webnovel

KU MENANGIS KARENAMU

"Aku sangat bahagia Harry, walau aku masih belum menemukan William, walau aku belum bisa menikah dengannya tapi aku telah mempunyai William kecil yang bisa membuat aku bisa bertahan hidup." ucap Sheisha di sela-sela isak tangisnya.

Mendengar curahan hati Sheisha, Harry hanya bisa memeluk Sheisha dengan penuh kesedihan. Apa yang di alami Sheisha pasti sangat berat. Berpisah dengan William orang yang dia cintai dan sekarang mengandung darah daging William tanpa ada ikatan pernikahan.

"Sheisha, biarkan aku yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi padamu. Aku akan menjagamu dan bayi yang kamu kandung. Jangan biarkan bayi kamu lahir tanpa seorang Ayah." ucap Harry memeluk Sheisha dengan erat benar-benar merasakan kesedihan yang di rasakan Sheisha.

Sheisha memejamkan matanya mengingat apa yang sudah William lakukan padanya. Semua yang di lakukan William padanya di luar kendalinya. Sheisha sangat yakin William tidak akan bisa melakukan hal itu jika tidak ada sesuatu yang begitu mudah mengendalikan jiwa William.

Dan sekarang demi kebahagiaannya, William pergi dengan semua penyesalannya.

"William tidak bersalah kan Harry?? William dan aku yang menjadi korban di sini. William tidak pantas menghukum dirinya sendiri yang tidak bersalah. Aku sangat yakin William tidak akan tega melakukan hal itu padaku." ucap Sheisha menangis dalam pelukan Harry.

"Kamu benar Sheisha, William tidak bersalah. William pria yang sangat baik dan bertanggungjawab. Aku tahu apa yang terjadi pasti juga sangat menyakiti hati William." ucap Harry berusaha menenangkan hati Sheisha.

"Di mana William sekarang Harry, dia harus tahu kalau aku hamil anaknya. Tolong cari William, Har." ucap Sheisha di sela-sela isak tangisnya memohon pada Harry untuk terus mencari William.

Harry menelan salivanya, tidak tahu harus menjawab apa dengan permintaan Sheisha. Dia sudah berusaha keras mencari keberadaan William bahkan sudah minta tolong pada yang berwajib untuk mencari terus keberadaan William. Tapi tetap saja keberadaan William tidak bisa dia temukan.

"Aku akan berusaha terus mencarinya, Sheisha. Semoga saja sebelum kamu melahirkan William bisa aku temukan. Aku tidak mau bayi kamu lahir tanpa seorang suami dan Ayah." ucap Harry berusaha menjaga nama baik Sheisha agar tidak tercemar.

"Terima kasih Harry, kamu sahabat terbaikku. Aku menyayangimu." ucap Sheisha memeluk Harry dengan perasaan sedih selalu menyakiti hati Harry. Tapi bagaimana lagi, Sheisha sudah memutuskan dan memberikan cinta dan hidupnya pada William.

"Aku juga menyayangimu Sheisha. Jangan menangis dan bersedih lagi oke? kamu harus hadapi semuanya dengan senyuman." ucap Harry seraya mengusap air mata Sheisha.

Kembali Sheisha menganggukkan kepalanya selalu menurut apa yang di katakan Harry. Bagi Sheisha, Harry seperti seorang Ayah, Kakak yang selalu dia percaya kata-katanya.

"Sekarang bagaimana? kamu ingin istirahat di rumah atau istirahat di sini sampai kamu benar-benar sehat." ucap Harry dengan tatapan sayang.

"Aku mau istirahat di rumah saja Har, aku merasa mual bau obat di rumah sakit." ucap Sheisha sambil mengusap perutnya yang masih rata.

"Baiklah, kamu tunggu di sini sebentar. Aku akan mengurus kepulanganmu ke bagian administrasi." ucap Harry selalu menuruti apa yang di inginkan Sheisha.

Sheisha menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

Dengan tersenyum Harry mengusap puncak kepala Sheisha kemudian berjalan keluar kamar untuk segera menyelesaikan administrasi kepulangan Sheisha.

Setelah Harry pergi Sheisha mengambil ponselnya dan melihat foto-foto William saat bersamanya.

"Aku sangat merindukanmu Will? di mana kamu sekarang Will? kenapa kamu tega meninggalkan aku sendirian? apa kamu tahu saat ini aku hamil anak kamu? anak kita berdua." ucap Sheisha seraya mengusap foto William yang tampak tersenyum manis padanya.

Merasakan kerinduan yang dalam pada William membuat air mata Sheisha kembali mengalir di pipinya.

Entah karena rasa rindunya yang sangat dalam pada William, Sheisha menekan tombol panggilan di nomor kontak William yang sudah tidak aktif sejak kepergian William sebulan yang lalu.

"Tuuuttt... Tuuuttt... Tuuuttt"

Dengan cepat Sheisha memutuskan panggilannya. Jantung Sheisha seolah-olah berhenti saat mendengar ada nada panggilan di nomor William yang dia pikir sudah di aktif lagi.

"Ya Tuhan!! apa aku tidak salah dengar?!! ponsel William tersambung?? apa nomernya sudah aktif lagi??!!" tanya Sheisha dalam hati, masih duduk terpaku sambil memegang ponselnya.

"Aku harus memastikannya lagi. Siapa tahu itu hanya ilusiku saja." ucap Sheisha dengan hati berdebar-debar dan tangan gemetar menekan lagi tombol panggilan di nomor William.

"Tuuuttt... Tuuuttt... Tuuuttt"

"Ya Tuhan!! nomor William benar-benar aktif! Ayolah Will.... angkat panggilanku." ucap Sheisha dengan mata berkaca-kaca menunggu panggilannya di terima William.

Sudah beberapa kali Sheisha mengulangi panggilannya tapi tetap tidak ada jawaban.

"William, ada apa denganmu? apa yang terjadi padamu Will. Apa kamu sudah melupakan aku Will? sudah satu bulan lebih kita tidak bertemu, apa kamu sama sekali tidak merindukan aku?" ucap Sheisha dengan air mata yang kembali mengalir di pipinya.

Panggilannya sudah belasan kali masih belum di terima William, hingga pada saat Sheisha sudah merasa sedih dan putus asa panggilannya di terima oleh seorang wanita. Jantung Sheisha terasa berhenti saat mendengar suara wanita yang menerima panggilannya. Tapi Sheisha tetap berusaha tenang menghadapinya.

"Hallo...ini dengan siapa?" tanya wanita itu dengan suara yang sangat halus.

"Aku...aku Sheisha. Apa William ada? ini benar nomor William kan?" tanya Sheisha dengan suara bergetar.

"Benar, ini nomor William. Ada keperluan apa anda mencari William?" tanya wanita itu dengan sangat ramah.

"Aku.... bisakah aku bicara dengan William sebentar?" ucap Sheisha merasakan rasa sakit yang luar biasa saat wanita itu menanyainya seolah-olah dia wanita asing yang tidak mengenal William.

"Maaf, William saat ini sedang mandi. Kalau ada pesan katakan saja padaku. Aku Safira istri William." ucap Wanita itu menyebutkan nama dan statusnya sebagai istri William.

"DEGG"

Seperti ada pisau tajam yang menusuk jantung hatinya berulang-ulang saat mendengar pengakuan wanita yang bernama Safira.

"Benarkah William sudah menikah denganmu? kapan kalian menikah?" tanya Sheisha dengan perasaan sedih dan hati yang hancur.

"Aku dan William sudah menikah satu bulan yang lalu. Ada apa? apa anda mengenal dekat William?" tanya Safira ingin tahu tentang Sheisha.

"Tidak, aku tidak terlalu mengenalnya. Kalau boleh tahu William anda dan William tinggal di mana sekarang?" tanya Sheisha menahan tangisnya agar tidak terdengar Safira.

"Aku dan William tidak di luar negeri, kenapa?" tanya Safira lagi ingin tahu alasan Sheisha mencari William.

"Tidak apa-apa, sampaikan saja salamku pada William." ucap Sheisha dengan cepat memutuskan panggilannya.

Sheisha benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan air mata kesedihannya mendengar semua yang di katakan Safira. Sambil menggenggam ponselnya Sheisha menangis meraung melepas semua rasa sakit dan sedihnya.