webnovel

Serigala Raksasa

Anton memulai joggingnya pagi itu, ia menuju ke jalan setapak yang ada dibelakang halaman vila. Para pekerja di vilapun sudah memulai bebagai aktivitasnya sejak dini hari tadi. Sebelum ke jalan setapak, Anton akan melewati beberapa pondok dan kandang domba. Anton menyapa beberapa orang sebelum akhirnya ia tiba di jalan setapak yang bersambung ke hutan gunung Halimun. Sesaat sudah masuk lebih dalam ke hutan, Anton mulai sedikit menyalurkan kekuatan gen Aulnya. Ia akan berlari lebih cepat, kemudian naik ke atas bukit terjal dengan sangat cepat dan gesit. Apabila ada manusia biasa yang melihatnya sudah pasti Anton akan dikira sebagai setan atau makhluk jadi-jadian penunggu hutan gunung Halimun karena gerakannya bukan gerakan manusia normal.

Pagi itu Anton masuk lebih dalam ke hutan, bahkan ia agak naik ke bukit dan melewati beberapa air terjun yang belum di jamah oleh manusia. Beberapa air terjun di gunung Halimun Salak sudah menjadi objek wisata, namun itu hanya air terjun yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak saja. Yang dilewati Anton benar-benar masih terjaga keasrian dan keasliannya. Terkadang jika sedang bosan dan tidak banyak pekerjaan, siang hari Anton suka berendam di beberapa air terjun yang ada disana. Sekedar melepaskan penat dan menghibur dirinya. Namun pagi itu dia tidak butuh penghiburan, karena hatinya sudah penuh dengan bunga warna warni dan pelangi. Bagi Anton, ini adalah kali pertama ia merasakan perasaan aneh itu.

Ia merasa bahagia namun juga takut dan khawatir di saat yang sama. Anton tidak pernah berpikir akan bertemu kembali dengan Hanin yang dulu memang menimbulkan perasaan yang aneh dalam diri Anton. Sebelum rasa itu berkembang, Anton sudah menghadapi kebangkitan gen Aul diusianya yang ke-16 sehingga ia tidak pernah tahu akan menjadi seperti apa perasaan itu. Anton tidak pernah berharap ataupun berpikir jika ia akan bertemu Hanin lagi. Bermimpipun ia terlalu takut karena pada kenyataannya ia adalah keturunan Aul. Kaumnya di kenal masyarakat sebagai setan, makhluk jadi-jadian, bersekutu dengan iblis, rasanya tidak pantas ia berharap memiliki kekasih dari kaum manusia.

Anton terus mendaki ke atas dengan kekuatan yang ia miliki sebagai Aul, ia tidak tahu sudah seberapa jauh ia berlari. Nyatanya ia sudah naik mendaki ke gunung Halimun. Dari kejauhan tampak sesosok makhluk yang merasakan kehadiran Anton. Makhluk itu menatap kehadiran Anton dan mengikutinya dari belakang. Anton perlahan mulai merasakan ada sosok yang mengikutinya. Ia berhenti berlari, lalu melihat kesekitarnya, mencari siapa yang mengikutinya. Ia kemudian mengendus-endus, berusaha mencari aroma yang mungkin ia kenal. Mata Anton bercahaya keemasan disaat ia mencium bau dari Aul lain yang hadir di dekatnya.

"Siapa kamu?" teriak Anton.

Mata Anton berkelana mencari-cari sosok Aul yang mengikutinya. Tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki di belakangnya, reflek ia berbalik badan dan waspada. Tangannya mulai mengalami transformasi menjadi manusia serigala untuk berjaga-jaga jikalau ia diserang makhluk yang sama seperti dirinya.

"Anton Prakarsa Pratama…."

"Kau tampak luar biasa sekarang."

Terdengar suara seseorang yang entah dari mana asalnya. Anton belum bisa menemukan sosok yang sedang berbicara itu. Dan yang megherankan, sosok itu mengenal dirinya. Anton semakin waspada, matanya mencari-cari disetiap sudut pepohonan rimbun, dan menyapu setiap semak-semak. Suara orang itu tersamar dengan suara derasnya air terjun yang tidak jauh dari tempat Anton berdiri. Anton menyadari kalau suara yang didengar itu adalah suara laki-laki yang sudah tua. Anton memperkirakan suara itu adalah suara dari salah satu sesepuh Aul yang memang banyak tinggal di sekitar gunung Halimun dan Salak. Namun, suara pria itu baru kali ini ia dengar. Berarti sesepuh Aul ini bukanlah salah seorang sesepuh yang membantunya berlatih dahulu.

Tiba-tiba muncul sesosok serigala yang besarnya berkali-kali lipat serigala biasa dari balik semak-semak. Berbulu hitam legam dan bermata merah menyala. Anton terkejut melihatnya, karena Aul yang ia lihat dan kenal selama ini tidak pernah bertransformasi menjadi serigala seutuhnya. Tetapi tubuhnya percampuran antara anatomi tubuh manusia dan serigala meskipun proporsinya juga tidak biasa. Tetapi makhluk yang ada dihadapannya ini berbentuk seperti serigala biasa, hanya saja tubuhnya raksasa, dan makhluk itu bisa berbicara!

"Makhluk apa kamu?" ucap Anton dengan nada yang sedikit takut. Karena ia tidak pernah membayangkan ada Aul yang berwujud seperti itu.

"Tidak perlu takut, Nak. Aku adalah sesepuh Aul tertua yang masih hidup di Indonesia."

Makhluk besar itu berbicara lalu duduk di hadapan Anton yang masih terkesima dengannya. Matanya tidak berkedip melihat makhluk hitam besar yang mengaku sebagai sesepuh tertua Aul itu.

Makhluk itu mendengus,"Sudah..sudah. tidak usah kaget seperti itu!"

"Aku adalah Aki Barja."

"Aku tidak akan muncul di hadapan semua Aul. Aku hanya akan muncul dihadapan Aul yang terpilih."

Anton tidak mengerti maksud perkataan makhluk yang mengaku bernama Aki Barja itu. Apa maksudnya dengan Aul terpilih. Anton merasa dirinya tidak memiliki kelebihan apa-apa sebagai keturunan Aul. Ia sangat terkejut karena tidak pernah mendengar kalau ada Aul yang bisa berubah menjadi serigala seutuhnya dan dengan ukuran yang sebesar itu. Dan yang hal lain yang berbeda dari Aki Barja adalah ia serigala dengan mata berwarna merah. Anton belum pernah bertemu dengan Aul yang memiliki bola mata berwarna merah seperti itu. Entahlah dengan kaum werewolves yang berada di luar Indonesia, apakah ada yang memiliki mata seperti milik Aki Barja. Tetapi Aul yang ia kenal memiliki mata kuning keemasan.

"Kenapa? Kau heran dengan wujudku yang seperti ini?" tanya Aki Barja.

Anton mengangguk tanda setuju sebagai jawaban atas pertanyaan Aki Barja. Ia benar-benar terkejut dengan kemunculan sosok Ali Barja.

"Aku sesepuh yang mampu bertahan bertapa di puncak gunung ini selama ratusan tahun, dan kemudian aku mendapatkan wujud ini sebagai ganti dari wujud Aul ku yang sebelumnya."

"Aku kenal dengan semua sesepuh yang kemarin melatihmu untuk mengendalikan kekuatan Aul. Usia mereka lebih muda dariku, dan mereka tidak akan mampu bertahan bertapa seperti yang telah aku jalani."

Anton tampak penasaran dengan sosok Aki Barja, apakah ia hanya berupa ruh yang kasat mata, ataukah makhluk berdimensi yang bisa disentuh. Anton perlahan mengulurkan tangannya untuk memastikan hal itu. Aki Barja membiarkan Anton menyentuhnya. Anton dapat merasakan bulu lembut yang menutupi seluruh tubuh Aki Barja. Aki Barja tertawa melihat Anton yang penasaran akan wujudnya.

"Ha..ha..ha. Kau pikir aku ini makhluk kasat mata ya?"

"Tentu saja aku bisa disentuh, tapi tidak oleh sembarang Aul."

"Hanya Aul yang berperan sebagai Aul Alpha yang bisa menyentuhku, yang bisa berkomunikasi dengankupun terbatas." Ujarnya sambil terus memperhatikan raut wajah Anton yang semakin bingung mendengarkan pejelasan Ki Barja.

"Aul Alpha?" tanya Anton heran, karena ia baru mendengar istilah itu.

Anton pernah membaca kalau dalam satu kelompok serigala akan ada serigala yang menjadi pimpinan, dan itu di sebut sebagai serigala alpha. Apakah hal itu berlaku juga dalam tatanan kehidupan bermasyarakat manusia serigala, Anton tidak tahu.

"Maksudnya seperti serigala alpha? Yang memegang kendali di suatu kelompok dalam kehidupan berkelompok serigala?" lanjut Anton.

Ki Barja tersenyum, meskipun Anton tidak yakin apakah itu sebuah senyuman atau tidak karena wujud Ki Barja.

"Yah, kurang lebihnya. Kalau serigala berlaku untuk kelompok-kelompok kecil, kalau dalam dunia Aul, berlaku untuk semua Aul di suatu wilayah yang luas seperti suatu Negara." Jelas Ki Barja.

"Seperti presiden?" tanya Anton ragu-ragu.

"Ya, seperti presiden." Jawab Ki Barja.

"Tapi apa hubungannya dengan aku Ki? Aku hanya Aul biasa."

Ki Barja menatap tajam kepada Anton. Anton tidak mengerti maksud dari tatapannya itu. Ki Barja kemudian bangkit dari duduknya dan bersiap pergi meninggalkan Anton yang masih penuh dengan tanda tanya. Anton menatapnya tubuh serigala raksasa itu menjauh. Ki Barja lalu menengok kearah Anton sebelum menghilang diantara pepohonan dan semak-semak.

"Sebentar lagi kau akan tahu Anton. Berhati-hatilah selalu." Pesan Ki Barja, kemudian sosok itu menghilang tanpa jejak.

Anton masih tidak percaya pada pertemuannya dengan serigala raksasa yang bernama Ki Barja itu. Apakah itu hanya khayalannya saja, atau memang benar-benar terjadi. Di basuh wajahnya di air terjun yang tidak jauh dari situ sambil terus berpikir keras apa maksud dari perbicangannya tadi. Ia bahkan tidak tahu apakah saat ini ada yang mengisi posisi Aul alpha di Indonesia. Mengapa tiba-tiba saja Ki Barja muncul dihadapannya, dan berbicara seakan-akan ia adalah Aul terpilih dari sekian banyak Aul yang ada.

Niatnya yang mau mendinginkan pikiran dari sosok Hanin gagal total. Bukannya jadi lebih baik, kini pikirannya malah semakin menggila.

"Kalau begini caranya, bisa makin gila aku!" ucapnya kepada dirinya sendiri.

Akhirnya Anton memutuskan untuk kembali saja ke vila karena dilihat jam tangan digitalnya telah menunjukkan pukul 08.00. Tak terasa sudah 1,5 jam ia meninggalkan vila. Dengan otak yang penuh dengan tanda tanya, Anton menuruni jalan terjal untuk kembali ke vila. Anton berencana akan menceritakan pertemuannya itu kepada Pak Pratama, ayahnya, dan berharap akan mendapat jawaban atas pertanyaaan-pertanyaannya.