pulang jam berapa?" Tanya Papa Febri lagi.

"Jam dua belas."

"Kok malam banget?"

"Aku habis mengikuti suami Mama sampai rumahnya."

Papa Febri menghela nafas. "Ya Allah ngapain kamu ngikutin dia?"

"Aku penasaraan aja, aku mau tau rumahnya dimana."

"Sudahlah, biar aja Mama kamu bahagia dengan laki-laki itu."

Fiona juga sudah membiarkan Mama Iren bahagia dengan laki-laki itu, tapi masih ada misi dendam yang harus Fiona jalani.

Fiona baru ingat, ia belum mencuci jaket milik Filio. Setelah selesai makan, Fiona pun mengambil jaket itu lalu ia bawa ke belakang untuk dicuci. Fiona melihat pakaian kotor milik ayah dan adiknya yang sudah banyak, ia pun mencucinya juga. Semenjak Mama Iren tidak ada, rumah kotor, pakaian kotor menumpuk, pakaian bersih pun menumpuk untuk segera di setrika. Fiona sangat prihatin. Sambil menunggu pakaian di putar di dalam mesin cuci, Fiona menyapu lantai, lalu setelah itu ia mengepel lantai.

Fiona selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya, lalu membuka ponselnya, ia membuka aplikasi instagram. Ia akan mencoba kembali mengirim dm pada Filio melalui akun instagram aslinya.

[Hai Filio, ini aku Vinia yang meminjam jaket dan jas hujan kamu]

Filio yang ada sedang membuka ponselnya membaca dm tersebut dan langsung membalasnya.

[Hai Vin, ini benar IG kamu?]

[Iya]

[Boleh minta nomor hp kamu?]

[081313027189]

[Oke, aku save ya]

[Iya]

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel Fiona bergetar, ternyata Filio langsung meneleponnya. Fiona pun langsung menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

[Hallo Vin.]

[Iya.]

[Kamu kok tau akun instagram aku sih?]

[Iya, aku lagi iseng aja, eh nggak sengaja ketemu.]

[Oh, gitu. Kamu lagi dimana?]

[Di rumah.]

[Kamu nggak kerja atau kuliah?]

[Lagi libur kuliah.]

[Oh, memang kamu kuliah dimana?]

[Di Unpad.]

[Oh, kamu anak Unpad. Aku di ITB]

[He ... He ... He ... Kita kuliah di kota yang sama.]

[Iya. Ketemuan yuk!]

[Ketemuan dimana?]

[Di Arion Cafe.]

[Boleh. Kapan?]

[Kalau siang ini, gimana?]

[Yuk!]

[Oh iya, mau ketemuan di Arion Cafe atau aku yang jemput kamu di rumah?]

[Kita ketemuan di Arion Cafe aja.]

[Oke.]

[Oh iya, tapi aku belum bisa kembalikan jaket kamu karena masih aku cuci.]

[Oh, nggak apa-apa. Untuk kamu aja, nggak usah dikembalikan.]

[Aduh, aku nggak enak lho sama kamu.]

[Nggak apa-apa, santai aja.]

[Yaudah deh.]

[Yaudah, sampai ketemu nanti siang ya.]

[Iya.]

[Byee Vinia.]

[Byee ... ]

Fiona menutup teleponnya. Ini adalah kesempatan untuk wanita yang bernama lengkap Fiona Davinia agar ia bisa dekat dengan Filio, Fiona takkan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Filio senang, akhirnya ia bisa mendapatkan nomor handphone Vinia.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Filio!"

Filio langsung membuka pintu kamarnya. "Ada apa, Ma?"

"Nanti siang antar Mama ke Mall yuk!"

"Hhhmmm, aku nggak bisa, aku ada janji mau ketemu teman."

Mama Citra mengernyitkan kedua alisnya. "Tumben!" Karena biasanya Filio selalu berada di rumah, jarang pergi bersama teman-temannya.

"Iya, karena udah lama nggak ketemuan."

"Teman apa sih? Sekolah atau kuliah?" Cecar Mama Citra, karena ia tahu Filio seorang anak introvert yang jarang bergaul.

"Teman kuliah."

"Oh, yaudah deh."

"Besok aja Ma, aku antarnya. Gimana?"

"Iya."

Karena Filio sudah terlanjur berjanji pada Vinia, tidak enak jika ia membatalkan pertemuan itu. Untungnya Mama Citra bisa mengerti anak sulungnya, tidak memaksa untuk diantar hari ini juga.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Fiona yang berada di atas meja, bergetar. Fiona mengambil ponselnya tersebut, lalu menerima panggilan dari Mama Iren.

[Hallo, Ma.]

[Iya, Fio. Kamu semalam pulang jam berapa?]

[Sampai rumah, jam sepuluh.]

[Jam sepuluh? Semalam Devan telepon Mama, katanya kamu belum pulang?]

[Nggak lama setelah Devan telepon Mama, aku langsung sampai di rumah kok.]

[Kamu habis dari mana sih?]

[Ketemuan sama Nathan.]

[Oh ketemuan sama Nathan. Kenapa nggak kasih kabar?]

[Memang kabar tentang aku, masih penting untuk Mama?]

[Kok kamu ngomongnya begitu? Walau bagaimanapun kamu tetap anak Mama!]

[Tapi aku kan sudah nggak penting untuk Mama. Lebih penting suami baru Mama itu.]

[Fio! Sudah deh, stop!]

[Kenapa sih, Ma?]

[Mama nggak mau kamu bicara seperti itu!]

[Tapi itu kan fakta! Kalau memang Mama masih menganggap aku penting. Mama nggak akan meninggalkan aku!]

[Kamu itu nggak mengerti apa yang Mama rasakan!]

Mama Iren menutup teleponnya, karena ia tidak ingin terus menerus bersitegang dengan anak sulungnya itu. Walau bagaimanapun ia akan tetap memantau Fiona dan Devan dari jauh, ia harus tetap memberi perhatian dan kasih sayang dengan kedua anaknya.

Batin Fiona masih bergejolak, ia masih belum bisa menerima kepergian sang mama. Fiona membuka pintu kamar Papa Febri, sang papa masih tertidur karena semalam habis bekerja. Fiona kasihan dengan sang papa, karena sudah tidak ada yang mengurusinya lagi. Kini ia lah yang harus bisa membahagiakan Papa Febri.

Adzan dzuhur sudah berkumandang, Fiona beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu ia melaksanakan sholat empat rakaat. Setelah selesai sholat, ia bersiap-siap, ia berganti pakaian, lalu memoles wajahnya dengan sedikit makeup. Fiona berdiri di hadapan cermin, ia sudah terlihat cantik, dengan memakai kaos lengan panjang dan celana kulot, penampilannya sederhana, cocok dengan anak seusianya. Setelah itu, Fiona pun memesan ojek online.

"Lho, kamu mau kemana?" Tanya Papa Febri saat melihat Fiona keluar dari kamarnya.

"Aku mau pergi sama Nathan dulu, Pa." Jawab Fiona, ia terpaksa berbohong pada Papa Febri.

"Nathan jemput kesini?"

"Nggak, aku dan Nathan janjian di Cafe."

Papa Febri memicingkan kedua matanya, "tumben, Nathan nggak jemput?"

"Iya. Aku mau berangkat naik ojek aja."

"Mau Papa antar?"

"Nggak usah, Pa."

"Yaudah, hati-hati ya."

"Iya."

Fiona mencium punggung tangan sang papa, lalu ia menunggu ojek online yang tadi sudah ia pesan. Tak lama kemudian datanglah ojek online tersebut. Fiona langsung naik ke atas motor, lalu pengendara ojek melajukan motornya tersebut menuju ke Cafe Arion.

Sedangkan Filio, masih berada di rumahnya. Ia keluar dari kamarnya, lalu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, setelah itu menuju ke ruang tengah.