webnovel

Part three

Ibunya pergi dengan senyum terakhirnya, lalu ibunya juga ikut tertidur dan tidak pernah terbangun kembali.

"Ibu..."

"Bu, tolong jangan pergi!"

Meski memohon agar ibunya kembali bangun, namun orang yang sudah mati tidak akan pernah hidup kembali. Maria mau tidak mau, dirinya harus meneruskan kehidupannya. Meski tanpa ibu dan ayah, Maria harus tetap hidup.

Satu minggu setelah kepergian dari ibunya, Maria masih sangat trauma. Di dalam kamarnya, dia terus menatap dua guci abu ibu dan ayahnya. Hari ini Maria telah bertekat, dia telah mengumpulkan nyalinya. Maria akan meminta keadilan, Maria akan melaporkan orang yang sudah membunuh orang tuanya. Namun sayangnya, pelaporan Maria seolah tidak didengar oleh para polisi. Maria seperti tidak dianggap, polisi hanya meminta Maria untuk pulang tidak ingin menerima kasus orang tuanya.

"Anak kecil saat ini lebih baik kamu pulang saja!"

"Namun orang tuaku sudah terbunuh, ibu dan ayahku. Mereka berdua harus mendapatkan keadilan!"

"Keadilan? Saat ini apakah kamu tahu? Jika ayahmu adalah seorang buronan polisi? Namun kamu menyembunyikan ayahmu. Apakah itu adil?"

"Aku tidak pernah menyembunyikan ayahku!" jelas Maria.

"Lalu mengapa saat kematian ayahmu, dirinya ditemukan lima langkah dari pintu rumahmu. Apakah itu namanya bukan menyembunyikan?

Mendengar perkataan dari polisi yang hanya menyudutkan dirinya, membuat Maria menjadi semakin terpukul. Saat ini Maria mengerti, jika tidak ada gunanya dia berada di tempat ini. Tidak akan ada yang beruba, tidak akan ada yang membantu dirinya. Dengan rasa kecewa, Maria. Akhirnya pulang kembali ke rumahnya, mata Maria terlihat sangat merah. Air matanya seolah tidak lagi menetas, air mata itu terasa sudah mengering.

***

Awalnya kukira kehidupan itu sangat indah, semakin dewasa maka semakin mendekati cita-cita. Namun ternyata itu semua salah, semakin menjadi dewasa. Kamu akan kehilangan banyak orang yang kamu cinta, semakin bertambah usaimu. Kamu akan menyadari, jika tidak terlahir. Itu akan jauh lebih baik, semakin hari kamu akan semakin iri dengan seseorang yang tidak memiliki umur panjang. Karena semakin waktu terus berlalu, kamu harus lebih mandiri lagi. Semua itu adalah hal yang telah aku pelajari, sampai saat ini aku tidak mengerti. Mengapa setiap hari selalu ada kehidupan baru, namun semua yang hidup juga tidak memiliki nasib yang adil.

****

(Satu bulan kemudian)

Akhirnya satu bulan telah berlalu, semuanya menghilang seperti debu. Namun bukan berarti kehidupan yang dimiliki oleh orang yang masih tersisa juga selesai, mereka yang tertinggal masih harus meneruskan hidup mereka karena waktu tidak pernah berhenti. Hari ini di dalam kelasnya, Maria hanya duduk sendirian. Tidak ada yang berani untuk mendekati dirinya, Maria hanya menyibukkan diri dengan membaca buku. Namun seorang guru tiba-tiba mendekatinya, meminta Maria untuk mengikutinya.

"Maria, bisakah kamu ikut ibu sekarang?"

Lalu Maria hanya bisa mengikuti guru ini, mereka berhenti di ruang sidang. Saat pertama kali sampai, Maria melihat ada beberapa guru lain. Juga kepala sekolah dan para wakilnya, mereka semua hanya menatap Maria.

"Duduklah!"

Lalu Maria hanya menduduki satu kursi yang sudah disiapkan untuknya, saat ini Maria sedang berada di dalam persidangan.

"Maria, selama ini kami sudah mendengar tentang latar belakangmu. Sepertinya kamu sudah tidak bisa lagi bersekolah di sini, selain kamu sudah tidak membayar uang spp selama tiga bulan. Kamu juga berasal dari keluarga yang tidak baik, banyak sekali kecemasan dari orang tua murid lainnya. Kami telah mengambil vote, sembilan puluh persen dari mereka meminta agar kamu dikeluarkan. Meski ini adalah tahun terakhirmu namun besok hari kamu tidak boleh datang lagi!" ucap kepala sekolah.

Mendengar apa yang diucapkan oleh kepala sekolah, membuat Maria hanya tertawa geli. Dirinya tahu, jika salama tiga bulan dia belum membayar spp. Namun yang mengelikan baginya, padahal semua orang tahu jika dirinya adalah korban. Namun mereka semua bukannya membantu, tapi mereka hanya menyudutkan.

"Pak kepala sekolah bisakah bapak memberikan waktu kepadaku? Aku akan mencari uang. Aku akan membayar keterlambatan sppku!"

"Maria, apakah kamu tidak dengar? Besok hari kamu tidak perlu datang lagi. Mulai terhitung dari hari ini, kamu bukan lagi seorang siswa di sini. Mohon dipahami!"

"Tapi…"

"Tidak ada banding!"

Air matanya itu, tidak terlihat sama sekali. Sepertinya benar, jika air mata itu sudah mengering. Sekarang Maria sudah sangat mengerti, jika hukum hanya tumpul ke atas saja namun tajam untuk ke bawah. Meski tidak memiliki kesalahan yang jelas, akan tetapi karena dirinya lemah. Maria, harus merasakan tajamnya ketidak adilan.

"Baiklah saya mengerti!"

Kali ini, Maria. Tidak lagi memohon, dirinya tahu meski dia bersyujud di bawah kaki mereka. Tetap saja keadaan tidak akan pernah beruba, Maria harus siap menerima takdirnya. Di dalam kelasnya, Maria segera membereskan barang-barangnya. Lalu memutuskan untuk kembali ke rumah, di dalam rumah. Maria, menangis dengan sangat hebat. Ketidak beruntungan datang secara bertubi-tubi, dirinya yang masih sangat muda. Tidak bisa menerima ini semua yang terjadi saat ini, terasa sangat pahit untuknya.

"Bu, ayah. Bolehkah aku ingkari janjiku?" Maria menangis dengan sangat hebat.

***

(Sepuluh tahu kemudian)

Sepuluh tahun telah berlalu, sekarang Maria sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Selama sepuluh tahun terakhir, dirinya mendapatkan banyak sekali tentang pengalaman hidup.

"Sayang apakah makanan sudah siap?" ucap seorang pria duduk dengan santai di atas meja makan.

Selama dua tahun teakhir, Maria telah menikahi seorang pria kaya. Kehidupannya berubah tiga ratus enam puluh derajat, semenjak dia mengenal pria ini. Maria tidak perlu lagi bersujud di kaki orang, saat ini oranglah yang bersujud di kakinya. Suaminya bernama Johan, dia adalah CEO LY Group. Perusahaan yang bergerak pada bidang entertainment, selain mempunyai banyak uang. Johan juga memiliki kuasa, ayahnya yang tidak lain adalah ayah mertua Maria. Merupakan seorang politikus yang banyak disegani orang, juga merupakan orang terkaya di California.

"Makanan siap!"

Lalu mereka mulai makan bersama, terlihat sangat harmonis. Namun Maria, masih belum bisa keluar dari dunia yang gelap. Meski telah memiliki segalanya, Maria tetap tidak tergolong di dalam kata beruntung, suaminya juga bukanlah orang yang baik. Di rumah hanya tidur saat malam, setelah pagi datang. Dia akan pergi setelah sarapan, Johan adalah seorang pria yang sangat mencintai judi. Setiap hari, dirinya hanya menghabiskan waktunya pada kasino terbesar di California. Tidak hanya itu saja, Johan juga sering bermain dengan wanita nakal.

***

"Ah sial!"

"Mari taruhan lagi!"

"Kamu yakin, hari ini kamu telah kehilangan banyak uang. Jika taruhan lagi kamu mau bayar pakai apa?"

"Jangan khawatir, aku masih mempunyai kunci mobil. Mari bertaruh satu kali lagi!"