webnovel

BAB 3. Pertemuan

Karena Omanya sudah ingin bertemu dengan kekasihnya, walau pun dia sebenarnya tidak punya. Leo menelepon Barbie untuk menelepon Cinta dan melakukan apa saja agar Cinta mau melakukannya, berpura-pura menjadi istrinya.

Leo berani bayar berapa pun.

***

Nama : Cinta

Usia : 23 tahun

Anak pertama dari empat bersaudara, hanya tinggal dengan ayahnya. Ibunya sudah lama meninggal, adik pertamanya laki-laki, dia masih sekolah menengah atas, sementara adik keduanya adalah perempuan, masih duduk di sekolah menengah pertama. Adik terakhir dia masih sekolah dasar kelas tiga.

Cinta butuh banyak biaya lagi, jadi dia memutuskan untuk tidak meneruskan kuliahnya. Tapi Cinta termasuk anak yang pintar.

Cinta mengambil beberapa kali kerjaan, kadang menjadi pelayan di salah satu restoran, kalau ada cafe dan swalayan, hampir lebih sering bekerja dari pada istirahat. Kalau sehari ada dua puluh empat ja, Cinta kadang hanya tidur lima jam.

Semua dia lakukan untuk ayah dan adik-adiknya. Ayahnya hanya ojek online yang sudah tua. Ojek online yang mangkal, yang sudah tersaingi dengan yang lebih canggih, ojek online yang menggunakan aplikasi.

Kadang cinta meminta ayahnya untuk tidak mengojek, dia lebih meminta ayahnya untuk tinggal di rumah dan membantu menyiapkan makanan untuk adik-adiknya kalau pulang sekolah dan mau makan. Kadang juga membersihkan rumah.

Cinta selalu mengatakan kepada ayahnya, biar dia saja yang bekerja.

***

Pagi di rumah sederhana Cinta.

Cinta akan berangkat bekerja, sementara ketiga adiknya sudah berangkat ke sekolah masing-masing. Vano, Naila dan Nada, Nada yang paling bungsu. Mereka berangkat bersama, kebetulan sekolah mereka sekaligus satu dengan tiga tingkat kesetaraan, SMP, SMA, dan SD.

"Ayah, hari ini kalau sepi, tidak usah ke pangkalan. Ini ada uang buat makan dan yang lainnya buat satu bulan ke depan."

Cinta pamit setelah sarapan. Kalau sarapan kadang Cinta yang memasak. Cinta memberikan uang dari gajinya selama satu bulan di restoran. Dengan masih ada didalam sebuah amplop berwarna coklat.

"Ini kamu sudah ambil buat pegangan kamu sendiri belum?" tanya ayahnya keadaan Cinta.

"Cinta ada kok yah, kan dari swalayan depan." kata cinta dengan senyum manisnya, walau pun dia sangat lelah, kerja kesana kemari, tapi uangnya selalu saja habis. Kadang cinta ingin sekali menangis, menyerah, sesekali dia juga melakukannya, tapi Cinta kembali bangkit setelah itu.

"Cinta berangkat ya yah. Sudah telat." Cinta mencium tangan tua ayahnya, kuit coklat dan keriputnya.

"Hati-hati. Semoga kamu bahagia, sangat bahagia, jauh lebih bahagia dari teman-teman kamu. maaf karena ayah menyusahkan kamu dan terima kasih untuk semua yang kamu lakukan, untuk ayah dan adik-adik kamu." Ayah Cinta mengusap kepala anaknya itu dengan lembut. Mengucapkan doa pagi hari untuk Cinta.

"Makasih ayah. Amin, semoga doa ayah terwujud."

Cinta peri naik ojek langganan dia. Namanya Asep, dia sudah sangat akrab dengan Cinta karena sering naik ojeknya. Ayah Cinta juga sudah memercayakan Cinta kepada Asep, kalau cinta pulang malam dan yang lainnya.

"Sep!" Ayah cinta berteriak memanggil asep. Dia melambaikan tangannya ke atas. "Nitip anak ayah ya, sep. Jagain bener-bener!"

"SIAP YAH!" Asep hormat kepada ayah cinta.

Cinta naik ke ojek motor Asep. Asep memberikan helm kepada Cinta. Cinta memakainya. Dia melambaikan tangan kepada ayahnya. Asep menjalankan motornya pergi dari rumah cinta.

Hari ini Cinta ada sift pagi di satu cafe. Di perjalanan menuju cafe, Asep yang sudah lama menyimpan rasa kepada Cinta, dia ingin mengungkapkannya sekarang. Tapi Asep asi ragu.

'Ayo sep. Bisa!" batin asep meyakinkan dirinya sendiri. Lagi pula selama ini Asep merasa kalau cinta dekat dengan dia, banyak cerita bahkan tak segan curhat dengan asep, itu artinya kalau cinta suka dengan asep.

"Ta. Asep baru memanggil cinta. Masih diatas motor Asep.

"ya?" tanya balik cinta kepada Asep.

"Emm, aku mau bilang sesuatu ke kamu." kata Asep berhenti, dia menahan kegugurannya, mencoba mengendalikannya.

"Iya, bilang aja. Emang selama ini kalau kamu mau bilang sesuatu ke aku, harus izin dulu. Kamu aneh banget sih sep. Tumben." Cinta menggeplak tangan asep begitu saja.

"Engak sih. Iya, jadi aku mau bilang kalau aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku? Kalau mau aku sekalian mau melamar kamu ke ayah, sekalian biar kita menikah?" tanya Asep yang langsung membuat Cinta bengong.

Maksud asep apa? Cinta masih jauh dari pemikiran itu. Dia masih punya tanggung jawab yang sangat besar terhadap ayah dan ketiga adiknya. Cinta tak bisa.

"Sep-" Cinta ingin menjawabnya, tapi dia berhenti karena ponselnya berdering.

Drettt ...

Cinta mengangkat teleponnya. Dilihat dari layar ponselnya, itu dari Barbie. Biasanya kalau kakak angkatnya itu telepon, selalu ada kerjaan untuk Cinta. Cinta senang sekali. Kalau Barbie, yang sudah dia anggap seperti kakak angkatnya itu memberi pekerjaan, pasti bayarannya tidak sedikit.

"Sep, aku angkat telepon dulu ya." Kata Cinta kepada Asep..

"Iya, angkat teleponnya dulu saja."

Cinta pun mengangkat telepon dari barbie. Barbie menjelaskan semuanya di telepon, kalau mau bisa sekarang, uangnya bahkan bisa langsung ditransfer. Cinta tergiur sekali mendengar ucapan Barbie.

"Apa pekerjaannya kak?" tanya Cinta ditelepon.

"Pura-pura menikah dengan Leo, jadi cucu menantu yang manis untuk omanya leo." Kata barbie ditelepon.

"Hah? Aku pikirkan dulu ya kak. Nanti aku kabari lagi kalau sudah mendapatkan jawabannya."

Cinta langsung mematikan teleponnya. Cinta sangat tergiur dengan uangnya itu. Tapi dia tak mau berbohong. Itu pekerjaan yang aneh.

"Kenapa?" tanya Asep kepada Cinta yang terlihat melamun dispion motornya.

"Ah, gak apa-apa kak."

Usia asep beberapa tahun diatas cinta. Kadang cinta juga suka memanggilnya asep, atau kakak. Asep kalau Cinta sudah dalam mode adik yang manis, memanggil kakak, hati asep meleleh. Dia menyetir dengan pipinya yang merah.

***

Tak lama mereka sampai di cafe tempat cinta bekerja hari ini. Cinta turun dari motor Asep. Cinta membuka helm milik asep dan memberikan helmnya kembali kepada asep.

"Ta belum mau kasih jawabannya?" Asep menahan tangan cinta yang akan pergi.

Cinta mengangguk, "nanti ya kak, kasih aku waktu lagi." ujar cinta kepada asep.

Asep mengangguk walau itu pahit. Cinta bergegas masuk kedalam cafenya, dia harus lewat pintu belakang cafe, pintu untuk para karyawan. Cinta bingung kenapa hari ini semua orang aneh, meminta jawaban dari dirinya.

Cinta ke ruang ganti karyawan. Dia mengganti pakaian sehari-harinya dengan pakaian kerja. Cinta juga mengikat rambutnya dengan rapi. Cinta keluar dengan teman-temannya untuk mulai bekerja.

***

Barbie masih di tempatnya, di apartemen yang Leo berikan untuknya. Dia juga sedang bersama dengan Matte. Mereka bahkan semalaman tidur bersama dan main bersama semalaman. Sampai barbie di telpon Leo, Leo meminta Barbie untuk segera menghubungi Cinta dan membicarakan kerja sama mereka.

"Sayang, Cintanya gak mau sekarang." kata Barbie kepada Matte, yang masih tidur di samping Barbie, bahkan tanpa pakaian atasnya. Sementara Barbie dibalik selimut tak memakai apa pun.

"Gimana nih?" tanya Barbie yang panik kepada Matte. Sementara Matte sibuk menyiumi seluruh tubuh Barbie.

"Kamu bilang kan kelemahan Cinta, dia juga baik gak tegaan, sama kayak leo ke omanya kan. Coba aja gunain oma leo. Bukan karena uangnya, tapi karena Oma leo yang sakit parah. Bagaimana?" tanya Matte memberikan ide kepada Barbie.

"Iya, itu." Barbie senang sekali mendengar ide Matte.

Barbie mau ke kamar mandi. Dia mau menemui Cinta ke cafe tempat Cinta kerja hari ini. Matte malah ikut dengan Barbie, keduanya masuk ke kamar mandi bersama dan mandi bersama. Mereka bahkan masih sempatnya main lagi di kamar mandi.

Sampai Barbie yang menghentikan matte. Kalau tidak, Matt tak akan berhenti.

"Matt, stop. Kita harus menemui Cinta dan mengajak Cinta ke rumah sakit menemui Oa sekarang juga. Mau dimarahi Tuan leo. Pasti tahu kan kalau Tuan leo sudah marah apalagi ini menyangkut oma yang paling dia sayang."

"Iya."

Matt pun bergegas berhenti mencumbu tubuh barbie. Mereka cepat-cepat keluar dari kamar mandi, sibuk memilih pakaian masing-masing dan bergegas mengenakan pakaian mereka masing-masing. Matt menyiapkan mobil yang akan mereka tumpangi.

Mereka menuju ke cafe tempat Cinta bekerja.

***

"Ta, please. Demi omanya Tuan Leo. Oma itu lagi sekarat, sakit parah, dia pengen cucu menantu dan pengen gendong cicit ta. Susah kakak cari yang kakak kamu kamu kan kakak sudah tahu semuanya, baik, jujur, manis. Ya pleasee..."

Cinta sedang bekerja, tiba-tiba saja ada yang menariknya. Itu barbie, barbie menarik cinta dan memberikan pesanan yang sedang cinta bawa—untuk pelanggan—barbie memberikan ke pelayan yang lain.

"Ini kamu yang bawa ya." Kata barbie kepada pelayan lain. Pelayan itu sedikit kesal menatap Cinta.

"Kenapa jadi saya yang harus mengantarnya, kan ini pekerjaan Cinta. Cinta, kamu mau saya laporkan keatasan, kamu mau dipecat." Pelayan perempuan itu mengembalikan nampan berisi makanan dan minuman yang harus cinta antar ke pelanggan.

"Maaf ya kak." kata cinta kepada pelayan yang lebih senior itu. Cinta ingin kembali mengantarkan makanannya, tapi Barbie menahan Cinta. Dia mengambil kembali nampan cinta dan memberikannya dengan kesal kepada pelayan itu lagi.

"Kamu yang saya pecat mau!" ancam barbie kembali ke pelayan itu.

Matte malah memanggilkan atasannya, pemilik cafe. Cafe itu salah satu usaha milik perusahaan Leo. Jadi Matte dan Barbie bisa melakukan apa pun, terlebih kepada Cinta.

"Bos, ini cinta." kata pelayan itu.

"Cinta ini istri bos besar. Kamu mau saya pecat. Sana antarkan pesanannya."

Cinta membelalak kaget. Leo itu pemilik cafe. Barbie mengangguk membenarkan itu. Barbie menarik cinta untuk keluar dari cafe, ikut dengan dia untuk siap-siap ketemu omanya leo.

"Kalau kamu gak mau terima pekerjaan ini, otomatis kamu juga akan dipecat dari cafe, bagaimana?" tanya barbie kepada Cinta.

"Kak..." Cinta kesal sekali, dia tak mau berbohong. Tapi dia tak ada pilihan lain.