webnovel

Pengantin Wanita Setelah Malam Pertama.

Pagi ini Bila bangun dengan linglung, ia bingung mengapa ia berada di dalam kamar, seingatnya ia tidur di ruang bawah.

Ia semakin terkejut melihat dua karyawan butik tidur diruangan itu juga, ia segera membangunkan mereka dengan lembut.

"Mbak....mbak bangun sudah pagi".

Dua gadis itu menggeliat dengan malas "Bu Nisa sudah bangun?"

"Mbak kok saya disini?" Bila bertanya dengan nada kebingungan.

Salah seorang karyawati itu tersenyum mengingat kejadian semalam "Bu Nisa benar-benar tidak tahu".

"...." Bila menggelengkan kepala terlihat bingung.

"Buk tahu ga, semalam itu Bu Nisa bikin kami iri bu, ya....ampun bu semalam tuh so sweet banget" lanjut satu.

Bila semakin bingung ia memandang dua gadis itu bergantian "ada apa sih"

Gadis yang lain kemudian menceritakan kejadian semalam dengan semangat empat lima, ia bercerita seolah sedang menceritakan adegan romantis di film india.

Bila menggigit jarinya, pipinya memerah, raut mukanya berubah seperti anak ayam yang kebingungan mencari induknya, mungkin seandainya ada seorang yang mengatakan cucup sayang seketika itu juga Bila akan menangis karena malu.

"Kalian tidak sedang membohongi saya kan?"

"Ya....ampun bu nisa, harusnya semalam saya rekam ya bu, aduh bu Nisa pak Edwin tuh menggendong bu Nisa seperti pengantin yang mau malam pertama" karyawati itu mendramatisir kejadian.

"Bener bu, sampai pak Edwin tuh ga memperhatikan kalau kami ada, kayaknya pak Edwin tuh sayang banget sama bu Nisa"

Bila semakin malu mendengar semuai itu, ahirnya setelah melepas jilbap, ia segera keluar kamar menuju kamar mandi dengan rambut yang belum hitam panjangnya yang tergerai, tanpa memperdulikan mereka yang seolah-olah sedang mengolok-oloknya.

Jika bisa protes tentu Bila akan meminta waktu diputar lagi, pagi ini seolah takdir sangat tidak berfihak padanya, ketika tepat ia ingin masuk ke kamar mandi Edwin keluar dengan celana dan kemeja yang dilipat keatas, wajahnya basah dengan rambut yang disibakkan ke belakang sepertinya ia baru berwudhu, penampilannya tidak serapi biasanya tapi bagi itu adalah pose tertampan seorang Edwin.

Ternyata tak jauh beda dengan Edwin yang tertegun melihat wanita yang semalam tampak imut itu kini berdiri dihadapannya dengan mata bulat yang terbelalak dan yang sepesial ia tak mengenakan hijab seperti biasa.

Edwin tersenyum melihat Bila yang tampak cantik walaupun ia baru bangun tidur, setelah sekian detik berlalu Bila yang sedang tertegun mendapatkan kembali kesadarannya.

Tiba-tiba mukanya memerah mengingat cerita dua karyawati yang menemaninya, dengan segera ia mencoba menghindari tatapan Edwin.

"Kak Edwin tidur di sini juga?"

"Kenapa, Bila kamu cantik banget".

Bila menatap Edwin dengan heran, iapun tersadar kalau ia tidak mengenakan jilbap, dan segera menghindari Edwin.

Ketika Bila mencoba menghindar tiba-tiba tangan Kekar Edwin menahannya "Bila kamu kenapa? tingkah kamu seperti seorang pengantin wanita setelah malam pertama?" Edwin menggoda Bila.

"...." Bila tak menjawab ia justru hampir menangis mendengar candaan Edwin.

"Bila kamu kenapa?".

"Ini semua karena kakak, ngapai kakak semalam menggendongku ga bangunin aja" Bila protes.

"Sengaja biar aku bisa berlatih" jawab Edwin dengan nada mencurigakan.

"Berlatih apa?" tanya Bila penasaran.

"Latihan malam pertama".

Rasanya Bila ingin menghajar Edwin dengan segenap kemampuannya mendengar kata-kata yang begitu membuatnya malu, ia segera masuk ke kamar mandi untuk menghindar dari pria berbahaya macam Edwin.

Bila sudah selesai melaksanakan shalat subuh dan merapikan pakaiannya, ia berniat untuk pulang ke rumah membersihkan diri.

Edwin masih ditempat itu, Bila menoleh ke arah Edwin dengan tatapan judes seolah tak senang dengan kehadiran Edwin.

Sementara Edwin justru merespon dengan sikap yang berbalikan, senyumnya mengembang seolah baru saja mendapatkan hadiah berharga.

"Kamu masih marah sayang?" Edwin mulai memancing emosi Bila.

Bila hanya diam tak menjawab pertanyaan Edwin ia hanya melirik ke arah laki-laki jahil itu kemudian segera keluar.

Edwin yang geli melihat tingkah Bila yang menggemaskan dengan cepat menyusulnya.

Kebetulan Bila tidak membawa motornya, karena kemarin ia berangkat bersama Edwin dari kantor.

Bila bermaksut menunggu angkutan yang lewat ketika dengan cepat Edwin menggandeng tangannya kembali lagi ke dalam butik tetsebut.

"Ayo ikut".

"Kemana kak?" Bila berkata sambil berusaha melepas genggaman Edwin.

"Untuk kali ini nurut".

Meluhat sikap kekeh Edwin Bila ahirnya menyerah dan menuruti apa yang Edwin perintahkan.

Ia masuk ke dalam butik memilih baju yang cocok untuk Bila, sampai ia melihat satu stel blazer wanita tanpa kerah berwarna hijau savana yang dipadukan dengan kemeja putih dan celana denim dengan warna senada dengan blazer.

Edwin mengambil baju tersebut dan langsung menyerahkan pada Bila.

"Pakai baju ini".

"Apa, ga usah kak trimakasih, baju kerjaku sudah banyak" Bila berusahamenolak.

"Pakai, acara nanti akan di mulai pukul 10.00 kalau kamu pulang dulu, waktunya tidak akan cukup".

"Insyaallah cukup, kan aku ga cuma butuh ini masih banyak yang lain yang aku butuhkan".

"Yang ada di butik kamu ambil dibutik, yang tidak ada suruh orang untuk beli, atau pesan" dengan nanad memerintah Edwin menekan Bila.

Bila tak punya pilihan lain, saat itu jam sudah menunjukan angka 07.45 jika ia pulang, pasti waktunya sudah tidak memungkinkan.

"Ambil semua yang kamu butuhkan, biar aku yang akan membayarnya, setelah mandi pergilah ke salon didepan".

"Salon...lebay amat, ga ah" Bila masih berusaha protes.

"Bila menurut untuk kali ini, kamu adalah penanggungjawab acara, jadi kamu harus tampil sempurna".

"Kak Edwin ribet"

So sweet di awal Ramadhan smg lancar ya sy nulisnya.

Ramadhan Mubarok untuk yg menjalankan.

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter