webnovel

Menara Dewa: Keinginan dan Kejayaan

10 tahun yang lalu, 12 Utusan Sang Pencipta turun ke bumi dan membawakan sebuah pesan untuk umat manusia di mana mereka akan menerima hukuman dari Sang Pencipta. Hukuman itu berupa penyatuan daratan menjadi satu benua dan munculnya menara raksasa. Untuk bisa membebaskan mereka dari hukuman itu, mereka harus bisa mencapai puncak dan menyatakan keinginan mereka kepada Sang Pencipta. Namun, sebagai bentuk kemurahan hati dari-Nya, manusia diberikan berbagai macam kemampuan yang bisa mereka gunakan untuk membantu mereka mencapai puncak. Mereka disebut sebagai Bellator. Namun, tidak semua Bellator di benua baru ini mampu memiliki kemampuan yang kuat untuk melakukan penaklukan menara. Dia adalah Galam Isiros. Dia seorang Bellator dengan peringkat rendah karena kemampuan yang dia miliki bukanlah kemampuan yang berguna dalam pertarungan yaitu Space Bag. Sebelum ia berakhir menjadi seorang Bellator, Galam menjadi seorang Profesional Gamer. Namun pencapaiannya itu seketika sirna setelah 12 Utusan Sang Pencipta turun ke bumi. Saat ini, ia bekerja sebagai Porter yang bertugas untuk membawa barang-barang hasil jarahan dalam penaklukan. Walaupun ia sudah memasuki banyak lantai penaklukan yang bahkan memiliki tingkat kesulitan semakin tinggi, uang yang ia dapatkan tetap tidak mencukupi untuk hidup. Hingga suatu hari, sebuah kejadian aneh dalam penaklukkan membuat semua anggota party terbunuh kecuali dirinya. Ketika ia diambang kematian, kekuatannya berkembang dan membuatnya berhasil bertahan hingga akhir. Hal itu membuat ia mencapai suatu pencapaian dan membuka sebuah kemampuan baru yang membawanya ke puncak menara!

setiawangalih_ · Fantasy
Not enough ratings
13 Chs

Antara Hidup dan Mati

"Lari! Gerakkan kakimu!" Varos kemudian menginstruksikan semua orang untuk melarikan diri dari makhluk itu.

Semua orang berhamburan ke segala arah menghindari pemandangan makhluk besar itu. Mereka berteriak, melarikan diri dari jangkauan Raja Iblis.

"Tolong! Selamatkan aku!

" Gyaa! Tolong aku!"

"Sialan, sialan, sialan! Apa kita akan terus berlari sampai kita mati?!"

"Kalau begitu, apa kau memilih untuk menjadi makanan makhluk mengerikan itu?!"

Ada seorang anggota party wanita yang tertinggal karena dia sangat ketakutan sehingga dia tidak bisa menggerakkan kakinya. Tentu saja, makhluk itu menyadari kehadiran wanita itu dan tanpa ragu menebasnya, membuat darahnya berceceran kemana-mana. Seketika, tempat itu menjadi area merah yang disebabkan pertumpahan darah sepihak dari para Bellator.

Andras yang sambil berlari menginstruksikan semua orang untuk menyebar ke segala tempat. "Semuanya, lari dan jangan berkerumun. Akan berbahaya jika kita berkelompok, menyebar ke mana pun yang kalian rasa tempat aman!"

"O–Oke!" Galam berlari dengan susah payah karena dia juga harus menggendong Sana yang masih pingsan.

"Ayo, kamu harus sadar, Sana! Cepat dan gunakan kekuatanmu untuk membantu kami!" kata Galam sambil melihat wajah Sana yang dibawanya.

Semua orang mulai berlarian dan berusaha mencari tempat yang aman untuk diri mereka sendiri. Terlihat salah satu anggota berlari dan kemudian bersembunyi di balik salah satu pilar di ruangan.

"Aku harus bisa kembali hidup-hidup dari sini! Aku tidak bisa mati, akhirnya, aku akan menjadi ayah dari dua anakku yang akan lahir!", kata pria itu.

Dia kemudian memejamkan mata, membayangkan wajah istrinya yang sedang mengandung anak kembarnya. Pria itu begitu tenggelam dalam pikirannya sehingga dia tidak menyadari bahaya yang datang dari atas kepalanya.

Andras yang melihat keanehan pilar yang ditempati oleh pria itu mencoba membangunkan dan memperingatkannya. "Tuan! Bangun! Lihat ke atas dan lari!"

Namun terlambat, sebelum pria itu menyadari bahayanya, iblis kecil keluar dari pilar dan berhasil membelah pria itu menjadi dua dengan menggunakan sebuah kapak yang iblis kecil itu gunakan. Selain pilar itu, juga dari pilar lainnya, iblis kecil juga mulai muncul yang membawa senjata berupa pedang dan belati. Mereka semua mengejar anggota party sambil meneriakkan pujian kepada Ifrit.

"Puji Yang Mulia."

"Puji Yang Mulia."

"Puji Yang Mulia.

"Bajingan! Mereka semua setan yang berisik! Bagaimana kita bisa memuji iblis seperti dia!" kata Galam keras dengan nada kesal. "Sekali iblis tetaplah iblis!"

Galam menyaksikan beberapa rekan party yang tersisa mulai kehabisan akal dan melawan iblis-iblis kecil itu. Mayat dan beberapa anggota tubuh baik itu manusia dan iblis kecil berserakan di mana-mana, pemandangan yang menyedihkan dan menakutkan.

Galam terus berlari sambil berpikir mencari cara untuk menghentikan makhluk itu agar tidak bergerak, minimal menjauhkan dirinya dari kejaran makhluk bengis seperti mereka. Berkali-kali, fokus Galam harus terpecah oleh suara teriakan dan isak tangis dari rekan-rekannya yang jatuh.

" Ah! Sial—"

"Tanganku! Tolong, tanganku!"

"Tidak! Aku tidak mau mati!"

"Argh!"

Galam mencoba mengabaikan suara yang dia dengar dan mencoba untuk tetap fokus. "Sialan! Sangat sulit untuk berpikir ketika aku harus berlari dan mengabaikan suara-suara menyakitkan itu! Ayolah, fokuslah pada ini, untuk saat ini, Galam! Dia mencoba menghibur dirinya sendiri.

Saat dia melihat semua yang ada di ruangan itu, dia memperhatikan patung iblis yang berbeda dari lainnya, patung itu memegang salah satu alat musik instrumen. Galam kemudian berpikir, mengapa patung itu ada di ruangan ini. Ia mulai menebak-nebak fungsi patung itu.

Instrumen biasanya dikaitkan dengan lagu dan pujian, hal itu juga sering terdapar di gereja. Jika memang patung itu seperti pilar-pilar di sini, maka ada kemungkinan ia bisa mengeluarkan setan yang mampu memainkan alat musik yang akan memberikan lantunan pujian Ifrit, pikir Galam.

Tanpa pikir panjang, Galam memerintahkan semua orang yang tersisa untuk bergegas menuju patung-patung itu. "Semuanya, lari dan mendekat ke patung iblis yang memegang alat musik instrumen!"

"Patung iblis dengan alat musik instrumen?!"

"Ya! Cari patung iblis yang memegang alat musik di tangannya! Ada kemungkinan mereka akan menyelamatkan kita dari kejaran makhluk itu!"

Setelah mendengar itu, semua orang mulai berlari menuju patung-patung yang memegang alat musik di tangan mereka. Satu demi satu mereka mulai mengubah arah berlari menuju patung-patung yang bertebaran di seluruh ruangan. Tak sedikit juga mereka harus berakhir menjadi korban keganasan para iblis sebelum mencapai lokasi patung beralat musik itu.

Andras yang sudah sampai akhirnya berhenti tepat di bawah patung. Andras terkejut ketika dia berhenti, patung itu bersinar dan sosok roh yang memegang alat musik muncul seperti yang ada di pajangan patung. Roh yang muncul itu segera memainkan alat musik yang dipegangnya.

"Benda itu, dia mulai memainkannya?" Andras tampak tercengang dengan apa yang dia saksikan. Musik yang keluar terdengar merdu dan indah. Seperti yang dikatakan Galam, kini Andras tidak lagi menjadi sasaran tebasan makhluk-makhluk mengerikan dan setan-setan kecil itu.

"Kupikir aku akan mati!" Bahkan Varos yang sudah tiba merasa sedikit lega karena berhasil mencapai patung dengan alat musik.

Menyadari fakta tersebut, Andras kemudian meminta yang lain untuk segera menuju ke arah patung yang memegang alat musik di tangannya. "Segera lari ke arah patung dengan alat musik yang ada di setiap sudut ruangan! Makhluk itu tidak akan mengejar kita setelah mencapai patung itu. Dia akan mulai memainkan alat musiknya dan mengeluarkan musik yang indah sebagai bentuk pujian. Dan mungkin inilah yang dimaksud sebagai pujian untuk makhluk itu!"

Kemudian, mereka mulai mencapai patung-patung tersebut dan musik yang sangat indah mulai dimainkan. Makhluk-makhluk itu menjauh dari mereka yang telah mencapai patung dan mengejar orang-orang yang berlari. Meski begitu, beberapa dari mereka tidak berhasil mencapai tempat patung itu berada dan berakhir dengan tebasan dari iblis kecil yang mengejar mereka.

"Hei, segera lari ke tempat patung-patung lain berada! Lari secepat mungkin dan abaikan iblis yang mengejarmu!" kata salah satu pria bersama temannya yang berusaha menghindari kejaran iblis untuk mencapai tempat patung itu.

"Kamu diam saja dan fokus pada larimu! Perhatikan sekelilingmu jika kamu tidak ingin mati sebelum mencapai patung!"

Temannya berusaha memperingatkan pria itu untuk tetap fokus. Namun, sebelum pria itu selesai memberikan nasihatnya, dia diserang oleh sekelompok iblis kecil yang mengejarnya. Para iblis itu mulai mengeroyok pria itu dan membuatnya kesulitan untuk melawan balik karena perbedaan jumlah

"Ah, bajingan jangan ganggu aku!"

Pria itu terus menerus menggerakkan senjatanya dan berupaya untuk membunuh para iblis yang mulai mendekat dan menyerangnya. Namun seperti yang diprediksi bahwa jumlah juga akan menentukan pertempuran, pria itu mulai kewalahan menghadapi gerombolan iblis bersenjata itu.

"Sialan! Menjauh dariku iblis kotor!"