1 Hari Yang Sial

SETELAH kematian ayahnya, permintaan Hanna-ibu tirinya semakin aneh. Dia bahkan mengharuskan Bella menjadi jalang, penghibur pria tua di ranjang. Bella pernah menentang hal tersebut, dan memohon agar memberinya kesempatan untuk mencari penghasilan tambahan. Permohonannya ditolak. Hanna berpikir, tidak akan ada yang mampu membayarnya dengan jumlah uang yang besar, selain menghibur pria tua yang merupakan tokoh penting di negara ini. Tidak ada cara lain lagi. Bella pun masih menuruti perintah gilanya. 

Suara kancing yang dilepas satu persatu terdengar ngeri di telinga Bella. Pria tua di hadapannya, kini mulai membuka jas hitam yang telah dia pakai dari pertemuannya dengan rekan kerja. 

"Om, bolehkah membukanya membelakangiku?" tawar gadis itu sambil memegang tangannya kuat. 

Jarinya yang di cengkram dengan kukunya tersebut, membuatnya merah dan perih. Bella sekarang benar-benar menahan tangisnya. Dia  tidak mau melakukannya. Bella bukan orang yang seperti itu. Dia juga memikirkan adiknya jika dia menolak. Namun, dia juga takut melihat wajah kecewa adiknya itu, karena sudah menjual keperawanannya. 

"Kenapa dengan wajahmu? Kamu terlihat takut. Ini bukan pertama kalinya bagimu. Ya, 'kan?" tanya pria tua tersebut dengan wajah mengejek. 

Tentu saja, hal itu membuat hati Bella semakin terkoyak. "Tidak, Om. Ini mungkin terdengar aneh. Namun, aku bisa memuaskan pelanggan jika mereka membuka pakaiannya dengan cara membelakangiku," balasnya dengan suara yang meyakinkan, setelah menahan tangisnya. 

"Kamu akan kabur?" tanya pria itu lagi yang membuat Bella semakin panik. Bagaimana jika dia mengetahui rencananya. 

"Untuk apa aku kabur? Aku akan mati ditangan ibuku jika aku melakukannya," ungkapnya dengan nada yang merasa tak berdaya. 

"Baiklah. Kamu tahu, bukan? Jika kamu kabur, aku akan berbuat apa saja," ancam nya yang membuat Bella sedikit ragu dengan rencananya. 

"Aku berjanji. Bagaimana kamu tidak mempercayai gadis cantik ini?" kata Bella yang berusaha meyakinkan pria itu. 

"Benar. Kamu sangat cantik, Bella! Sampai aku ingin menjadikanmu istri simpananku," ucapnya yang diikuti sedikit tawa. 

Bella bergidik ngeri mendengarnya. Dia ingin membunuhnya saat pria tua mengatakan hal itu. Mana mau Bella yang cantik berpasangan dengan pria tua yang memakai rambut palsu dan sudah bau tanah itu. 

"Ah, bisa saja. Punggung Anda sangat lebar ternyata," ucapnya dengan penuh kepura-puraan. Nyatanya, punggungnya itu hanya dipenuhi lemak.

"Hahaha. Mulutmu manis sekali, Bella. Aku senang dipuji oleh anak muda sepertimu," ucapnya senang. 

"Om, jangan terlalu cepat membuka bajunya, aku tidak bisa memuaskan Anda kalau seperti itu," pintanya. 

Bella menggunakan kesempatan ini untuk kabur, dia mulai berdiri. Lalu, berjalan pelan sambil memuji pria tua itu. Langkah kakinya tidak terasa sudah sampai pintu keluar. Dia mulai membuka kuncinya. 

Blam!

"Hey, mau kemana kamu?" teriak pria tua tersebut yang masih sibuk memakaikan kembali celana yang terlihat sesak.

Bella berlari setelah keluar kamar tadi, takut pria tua itu mengejarnya. Dia pun menemukan pintu kamar lain yang terbuka. Bella memasuki kamar tersebut tanpa melihat keadaan. Tidak lupa, dia juga mengunci pintu tersebut seperti rumah sendiri. 

Bella menyandarkan kepalanya di pintu tersebut. "Dasar pria tua botak. Pria gila. Pria mesum! Rasanya aku ingin memberitahu dunia. Orang yang selalu dipuji mereka ini, ternyata seseorang yang mesum. Aaaa menjijikan!" umpatnya sambil menggedor-gedor pintu dengan kepalanya. 

Hingga seseorang menahan aksi menyakiti diri nya tersebut. Bella terkejut melihat pria tampan. Sebut saja dia Rey. 

"Siapa yang kamu umpat tersebut? Hm?" tanya pria itu yang menyandarkan bahunya di pintu dengan pandangan lurus.

Bella yang seharusnya menjawab pertanyaan pria itu, dia malah terpesona dengan pria ini. Rambut yang hitam dan berkilau, rahang yang bersiku, mata setajam elang, hidung tinggi dan lurus. 

"Berhenti memandangku, ilermu tumpah," sindirnya karena Bella kepergok menatapnya lama. 

"Ah, ma-maaf saya sembarangan masuk. Kalau begitu, sa-saya pergi dulu," pamitnya dengan kaku.

Namun, tiba-tiba, pintu tersebut ditahan pria itu. Dia memandang Bella tajam dengan mata elangnya. 

"A-ada apa? Aku harus pergi," kata Bella yang ingin berteriak saat itu juga. 

Pria itu tampan, tapi disisi lain, dia juga sangat menyeramkan. 

Pria tersebut mulai mendekati wajah Bella. Sambil menatap satu persatu yang menempel di wajahnya. Bella semakin takut dengan aksinya itu, dia tidak sengaja mendorong dada bidangnya dengan keras. Sampai pria itu tersungkur. Pria tersebut tidak terima jatuh oleh wanita kecil ini. 

"Hey! Kenapa kamu mendorongku?" tanya Jeffrey dengan berteriak. 

"Ka-kamu lebih dulu mendekati wajahku," sanggah Bella dengan berteriak juga. 

"Cih, siapa yang menyuruhmu masuk kandang harimau dengan sukarela?" ucapnya dengan nada sinis. 

Jeffrey memasukan kedua tangannya ke dalam saku. Menatap intens Bella yang mundur ketakutan. Rey hanya mengangkat salah satu sudut bibirnya sedikit. 

"A-aku takut dikejar. Karena panik, aku memasuki kamar ini karena pintunya terbuka," jawabnya dengan kepala yang menunduk. 

Bella sangat frustasi saat ini, dia merasa jatuh di kandang harimau yang berbeda saja. 

"Kamu menjual diri, tapi takut? Apakah kamu jalang pemilih? Kamu memasuki kandang yang salah! Aku tidak berminat dengan perempuan kotor sepertimu. Kamu pasti sudah disentuh banyak pria 'kan? Menjijikan!" umpatnya. 

"Aku bukan jalang!" tegasnya. 

"Semua jalang berkata seperti itu. Kenapa tidak mau mengakui pekerjaanmu?" kelakar Rey. 

"Sudahlah. Orang gila tidak akan paham yang dikatakan jalang," balasnya dengan penuh penekanan. 

"Apa katamu?" tanya Rey dengan volume yang tinggi. 

Bella yang sudah menarik nafasnya dalam, guna mengulang perkataannya, dibungkam Rey lebih cepat. 

Cup!

Rey mencium bibir mungil Bella. Bella yang terkejut, spontan memukuli dada bidang Rey. Namun, Rey tidak menggubris. Dia malah menikmati bibir Bella bagaikan stroberi yang dicelup coklat hangat. 

Cekrek!

Telepon genggam di tangan kanan Rey, dengan sengaja memotret mereka yang sedang berciuman. Hal tersebut menambah kemarahan Bella. 

Bella pun berhasil menendang perut Rey dengan lututnya itu. Tanpa rasa ampun. 

"Aw, kamu berani menendangku?" pekik Rey dengan satu tangannya yang memegangi perutnya. "Jawab aku! Jalang!" sentaknya. 

Bella membelakangi Rey. Dia sedari tadi menahan tangisnya. Panggilan jalang untuknya jelas tidak cocok. Bella bahkan tidak pernah melakukan apapun bersama pria. Bella juga kesal, ciuman pertamanya diambil pria tak dikenal dan tidak berperasaan. 

"Kamu tidak menjawab? Cih! Jalang gila! Pantas saja pria tua tadi mengejarmu. Kamu terlalu pemilih, 'kan?" sindir Rey yang mulai berdiri dan memegangi perutnya. 

Rey pun berjalan untuk membawa dompetnya. "Untuk ciuman tadi! Lalu, lupakanlah!" ucapnya sembari mengalungkan selembaran uang yang terbilang banyak ke wajahnya. 

Bella merasa terhina sekarang. Kenapa mulutnya selalu diam di hina seperti itu. 

"Cukup! Aku bukan jalang!" sentaknya dengan wajah yang semerah rebusan kepiting. 

Tubuh Bella bergetar. Dia juga ingin menangis. Namun, dia takut disepelekan oleh pria di depannya.

"Pergi! Aku mau istirahat," perintah Rey dengan kedua tangannya yang mendorong Bella kasar. 

Hingga wanita itu terjatuh, bersamaan uang yang terpaksa dia ambil untuk Ibu tirinya. 

"Ck, hanya karena uang, aku pun tidak berani melawannya lagi," kata Bella sembari mengusap air matanya. 

avataravatar
Next chapter