webnovel

Berjalan-jalan Dengan Duke Aslan

Rosie meneliti wajah Aslan. Ia dibuat terkejut dengan tawaran sang Duke. Ia tidak mengerti mengapa Aslan tiba-tiba berubah sangat baik kepadanya? Ia pikir ia akan menghabiskan seluruh waktunya dikurung di kastil hingga hingga Howland kembali dan ia pulang ke istana.

"Duke Aslan?"

"Ya?'"

"Apakah Anda sudah mulai menyukai saya?"

Wajah tenang Aslan seketika berubah menjadi keras kembali. Pria itu memalingkan wajahnya menghindari tatapan sang putri. Aslan tidak berniat apa-apa. Ia hanya sedikit kasihan kepada Rosie yang terlihat bosan di kastilnya.

Aslan tidak tahu alasan pasti mengapa Rosie ikut bersama Howland datang ke kastilnya. Mungkin karena dalam beberapa hari kastilnya akan mengadakan pesta untuk merayakan hari jadi satu tahunnya diangkat sebagai seorang Duke. Tapi jika itu yang menjadi masalahnya, sang putri bisa datang di kemudian hari.

Aslan berpikir mungkin karena sang putri merasa terkekang di istana sehingga ingin menggunakan kesempatan ini untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan protokol kerajaan.

Maka dari itu kemarin, saat kakaknya pergi meninggalkan seorang diri, sang putri pergi dan bersenang-senang di luar kastil tanpa pengawasan.

Aslan memikirkan hal ini semalaman penuh. Dan siang ini ia harap ia bisa mengawal sna putri langsung tanpa perlu khawatir gadis itu terlepas dari pantuan. Tidak ada alasan lain. Apa lagi, alasan sejenis ia menyukai gadis itu. Rosie masih menyimpan kesan aneh bagi Aslan.

Namun ia terlalu malas berdebat untuk hal itu. Aslan pun berdiri dan meninggalkan Rosie yang masih berjongkok di depan Lily.

"Anda ikut atau tidak?" tawar Aslan sekali lagi.

Rosie bergegas cepat dan memeluk lengan sang Duke. Aslan pun melepaskan kaitan tangan sang putri dengan sopan membuat Rosie terkikik geli.

Aslan mengajak Rosie untuk masuk ke kandang lain. Gadis itu berpikir ia akan naik ke kuda yang sama dengan Aslan selayaknya di cerita-cerita romantis dimana tokoh utama prianya memeluk tokoh utama wanitanya dari belakang.

Namun dengan Aslan yang memberikan sebuah kuda coklat yang berukuran lebih kecil, semua fantasinya pun buyar.

"Um … aku tidak bisa menunggangi kuda," Rosie berbohong. Ia berharap Aslan akan mengajaknya untuk menunggangi kuda bersama. Setidaknya dengan begitu, Rosie bisa mencoba lebih mendekatkan diri kepada pria itu.

(Pasti akan sangat romantis!) serunya di dalam hati.

Salah satu alis Aslan terangkat tak percaya. "Lalu siapa yang menunggangi Lily kemarin dan menelantarkannya di kerumunan orang hingga ia semakin stress?"

"Uh … itu …" Rosie mencoba mencari alasan tetapi tak menemukan satu pun yang bisa ia gunakan.

Dengan terpaksa Rosie menerima tali kekang kuda yang lebih kecil. Keduanya membawa kuda masing-masing keluar kandang. Seorang pelayan ragu untuk mendekati keduanya.

"Uh … ma-maaf My Lord. Apakah Putri Rosie akan pergi bersama Anda?" tanya Sarah kepada Aslan.

"Aku akan menjaga Putri Roseanne seorang diri," jawab pria itu membuat Rosie tersenyum.

Gadis iu maju dan berbisik kepada Sarah sehingga Sarah merona mendengarnya. "Aku akan berkencan dengan Duke," bisiknya penuh percaya diri.

Sarah berdehem malu kemudian melangkah mundur. Aslan hanya bisa menatap Rosie curiga kemudian berjalan meninggalkan gadis itu.

"Tuan Aslan! Tunggu sebentar!" panggil Rosie yang menarik tangan pria itu untuk memegangkan kudanya sebentar. Rosie kembali memanggil Sarah untuk ikut dengannya masuk ke dalam kastil.

Ia tidak bisa mengenakan pakaian seperti sekarang untuk berkuda. Roknya lebarnya itu hanya menghalanginya untuk bergerak bebas dan sangat tidak nyaman.

Gadis itu pun memanggil Sarah untuk menyediakan pakaian yang sama seperti kemarin. Dan lagi-lagi Sarah bisa mendapatkan pakaian pria dengan sesuai ukurannya dalam waktu yang sangat cepat.

Ia kembali dengan langkah lebar untuk menyusul Aslan yang setia menunggu.

"Ayo, aku sudah siap!"

Aslan memperhatikan Rosie yang naik ke atas kudanya seorang diri tanpa meminta bantuannya. Tanpa sadar ia tersenyum miring mengingat betapa mudahnya Rosie berbohong jika ia tidak bisa menunggangi kuda.

"Ayo" ajak Rosie sekali lagi yang menunggu Aslan untuk naik ke atas kudanya.

Pria itu ikut naik dan menoleh ke arah sang putri. Aslan tidak tahu dari mana gadis itu bisa mendapatkan sebuah kemeja putih, vest coklat dan celana kain longgar.

Bahkan pakaian berkuda seorang perempuan saja berbeda. Gadis itu terkesan menggunakan pakaian pelayan pria atau anak-anak laki-laki di luar sana.

Rosie berjalan mendekat dan mensejajarkan kudanya pada Aslan.

"Kita berangkat atau tidak?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya membuat Aslan membuang muka cepat.

"Dari mana Anda mendapatkan pakaian seperti itu?"

Rosie menegakkan bahunya. "Rahasia," jawabnya dengan senyum ceria kemudian mulai mengajak kudanya berjalan kecil.

Aslan pun mengekor dengan jarak yang sangat dekat. Ia tidak ingin membiarkan sang putri jauh dari genggamannya. Sehingga jika gadis itu berniat untuk kabur, Aslan bisa menangkapnya dalam sekejap mata.

Keduanya jalan melewati hutan yang sama tempat Aslan menemukan sang putri tadi malam. Dulunya, keluarga Montgomery terkenal menjadi keluarga pengguna magic terbaik di seluruh kerajaan, dan menjadi pusat keluarga yang banyak membantu kerajaan dalam mengokohkan kerajaan.

Dengan kekuatan magic mereka, keluarga Montgomery juga banyak membantu penduduk setempat. Karena kekuatan magic mereka sangat besar, dan terkadang ada satu atau dua orang yang memiliki kerentanan lemah terhadap magic, maka pohon-pohon hutan ini membantu menetralkan kekuatan sihir itu agar tidak menyebar dan menangani orang yang rentan terhadap magic.

"Tuan Aslan, aku kemarin melihat sebuah danau di dekat sini. Apakah kita boleh berkunjung ke sana?" tanya Rosie sembari menoleh ke belakang.

Aslan mengangguk. "Jika itu yang Tuan Putri inginkan," jawabnya.

Rosie pun menarik tali kudanya untuk mempercepat langkah kuda agar mereka bisa lebih cepat sampai. Setelah sampai di dekat danau yang kemarin ia lihat, ia memberikan tali kudanya kepada Aslan. Ia hanya khawatir jika ia mengikatnya sembarangan lagi hanya akan membuat pria itu protes.

Rosie melewati semak-semak dan pepohonan. Setelah mengikat kedua kudanya, Aslan dengan cepat menyusul sang putri dan membantu gadis itu untuk membuka jalan.

Sudah sangat lama, Aslan tidak berkunjung ke danau ini, maka jalan setapak yang sering dilalui mulai tertutupi oleh semak belukar dan ranting pohon. Kawasan ini masih termasuk propertinya maka dari itu tidak ada orang yang bisa masuk ke sini.

Rosie berseru kencang mengagumi pemandangan di depannya. "Pemandangan alami seperti ini menang tidak ada duanya!"

"Bukankah di istana memiliki danau yang lebih indah?" tanya Aslan yang menyusul berdiri di belakang gadis itu.

Rosie hanya tertawa karena sejujurnya ia tidak tahu apa-apa.