webnovel

AWAN

Aku mulai melihat kearah Jam yang tergantung di dinding, Aku mulai berbicara pelan dengan diri ku sendiri.

Aku melihat kearah Pak Choi yang masih bersemangat menjelaskan beberapa soal Matematika, pandangan ku alihkan kepada Awan yang kulihat dia juga masih bersemangat belajar. Sesekali dia mendengarkan Pak Choi menjelaskan lalu mulai mencatat jawabannya didalam buku, terkadang membolak balikan beberapa halaman buku Matematika miliknya untuk mencari beberapa rumus yang dapat dia gunakan untuk menjawab soal yang diberikan Pak Choi.

' Sungguh dia memang bukan manusia, tak ada lelah-lelahnya kalau belajar ' batinku.

' Kalau tetap seperti ini Aku benar-benar akan mati disini. Aku tidak mau mati muda, Aku masih belum menikah. Masih belum dapat pekerjaan, bahkan masih belum punya pacar ' Pikirku dengan raut wajah sedih.

' Tak boleh... tak boleh... Aku harus Akhiri ini, ini semua demi masa depanku. Semangat Raina...!! ' Pikirku sambil mengepalkan tanganku.

" Pak Choi..! " panggilku sambil mengangkat tangan.

Aku melihat Awan pun memandang kearah ku.

" Ada apa Raina ? Ada yang ingin kamu tanyakan ? " Tanya Pak Choi.

" Hmmm .... Itu... " ucapku memikirkan alasan yang tepat.

" Katakan saja yang mana yang tidak kamu pahami ? " Pak Choi kembali bertanya.

" Bukan itu Pak, begini Pak Choi kan saya sudah sejak Pagi keluar rumah, sekarang sudah jam 1 pak sudah jam Makan siang. Biasanya jam segini Mama sedang masak di rumah dan sebagai anak yang baik sudah seharusnya saya membantu Mama masak kan Pak, agar jadi anak yang berbakti. ". Ucapku.

" Sejak kapan kamu membantu Mamamu masak ? " Awan menyela pembicaraanku.

Aku hanya menatapnya kesal lalu mulai melanjutkan ucapanku.

" Jadi Pak boleh kah saya pulang sekarang ? " ucapku sambil tersenyum malu.

Pak Choi tiba-tiba tertawa dan hal itu membuatku semakin malu.

" Kita datang kesini untuk belajar, bisakah sekali saja kamu serius untuk belajar..!" ucap Awan.

Aku memandangnya dengan kesal. Awan kemudian memandangku dan kembali berkata "Baiklah kita pulang" ucapannya membuatku sangat senang dan Aku buru-buru berdiri lalu memasukkan buku-buku kedalam tasku.

"Tapi..." Tambahnya " Kamu harus menjawab soal Matematika yang Aku berikan dengan benar, setelah itu baru kita bisa pulang. Bagaimana ? " tanyanya.

Awan sengaja melakukan itu, Dia tahu Aku pasti tak akan bisa menjawab soal Matematika dengan benar di tambah lagi Aku sejak tadi tak begitu fokus mendengarkan penjelasan Pak Choi. Aku kembali duduk dan tampak tak bersemangat.

*

" Baiklah, kita sudahi belajarnya. Kita sudah belajar selama hampir 3 Jam nanti baru kita lanjutkan lagi. Lagi pula Inikan hari Minggu jadi mungkin kalian sudah punya rencana lain untuk dilakukan di hari libur atau kalian mau gunakan untuk istirahat ". Ucap Pak Choi penuh perhatian.

" Benar tuh Pak. INI KAN HARI MINGGU " Aku melakukan penekanan pada beberapa kata, lalu memandang kearah Awan dan mengjulurkan lidah kepadanya.

Pak Choi sudah sangat mengenal kami dan sudah terbiasa dengan pertengkaran kami.

Pak Choi adalah salah satu tetangga Kami dulu dan juga menjadi guru Kami saat SMP. Beliau memang sudah berpesan kepada Kami untuk datang ke rumahnya jika ada pelajaran sekolah yang tidak Kami pahami.

Awan seminggu dua kali selalu datang untuk belajar di rumah Pak Choi dan itu selalu rutin di lakukannya, terkadang Awan selalu mengajakku tetapi karena Aku sudah hafal setiap hari apa dan jam berapa Awan akan pergi belajar maka Aku jauh-jauh hari sudah mencari alasan untuk tidak pergi bersama Awan, walau terkadang mau tidak mau aku terpaksa harus pergi dengan nya.

Setelah Pak Choi meyakinkan Awan untuk menyudahi belajarnya, akhirnya Awan menyetujuinya. Kami akhirnya berpamitan kepada Pak Choi, sementara Awan mengambil sepedanya. Aku melihat Pak Choi mengacungkan jempolnya kepadaku sambil tersenyum, Akupun membalas senyumannya.

Sejak Aku kecil Pak Choi memang sangat menyayangiku dan memanjakanku karena beliau sangat ingin memiliki anak perempuan namun didalam keluarganya hanya memiliki anak laki-laki.

Aku melihat Awan telah menaiki sepedanya, Aku pun melangkah mendekati Awan dan setelah Aku menaiki sepedanya dia mulai mengayuh sepedanya meninggalkan rumah Pak Choi.

**

Tiga puluh lima menit kemudian tak terasa kamipun tiba di rumahku, Aku turun dari sepeda.

" Aku langsung pulang yah, ingat besok Aku jemput jam tujuh " ucap Awan.

" Iya " jawabku.

" Jangan sampai lupa..! " tambahnya.

" Iya..!!! " ucapku mulai kesal.

" Jam tujuh Aku sudah ada di depan rumahmu, jadi sebelum jam tujuh kamu sudah harus siap. Mengerti..!! " ucapnya lagi.

" Iya, iya, iya...!! Aku tahu, berapa kali lagi kamu harus mengingatkanku. Kamu tak mau pulang ? " ucapku semakin kesal.

Awan menatapku beberapa lama.

" Ada ap.....?" belum sempat aku bertanya padanya dia langsung mengayuh sepedanya dan pergi.

" Dasar cowok aneh " ucapku sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

Sesampainya dirumah Aku langsung menuju kamarku untuk istirahat.

~💙~

🆙