16 HAMIL ANAK WILLIAM

"Aku tidak tahu Harry, sepetinya aku mau pingsan." ucap Sheisha tiba-tiba merasa tubuhnya sangat lemas dan kedua matanya berkunang-kunang.

Baru selesai bicara tubuh Sheisha sudah terjatuh dalam pelukan Harry yang masih memeluknya.

"Ya Tuhan!! Sheisha!! Sheisha!!" panggil Harry sambil memeluk pinggang Sheisha yang sudah pingsan.

"Kenapa denganmu Sheisha? tadi pagi kamu baik-baik saja?" ucap Harry dengan panik membawa Sheisha keluar dari restoran dan membawanya kembali ke dalam mobil.

Dengan hati-hati Harry menyandarkan Sheisha di kursi depan dan memasangkan sabuk pengamannya.

Dengan perasaan cemas Harry menjalankan mobilnya dengan kecepatan menuju ke rumah sakit terdekat.

Sampai di rumah sakit, Harry mengangkat Sheisha dan berlari membawanya ke UGD agar mendapatkan pertolongan secepatnya.

"Tolong Dokter, tiba-tiba saja istriku pingsan. Padahal sebelumnya dia baik-baik saja." ucap Harry dengan serius sengaja mengatakan pada Dokter kalau Sheisha adalah istrinya.

"Baiklah Tuan, sebaiknya anda menunggu di luar agar kami bisa menanganinya dengan segera." ucap Dokter tersebut seraya mendekati Sheisha.

Dengan berat hati Harry terpaksa keluar dari ruangan UGD dan menunggu di luar.

Hampir satu jam Harry mondar-mandir menunggu kabar tentang keadaan Sheisha, tapi belum ada Dokter atau perawat yang keluar dari pintu UGD.

"Ceklek"

Harry membalikkan badannya saat mendengar pintu terbuka. Saat melihat Dokter keluar bergegas Harry mendekatinya.

"Dokter? bagaimana keadaan istriku?" tanya Harry dengan tatapan cemas.

Dokter itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Harry.

"Selamat ya Tuan, Istri anda saat ini dalam keadaan hamil. Selamat sudah menjadi calon Ayah." ucap Dokter dengan ramah memberikan ucapan selamat pada Harry.

Harry terhenyak seketika mendengar ucapan selamat dari Dokter. Namun begitu Harry tetap menyambut juga uluran tangan Dokter itu.

"Terima kasih Dokter, tapi apa anda yakin kalau istri saya hamil Dokter?" tanya Harry dengan pertanyaan bodohnya pada seorang Dokter. Kehamilan Sheisha masih belum Harry percaya sepenuhnya. Tidak mungkin dengan apa yang di lakukan William satu bulan yang lalu telah membuat Sheisha hamil.

"Apa anda meragukan saya sebagai Dokter atau anda tidak percaya dengan kenyataan kalau istri anda hamil?" ucap Dokter dengan tersenyum.

Harry menelan salivanya sedikit malu dengan ucapan Dokter.

"Terima kasih Dokter, berita ini benar-benar sangat mengejutkan aku. Apa istriku tahu tentang hal ini Dokter? apa aku bisa melihatnya?" tanya Harry dengan wajah masih terlihat shock.

"Kebetulan istri anda belum tahu, saya berpikir mungkin anda akan memberi kejutan untuk istri anda. Anda sudah bisa melihat istri anda. Keadaannya sudah membaik, mungkin hormon kehamilannya yang membuatnya lelah dan lemas." ucap Dokter menjelaskan cukup panjang lebar tentang kehamilan Sheisha.

"Apa ada obat yang perlu aku beli Dokter?" tanya Harry dengan perasaan gugup layaknya seorang suami pada istrinya yang sedang hamil pertama.

"Saya sudah membuatkan resep dan bisa anda beli di apotik rumah sakit. Resepnya nanti di berikan oleh asisten saya." ucap Dokter dengan tersenyum ramah kemudian meninggalkan Harry yang terpaku di tempatnya.

"Ya Tuhan Sheisha, kamu hamil dengan William. Bayi yang kamu kandung bayi William. Bagaimana aku harus memberitahu William kalau dia belum aku temukan. Lalu bagaimana dengan kamu? kamu harus secepatnya menikah untuk kebaikan bayi kamu. Tapi kamu harus menikah dengan siapa?" tanya Harry dengan perasaan bingung tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk mencari jalan keluar dengan masalah Sheisha.

"Tuan Harry." panggil seorang perawat berdiri di pintu sedang menatapnya.

"Ya Suster? ada apa?" tanya Harry dengan perasaan bingung mendekati Perawat yang masih menatapnya.

"Apa anda tidak ingin melihat istri anda? istri anda sudah sadar dan mencari anda." ucap perawat itu dengan tersenyum.

"Baik Suster saya akan melihatnya." ucap Harry dengan hati berdebar-debar mengikuti perawat yang membawanya ke tempat Sheisha.

Harry menelan salivanya saat melihat Sheisha yang sedang duduk bersandar sedang menatapnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Harry seraya mendekati Sheisha dan duduk di sampingnya.

"Aku masih sedikit lemas Har, apa tadi aku pingsan?" tanya Sheisha dengan tatapan sayu.

"Apa yang kamu rasakan? apa kamu merasa lemas dan pusing?" tanya Harry dengan tatapan dalam, terlalu sulit untuk mengatakan tentang kehamilan Sheisha.

Sheisha menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Harry.

"Sheisha, sepertinya untuk kontrak-kontrak yang belum kamu tandatangani sebaiknya kita tolak." ucap Harry dengan suara seolah-olah tercekat di tenggorokannya.

Kening Sheisha berkerut mendengar ucapan Harry.

"Memang ada apa Harry? kenapa aku harus menolak kontrak yang sudah kita dapatkan?" tanya Sheisha dengan tatapan tak mengerti.

"Aku akan memberitahumu saat di rumah nanti. Kamu sudah merasa sehat atau perlu beristirahat di sini beberapa hari?" tanya Harry dengan serius.

Sheisha menjadi salah tingkah dengan tatapan Harry yang tidak biasanya.

"Kenapa harus menunggu di rumah? katakan di saja Har. Aku tidak bisa menunggu lagi kalau hal itu sangat penting. Apalagi berhubungan dengan pekerjaan." ucap Sheisha dengan tatapan memohon.

Harry menghela nafas dalam kemudian menggenggam tangan Sheisha.

"Aku harap setelah kamu mendengarnya kamu bisa lebih kuat lagi Sheisha." ucap Harry tidak tega untuk mengatakannya. Harry sangat yakin pasti Sheisha akan menangis lagi karena belum menemukan William sampai saat ini.

"Ada apa Harry? sepertinya sangat serius sekali? katakan, jangan ragu." ucap Sheisha dengan hati berdebar-debar menunggu apa yang akan di katakan Harry.

"Saat ini kamu hamil Sheisha, usia kandunganmu tiga puluh enam hari. Tepatnya kamu hamil anak William." ucap Harry dengan suara pelan dengan pandangan tak lepas dari kedua mata Sheisha.

Sheisha terdiam dengan bibir setengah terbuka. Kedua matanya berkaca-kaca tak berkedip menatap wajah Harry.

"Apa yang kamu katakan Harry? bagaimana aku bisa hamil? William melakukan hal itu hanya satu kali dan itu juga tanpa sengaja." ucap Sheisha seraya menelan salivanya.

"Bisa saja itu terjadi Sheisha, pada kenyataannya kamu saat ini hamil. Dan kamu harus memikirkan kandungan kamu mulai sekarang. Kamu tidak bisa bekerja terlalu keras lagi. Kamu harus lebih banyak istirahat dan makan makanan yang sehat." ucap Harry seraya mengusap wajah Sheisha dengan tatapan dalam.

"Harry, apakah benar yang kamu katakan itu? aku hamil anak William?" tanya Sheisha lagi dengan air mata berlinang.

Harry menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"YaTuhan, aku hamil anaknya William!" ucap Sheisha menangis bahagia sambil mengusap perutnya.

"Apa kamu bahagia Sheisha?" tanya Harry dengan perasaan sedih, sampai saat ini Sheisha masih sangat mencintai William.

"Aku sangat bahagia Harry, walau aku masih belum menemukan William, walau aku belum bisa menikah dengannya tapi aku telah mempunyai William kecil yang bisa membuat aku bisa bertahan." ucap Sheisha di sela-sela isak tangisnya.

avataravatar
Next chapter