webnovel

Mencintaimu Salahkah Aku

Mencintaimu salahkah aku? Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai. Menurutku sendiri dua pilihan itu sangat sulit. Kalau kita mencintai seseorang kemungkinan besar orang tersebut enggak akan membalas perasaan kita. Tapi kalaupun dicintai giliran kita yang sulit untuk mencintai orang tersebut. Perasaan itu datang secara tiba tiba tanpa ada undangan, tanpa kita tahu orangnya itu siapa. Salah memang mempertahankan perasaan dengan seseorang namun cinta ini bertepuk sebelah tangan.

Mawar_Biruku02 · Teen
Not enough ratings
277 Chs

Adik Jahil

Lisa khawatir nanti mereka berdua kalau kelamaan di kantor bakalan capek karena terlalu lama kena angin malam.

Akhirnya tepat pukul jam setengah enam sore tumpukan berkas itu berhasil di selesaikan sama Dito dan Lisa. Mereka semua sama-sama merengangkan otot yang daritadi bermain menari menekan keyboard laptopnya masing-masing.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga ya, Dek," Dito tak lupa mengucapkan puji syukurnya karena berhasil selesai dengan tepat waktu.

***

"Hayuk, Bang, aku rasanya ingin tidur di kasur di temani dengan kipas angin yang menemani setiap tidurku." ucap Lisa alay.

Mohon di maklumi ya, orang kalau lagi galau ngomongan emang suka melantur kemana-mana.

Dito mengusap pucuk hijab Lisa. "Alay, Dek, udah yuk pulang sekarang." ajak Dito sangat bersemangat.

Waktu yang harus di tempuh sama Dito untuk sampai ke rumah kurang lebih lima belas menit. Namun berhubung sebentar lagi waktunya salat mahgrib Dito mengbelokkan sepeda motornya menuju ke arah masjid.

"Kita salat dulu ya, Dek," Dito mengambil sajadah, peci, dan sarung di dalam tas.

Lisa menganggukkan kepala. "Iya, Bang," lisa juga sama seperti Dito ikut mengambil sajadah serta mukena.

Dito masuk ke area laki-laki sedangkan Lisa masuk ke area perempuan. Dengan berbekal seorang diri, kini mereka bersiap untuk menunaikan ibadah salat maghrib.

***

Selepas salat mahgrib Dito dan Lisa siap melanjutkan perjalanan ke rumah. Dito sangat yakin pasti nanti kalau dirinya serta Lisa sampai bakal dapat ceramah sebelum membersihkan diri. Siapa lagi yang akan mengadakan ceramah mendadak kalau bukan Ibu Widya, sedangkan Bapak Amin akan dengan cueknya dan menyaksikan kedua anak mereka dapat ceramah dadakan.

Waktu yang mereka tempuh untuk sampai ke rumah masih lama paling sekitar tujuh menitan. Kini sekarang Dito dan Lisa harus berhenti karena lampu lalu lintas yang berwarna merah, dan sebagai warga negara Indonesia yang baik harus mematuhi setiap aturan yang di buat sama pemerintah bukannya malah melanggar seenaknya sendiri.

"Bang, nanti mampir ke minimarket dulu ya, Adek pengin beli air mineral." pinta Lisa sambil menoel baju milik Dito.

Dito mengangguk pelan. "Iya, Dek," ucap Dito sedikit berteriak.

Lampu lalu lintas kini sudah berwarna hijau saatnya Dito menancapkan gasnya. Seingat Dito di sini gak ada minimarket ini artinya dia harus memilih jalur yang bebeda dari biasanya. Jalanan yang di pilih sama Dito lumayan sepi tapi mau gimana lagi minimarket yang harus puter arah dan agak dekat memang jalan sepi ini.

Lisa sepanjang jalan melawati daerah sepi ini selalu berdzikir karena dia juga gak tahu kalau ternyata sesepi ini. Lisa juga berharap semoga saja tidak ada penjahat yang menyerang mereka berdua. 

Kalau tahu keadaan jalan sepi begini Lisa enggak jadi mampir ke minimarket, namun yang sekarang bisa dia lakukan hanya diam. Kasihan sama Dito kalau Lisa ngomel sepanjang jalan, bisa memancing para penjahat.

Alhamdulillah! akhirnya mereka berdua bisa sampai juga di minimarket dan sebelum Lisa turun dari motornya Dito, dia ingin menyampaikan semua isi hatinya.

"Bang, nanti jangan lewat jalan yang sepi tadi ya, Adek, jadi takut kok, Bang," ucap Lisa jujur.

"Iya, Dek, maafin, Abang ya tadi malah lewat sana. Abang, enggak tahu kalau jalanannya sepi begitu. Ya sudah sana gih. Adek masuk minimarket biar, Abang tunggu di sini aja." ucap Dito sambil mencabut kunci motornya.

"Baiklah kalau gitu, Bang, Adek mau beli air mineral sebentar soalnya sudah haus banget nih, Bang,"

Tanpa menunggu jawaban dari Dito, Lisa langsung melangkahkan kakinya menuju pintu masuk minimarket. Lisa di sambut ramah dengan pelayan minimarket ini, lalu mengambil dua botol air mineral yang enggak dingin karena dirinya gak terlalu suka dengan minuman yang agak dingin.

Lisa mengambil beberapa minuman ada yang mineral, ada juga yang bersoda. Gak hanya minuman yang Lisa ambil tapi juga camilan, karena ini anak kalau malam kadang suka keluar kamar cari camilan, dan gak setiap hari Ibunya memantau camilan milik anaknya apakah masih ada atau sudah habis.

Setelah Lisa selesai mengambil beberapa makanan dan minuman yang dia inginkan baru kemudian dia mendorong troli menuju ke kasir. Saat Lisa hendak membayar seseorang dari belakang menepuk pundaknya, dia kaget lalu menoleh ke arah sumber suara.

"Assalamualaikum, Lisaku sayang," sapa seseorang yang ada di belakang Lisa.

"Waalaikumsalam, eh Mbak ke sini sama siapa,?" tanya Lisa kaget sambil celinggukkan ke kanan dan ke kiri.

Perempuan yang memakai dress selutut hanya menjawab pertanyaan Lisa dengan senyuman, dia sangat bahagia bisa bertemu dengan Adik dari laki-laki yang di sukainya namun sayang seribu sayang laki-laki itu selalu bersikap cuek terhadapnya.

Beda lagi dengan Lisa yang sangat terlihat enggak nyaman dengan perempuan yang ada di hadapannya ini. Lisa heran kenapa pula Abangnya bernasib malang di sukai sama perempuan yang agamnya bisa di katakan sangat kurang. Namun yang namanya cinta enggak bisa kita salahkan sama seperti dirinya mencintai seseorang yang sampai sekarang tak pernah membalas perasaannya.

Perempuan ini hanya tersenyum ringan. "Eum... biasalah, Lis, Mbak ke sini ya sendirian enggak ada yang menemani maklum kan Mbak ini jomblo,"

Petugas kasir sangat heran kenapa mereka dengan santainya mengobrol di area yang dimana banyak sekali di tunggu sama banyak orang. Mau di tegur tapi nanti di kira kurang sopan, namun mau bagaimana lagi karena antrian sudah lumayan panjang kalau di biarkan bisa-bisa makin panjang.

"Permisi, Kak, total semuanya delapan puluh ribu." ucap petugas kasir menyelamatkan orang yang sudah lama mengantri.

Lisa sangat bersyukur di selamatkan dari Mas kasir minimarket, dia enggak bisa membayangkan bagaimana kalau enggak di jeda pembicaraan ini bisa-bisa Lisa dan perempuan ini bisa mengobrol sampai harus mencari cara memutus pembicaraan yang enggak jelas ini. Namun di sisi lain Lisa juga sangat kasihan sama perempuan ini terus-terusan mengejar salah satu Abangnya tapi si Abang enggak membalas perasaannya.

Huft! Sepertinya Lisa enggak bisa terbebas dari perempuan yang tadi enggak sengaja ketemu di minimarket, pasti nanti Lisa bakalan di suruh untuk menunggu dan melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda.

Lisa sudah selesai membayar barang belanjaannya lalu mencari dimana keberadaan Dito. Ke sana ke mari tapi sosok Dito belum di temukan oleh kedua mata Lisa. Sebagai seorang Adik dia sangat khawatir jangan-jangan Dito lagi di culik sama orang.

"Mau nelfon siapa sih, Dek,?" tanya seseorang yang memakai topi duduk di bangku minimarket.

Lisa khawatir apa orang ini berniat jahat sama dirinya. "E-enggak siapa-siapa." ucap Lisa sambil terbata-bata.