webnovel

Kejutan Manis

Setelah masuk kedalam rumah Salsabila Edwin duduk dengan tenang sambil meletakkan box yang ia bawa. setelah itu ia menatap nalakal pada Bila yang sedaari tadi memandangnya dengan penuh tanda tanya.

" Ga usah terpesona gitu lho, nanti nyesel lagi" seperti biasa Edwin selalu meledek Bila.

Bila mengerutkan alisnya tak mengerti apa maksud Edwin.

" Bil masak ada tamu datang ga dibuatin minum, kamu terlalu terpesona ya melihat aku memakai jaket baru" Edwin mengingatkan tentang jaket hadiah dari Bila.

Tiba-tiba Bila salah tingkah mengingat kejadian hari itu, saat ia menangis karena kerinduan yang tak terungkap, saat dengan lembut Edwin menenangkannya, tanpa sadar ia tersipu malu, ia melihat Edwin dengan tatapan tajam pria didepannya terlihat memesona dengan celana abu-abu berbahan katun, kaos putih polos ketat dan jaket yang senada dengan celana, rambutnya disirir rapi dan sedikit berjambul. dan yang paling membuatnya tak berdaya saat itu janggot tipis tumbuh disekitar dagunya, jambang disisi wajahnyapun menambah ketertarikan Bila, Bila merasa saat ini ia sedang menatap artis Bolly wood. Bila semakin terkesima tatkala Edwin melepas jaketnya tubuh atletisnya begitu tercetak dengan indah bak pahaktan patung, jantungnya berdetak kencang seakan akan terlepas dari dalam dadanya, untuk sesaat ia benar-benar entah dimana.

Edwin yang tahu kalau ia sedang dikagumi oleh Salsabila secara sengaja ia menggodanya dengan memamerkan wajah dan dada bidangnya, sambil menata kue ulang tahun yang ia bawa.

" Siapa to Bil yang datang kok lama amat" ibu mengagetkan Khayalan indah Bila " lho..... nak Edwin" ibu agak heran " waduh kok jadi brewokan kayak gini, panjang umur ibu baru nanyain nak Edwin sama Bila, eh.....kamune wes datang" ibu mengoceh panjang.

Sebenarnya saat itu Edwin juga terkejut namun ia mampu menyembunyikan dengan baik " iy buk, maaf lama ya buk Edwin ga main, ibu apa kabar?" Edwin bertanya sambil mendekati ibu dan mencium tangannya.

Bila yang masih kaget dengan kedatangan ibu hanya diam, dan segera duduk dengan menahan kecewa karena khayalann indahnya tiba-tiba kacau.

Bila melihat diatas meja telah tertata kue ulang tahun berlapis coklat, dengan hiasan minimalis bertuliskan HBD Salsabila dan lilin angka 17, setelah melihat kue itu ia teringat bahwa hari ini ia berulang tahun yang ke 17 ia tersenyum simpul, tau Edwin begitu mengingat hari ini.

" Duduk dulu nak, ib buatkan minum " ibu kembali masuk kedalam.

" Bila" Edwin memanggil Bila dengan genit " kamu ga lupa kan?"

Tiba-tiba Bila mengingat kejadian dimana Edwin akan menagih sesuatu darinya membuat mukanya masam, ia menepuk keningnya " oh...tujuannya ini to, kirain" ia terlihat agak kecewa.

" Bil kamu tahu ga persa maan kamu dan kue ini" Edwin mengalihkan keadaan agar Bila tak terlalu gugup

Bila hanya mengerutkan keningnya tanpa menjawab hanya menggelengkan kepala.

" Kue ini sama kamu itu, sama-sama sederhana tapi tanpa perlu banyak polesanpun kamu udah manis dari sananya" Edwin menggodanya lagi membuat Bila semakain tersipu malu.

Hari ulang tahun bukanlah sesuatu yg sepesial buat Bila, dari kecil ia tidak pernah merayakannya dengan khusus, paling hanya makan bersama keluarga, dan teman-temannya akan merayakan dengan surprise siraman tepung, telur, dan kecap, tapi kali ini seseorang yang ia cintai menyiapkan hari indah itu dengan kejutan manis, walau ia harus membayar untuk semua itu.

Ibu keluar membawa nampan berisi minuman untuk Edwin, meletakkannya dan mempersilakan Edwin minum, ibu melihat kue yang Edwin bawa beliau hanya tersenyum.

Edwin meminta ibu duduk, dan memanggil ayah juga Zahra setelah mereka berkumpul acara tiup lilin dimulai, dengan kikuk Bila melalui sesi dimana ia meniup lilin memotong kue dan menyuapkan pada orang-orang yang ia sayangi, setelah menyuapkan pada ayah. ibu, dan Zahra kini giliran Edwin ia tampak ragu-ragu, terlebih waktu melihat tampang jahil Edwin yang seolah-olah siap menerima suapan dari gadis manis itu.

Bukannya mendapatkan yang ia mau justru Bila mengurungkan niatnya, dengan memakan kue itu, Edwin terlihat geram namun ia tidak berani menggoda Bila, karena saat ini keluarganya sedang berkumpul.

" Nak Edwin sudah makan?" ayah bertanya.

" Sudah pak " jawab Edwin tegas.

" Barang kali belum, makan bareng sekalian " ibu menyaut.

" Oh lagi pada makan malam ya, sayangnya saya udah makan, coba kalau belum, kalau begitu silahkan lanjutkan makannya pak, buk, maaf jadi ganggu makan malamnya" Edwin menjawab dengan sopan, namun sesungguhnya ia ingin sekali menyuruh orang-orang itu untuk cepat pergi.

Setelah tinggal Edwin dan Bila yang ada di ruang itu Edwin kembali melancarkan serangan cintanya, ia melirik Salsabila dengan tatapan jahilnya yang menggoda.

" Bila...., aku sebenarnya belum makan lho, laper....." rengek Edwin.

" Ya udah makan aja, ayuk" Bila mengajak

" Ga mau, sebelum kamu melunasi hutang mu" Edwin mengingatkan Bila.

" Ya.....Allah kakak " wajah Bila terlihat frustasi.

" Sekarang kamu ga bisa lepas Bil....., sampai kemana juga aku kejar" Edwin mengancam " Bila....sut....." Edwin menyentuh bibirnya saat Bila menoleh.

" Apa " Bila bertanya.

" Suapi kue itu"

" heh....." Bila mengeluh panjang dengan muka masam, lalu mengambil sepotong kue dan disuapkan pada edwin dengan kasar " nih makan" serunya dengan.wajah jutek.

Menerima perlakuan.Bila Edwin justru tersenyum sambil merapikan kue dimulutnya.

" Bil....kamu ga lupa kan, aku masih nunggu lho" ia kembali menagih hutang pada Bila.

" Nunggu apa kakak?" Bila pura-pura bodoh.

" Emang harus banget ya aku ulangi," Edwin bertanya serius.

Bila kebingungan sendiri, terlebih ketika Edwin mendekatkan dirinya memegang tangan Bila dan membelainya dengan lembut, Bila benar-bener tak tahu harus berkata apa.

" Bil....dari awal aku ga pernah berpura-pura jadi temanmu atau apapun, dari awal.....aku mendekati kamu dengan satu tujuan karena Aku Mencintai Kamu," dengan lancar dan tenang Edwin mengucapkan kata-jata itu.

Bila kebingungan ia harus menjawab apa, " kak apa ga bisa ya ya kalau ga jawab sekarang?" Bila meminta waktu.

" Ya.....Allah Bila....kamu masih mau menyiksa aku berapa lama lagi, tapi maaf ya... aku ga bisa nunggu hari lagi, kalau kamu ga bisa mengatakannya, ga papa" Edwin mengambil paper back kemudian melanjutkan kata-katanya " aku kasih kamunpilihan, kalau kamu menerimaku ambil tas ini, kalau kamu menolakku kamu acuhkan saja" Edwin memegang paper back tersebut lalau bertanya lagi " Salsabila.... I Love You, kamu maukan jadi bagian hidupku, menjaga dan menjadi pengingat saat aku salah?" dengan tatapan penuh harapan Edwin memandang Bila.

Bila menahan nafas dan bersiap untuk menjawab pertanyaan Edwin, pelan-pelan ia menggerakkan tangannya, tangannya bergetar seolah akan menerima surat hukuman, walaupun pelan tapi gerakan tangannya pasti, ia mulai menyentuh paperback itu dan mengmbilnya, setelah itu ia napasnya memburu seolah ia telah mengelilingi lapangan sepuluh kali.

Next chapter