webnovel

Bertransmigrasi Ke Novel

Matanya mengerjap pelan. Cahaya di sekelilingnya sungguh menyilaukan. Gadis itu pun menutup kembali matanya karena terlalu lelah. Entah apa yang sudah ia lalui sampai rasanya tubuhnya selelah ini. Mungkin karena ia berlari meninggalkan kantor kemudian menangis kencang di pinggir jalan.

Hahahaha… konyol sekali pikirnya. Sekarang ia merasa geli sendiri mengingat betapa bodohnya dirinya menangis untuk seseorang yang menyukai sahabatnya sendiri.

Iya, Rosie harus kembali dan berpura-pura tak terjadi apa pun. Setidaknya ia tetap harus terlihat keren. Harga dirinya tak akan mudah dipatahkan begitu saja. Rosie akan kembali dan menampar Bryan sekali saja.

"Eh?"

Sial, ia baru ingat jika dirinya tadi hampir ditabrak oleh sebuah truk! Hampir? Tidak, tidak … Rosie ingat betul jika dirinya sudah ditabrak oleh sebuah truk! Rosie ingat melihat darah tercecer di lantai. Ia seharusnya sudah mati!

Gadis itu membuka matanya lebar-lebar!

"Surga?" tanyanya tanpa sadar saat melihat sebuah ruangan yang berkilau begitu indah.

Rosie pun mendorong tubuhnya untuk duduk. Senyumnya terukir melihat deretan benda berkilau. Di atasnya ada lampu chandelier. Ranjangnya begitu empuk dan lembut. Selimut tebalnya terasa hangat dan lembut saat disentuh.

"Wah … aku tidak tahu jika di surga kita mendapatkan jatah kamar masing-masing."

Kekaguman Rosie semakin menjadi kala melihat ornamen-ornamen emas di kamar tersebut. Ia menyentuh sebuah vas bunga berwarna putih dengan pelan takut akan memecahkannya.

Keren! Surga ternyata tidak terlalu berbeda dengan dunia pikirnya. Ia membuka salah satu pintu dan melihat sebuah kamar mandi yang begitu luas dan bersinar. Bahkan kamar mandinya jauh lebih bagus dengan kamar apartemennya.

Jika hidup di surga seperti ini, Rosie tak akan pernah keberatan untuk meninggalkan semuanya lebih lama. Ia tertawa kecil karena ia hampir mengumpat akan kemalangannya yang mati muda tetapi sekarang lihatlah …. ia mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih layak!

Bahkan jika pun ia bekerja seratus tahun lebih lama lagi sebagai budak korporat, tidak akan pernah Rosie mendapatkan sebuah kamar semegah ini!

"Wah! Apakah ini kompensasi atas kebaikan yang selama ini aku perbuat di bumi? Jika iya, terima kasih banyak Tuhan!" puji Rosie dengan bahagia.

Rosie berlari mengelilingi kamarnya. Ia memeriksa sebuah lemari yang berisi deretan pakaian. Sekali lagi, ia hanya bisa terkagum-kagum melihat lemari yang banyak berisikan gaun.

"Oh … mungkin ini surga versi era victoria," gumamnya.

Mungkin karena saat terakhir hidupnya ia membaca sebuah buku fantasi romansa dengan latar belakang kerajaan, maka tertanam di alam bawah sadarnya jika ia memiliki kehidupan kerajaan seperti ini. Dan Tuhan mendengarkan isi hatinya.

"Hihihihi … aku ternyata memenangkan surga!"

Rosie mencari sebuah kaca untuk mencoba salah satu gaun tersebut.

Langkahnya terhenti di depan cermin. Tubuhnya membeku.

"Ka-kau siapa?" tanyanya pada bayangan seorang wanita di depan cermin.

Wanita itu sangat cantik. Kedua matanya berbinar dengan iris berwarna emerald hijau. Rambutnya ikal berwarna pink seperti permen kapas. Wajahnya terlihat sehat dan sangat mulus. Ia terlihat sedikit pucat.

Tubuh Rosie meremang kala wanita itu bergerak mengikuti gerakannya. Saat Rosie membuka mulut, wanita di cermin itu juga membuka mulutnya. Saat Rosie mengangkat tangan, wanita itu juga mengangkat tangan. Saat Rosie melakukan push up hingga berkeringat, wanita itu juga ikut berkeringat di tempat yang sama!

"KYAAAAAAA!!!!"

Teriakan panik gadis itu menggetarkan seluruh kastil. Pintu kamarnya terbuka kasar dan seorang pria dengan warna rambut yang sama sepertinya muncul dengan ekspresi khawatir.

"My dear, Rosie… A-apa yang terjadi?" tanya pria itu dengan panik.

Rosie menjauhi pria itu. Ia menatap panik para wanita yang juga ikut datang tergesa-gesa. Gadis itu mengernyitkan kedua alisnya menatap takut pada orang-orang kini menunggunya untuk berbicara.

"My dear … ka-kau bisa bercerita kepadaku. Apa yang telah terjadi? Kakak berjanji akan selalu melindungimu."

"Ka-kakak?"

Siapa orang gila tampan itu yang mengaku-ngaku sebagai kakaknya? Rosie adalah anak satu-satunya di keluarganya! Setelah ayahnya meninggal, ibunya tak pernah menikah lagi jadi ia tak pernah punya kakak tiri juga.

"Dear mother Gaia. Kau tak ingat kakakmu sendiri? Panggilkan aku dokter sekarang juga!!!" perintahnya kepada para wanita berpakaian pelayan di belakang. Mereka pun lari tunggang langgang meninggalkan ruangan tersebut.

Pria tampan yang mengaku-ngaku sebagai kakaknya mengambil langkah maju tetapi Rosie meraih sebuah vas kaca dari meja terdekat mengancam akan melukai pria itu jika ia berjalan lebih mendekat.

"Rosie, letakkan vas itu kembali honey bee. Kau harus beristirahat. Mungkin kepalamu sedikit pusing karena membentur bebatuan sungai terlalu keras. Kakak berjanji akan menjagamu dengan baik. Maaf atas kelalaian ku telah membuatmu hingga terluka seperti ini."

Jantung Rosie berdetak kencang sekali. Ini adalah pertama kalinya seseorang memperlakukannya begitu lembut. Hidup menjadi wanita single selama 32 tahun lamanya tentu membuat Rosie menjadi wanita mandiri yang tak pernah bersandar kepada siapa pun.

Suara pria itu begitu lembut hingga membuat hati Rosie menghangat. Sinar wajahnya begitu tampak luar biasa. Rosie sampai mengira ia sedang berada di negeri dongeng dan sedang bertemu dengan pemeran utamanya saat ini.

Rosie pun mengulurkan tangannya dan pria tampan itu tersenyum lembut membuat Rosie ingin menangis.

Ia adalah pria tertampan yang pernah Rosie lihat. Fitur wajahnya yang tegas dihiasi oleh kedua mata indah yang menatapnya lembut. Rosie seperti melihat sebuah mimpi. Begitu indah dan nyata.

Rosie melihat ke sekeliling dan mengingat ingat dimana kah dia sekarang. Tak ada satu pun jawabannya yang masuk akal. Gadis itu pun mencoba menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuskannya perlahan.

Tenanglah Rosie, semuanya akan baik-baik saja. Jika kau sedang disekap, tetap pasang ekspresi dan bersikap cool. Berpikir logis dengan kepala dingin maka kau akan baik-baik saja.

Rosie sedang mencoba menenangkan diri. Gadis itu pun menoleh ke arah pria tampan yang sedang menggenggam tangannya erat.

"Aku …"

Oh, iya …. Rosie harus berpura-pura masuk ke dalam situasi ini.

Gadis itu berdeham untuk menghapus kegugupannya. "Kak? A-aku sedikit pusing. Kalau boleh tahu, kita sedang berada di mana?"

"Kau sudah bisa mengingatku lagi, Rosie posie?"

Rosie menutup matanya saat pria itu tersenyum. Sangat bersinar hingga membuat mata Rosie menjadi silau. Gadis itu tertawa canggung mendengar pria itu memanggilnya dengan sebutan yang aneh.

'Te-tentu saja aku ingat," jawabnya sambil tertawa canggung.

Pria itu memeluk Rosie sekeita membuat gadis itu hampir terhuyung ke belakang.

"My dear Rosie! Kau tahu aku hampir mati saat mendengar kau terjatuh ke dalam sungai!"

Huh? Jatuh ke dalam sungai? Seingatnya dirinya mati tertabrak truk. Oke, apa pun itu Rosie akan berakting agar bisa keluar dari tempat aneh ini.

Pria itu pun melepaskan pelukannya. Ia menangkup wajah Rosie dengan lembut membuat hati gadis itu bergetar. Rosie belum pernah diperlakukan selembut ini. Dan itu membuatnya merasa sedih dan juga senang.

"Oke, aku akan mencoba menjelaskan sebentar. Mungkin aku bisa mengingat kejadian saat kau terjatuh ke sungai nanti."

Rosie mangangguk menunggu pria tampan itu bercerita.

"Apakah kau ingat tujuan kita kemari?"

Rosie menggeleng.

"Baiklah, kita sekarang sedang berada di manor milik Duke Aslan Montgomery."

Aslan Montgomery? Hm… kenapa nama itu terdengar sangat familiar … tapi rasanya ia tidak memiliki teman bernama Aslan.

Gadis itu mengangguk meminta pria tampan itu untuk lanjut bercerita.

"Kita akan menghadiri pesta ulang tahun Duke Aslan dan juga hari jadi pertama Duke Aslan menjadi seorang Duke. Kita akan mewakili raja yang tak bisa hadi. Kau tahu, ayah kan sedang sakit…."

Raja? Ayah? Rosie mengangkat tangannya menyuruh pria itu untuk berhenti berbicara.

"Oke-oke… ini gila. Raja? Ayah yang sakit? Tidak, kau salah… Namaku memang Rosie. Roseanne Meyer. Ayahku tidak sakit …. Ayahku sudah meninggal lama!"

"Rosie!" Tegur pria itu membuat tubuh Rosie menegang seketika. Aura pria itu sungguh kuat. "Apa yang kau katakan Rosie? Kau adalah Roseanne Villiers. Putri dari seorang Raja Bradley Villers. Kau adikku, Roseanne."

Roseanne Villiers? Bradley Villers? Tangan gadis itu bergetar saat menyadari satu hal.

"Ka-kau adalah Howland Villiers?" tanyanya dengan wajah pucat.

Pria itu menatap Rosie dengan tatapan bingung. "Ada apa denganmu Rosie? Tidak bingung dengan nama lagi? Aku rasa kita harus mengeluarkan semua batu itu dari sungai. Mereka mengacaukan isi kepalamu."

"H-Howland?"

Pria bernama Howlan itu pun menghapus ketegangan di wajahnya. Ia tersenyum lembut ke arah sang adik.

"Yes, my dear Rosie."

Shoot. Rosie telah masuk ke dalam buku cerita Love You Until The End.