"Ehm ... Walau bagaimanapun, aku lihat anda sangat berjasa tadi, aku memanggil anda, Hero saja? Hero, artinya pahlawan. Aku takut menyebut nama tanpa pangkat, kelak menjadikan aku kena masalah. Aku akan makin susah," ucap Neira.
"Ia sungguh cantik, tetapi ia adalah perempuan. Ayahku, seorang raja besar dan berwibawa harus berakhir tragis karena cinta kepada perempuan, bahkan pangeran Xerfion, kakakku juga sama," gumamnya di hati sambil tersenyum juga.
"Apakah hanya menu begini saja yang akan kalian makan?" tanyanya heran.
"Apalagi? Di tengah peperangan, kita bisa makan saja sudah bersyukur, kadang tak ada makanan sama sekali. Setelah ini kita akan masak semuanya." Neira bergegas mengambil kompor berkarat yang ada, dia mencoba menyalakan kompor untuk merebus kentang-kentang itu. Barrion segera menghampirinya
"Aku bisa mengeluarkan api dari jari telunjukku," tawarnya kepada Neira.
"Sungguh? Anda serba bisa? Anda bisa punya banyak pangkat di sini. Di Negaramu kamu hanya raja, kalau di sini kamu adalah magician, dukun, mantri dan sekarang Chef karena ikutan memasak bersamaku, banyak lagi. hehee. Bergegaslah, Hero." Neira tertawa dan Barrion merasa tidak semenakutkan bayangannya berada dekat dengan perempuan. Gadis ini tertawa karena sedari tadi Barrion hanya melihat wajah sendu dan tangisan dari mata Neira. Ia segera menunjukkan gerakan aneh dijari-jari tangannya lalu benarlah api kecil keluar dari ujung jarinya, kemudian ia nyalakan pada kompor itu.
May datang membawa beberapa botol madu untuk diberikan kepada semua penghuni base camp. Ada orang yang menyumbangkan madi. Tak terkecuali dia memberikan juga kepada Barrion dan Neira.
"Nei, minumlah madu ini agar stamina kita terjaga, tadi ada yang mengirim kesini," sapa May. May terus melirik Barrion dan Neira.
"Apakah akan ada cerita cinta di sini? Hihihi. Aku lihat raja asing ini selalu membututimu dari tadi," goda May sambil tertawa-tawa.
"Membuntuti apa? Yang ada kami bertengkar dan berdebat terus!" sahut Neira.
"Awas dokter Vigian cemburu." May segera berlari agar terhindar dari amukan Neira. Hal ini membuat Barrion salah tignkah, tanpa dia sadari memang benar telah membuntuti Neira.
"Tapi, aku berada bersamamu karena memang ingin banyak tanya tentang ini? Aku, kan terseret ke masa depan? Aku tak memiliki informasi apa-apa?" kilahnya dalam hati, tapi iya sejujurnya memang iya, entah mengapa Barrion sangat nyaman bercakap-cakap hanya dengan Neira bukan yang lainnya, padahal banyak juga paramedis lelaki disana. Apalagi dari kemarin selalu terjadi pertengkaran. Hal ini membuat dirinya tertawa-tawa sendiri.
"Oiya, dokter Vigian yang tadi menangani aku?" tanya Barrion.
"Iya betul, dia dokter bedah yang loyalitasnya tinggi, hanya saja sedikit tempramental jika dalam kondisi begini, dia menjadi begitu tega memilih mana yang akan ia tolong dan mana yang akan ia biarkan, tapi kami selalu berusaha menutupi kekurangannya, karena ingin menyelamatkan lebih banyak nyawa."
Penjelasan Neira sambil mengelap dan membersihkan kentang-kentang itu.
"Bukan itu yang ingin aku tanya, dia cemburu padamu? Apa kalian ada hubungan khusus?" Dialognya serius.
"Oh ... Hehee, jangan hiraukan May, dia memang begitu, itu hanya bercanda," ujarnya singkat, lalu dia menunjuk ke arah jagung-jagung itu.
"Bantu aku mengupas itu?" perintah Neira.
"Di Negeriku tak ada yang berani memerintah aku, di sini aku diminta mengupas jagung? Bahkan ini tidak dilakukan oleh para pembantu istana sekalipun. Hehee, karena rakyat yang sudah mengupasnya dan memberikannya setelah dalam keadaan bersih," ceritanya kepada Neira.
"Apa anda keberatan, Hero?" celetuk Neira.
"Aku hanya bercerita, tentu saja aku mau membantumu. Aku berada di Negerimu. Sekarang aku adalah tawananmu." Lalu mereka tertawa bersama.
"Istirahatlah Nei, besok kita tak tahu hal apa lagi yang akan menguras tenaga kita, biar aku yang melanjutkannya." Tiba-tiba dokter Vigian hadir di tengah mereka.
"Kenapa dokter tidak istirahat saja? Aku hanya perawat yang bisa digantikan banyak perawat lain, tapi dokter adalah petugas inti yang harus benar-benar fit untuk menyelamatkan banyak jiwa," sahut Neira sambil menatap keatas karena dia yang masih duduk, sedangkan dokter itu berdiri.
"Aku baru saja bangun tidur, jadi sekarang giliran kamu yang tidur," jawab dokter Vigian.
Membuat Neira segera bangkit dan melakukan saran dari dokter Vigian. Hal ini membuat Barrion bersungut-sungut karena moodnya hilang. Dia masih ingin banyak bercerita dengan gadis itu, tapi dibuyarkan oleh lelaki yang tiba-tiba nyelonong kesini. Sungguh dokter ini mengganggu suasana Barrion.
Ketika Neira beranjak dan hendak berlalu pergi, tak lama Barrion juga ikut bangkit dari duduknya, baru saja mengupas jagung dapat beberapa biji.
"Hei, kamu mau ke mana? Tugasmu belum selesai mengupas jagung ini." Barrion merasa muntab dengan kata-kata dokter itu yang seenak jidatnya memerintahkan dirinya. Memangnya siapa dia? Apa tidak tahu siapa aku? Aku seorang raja manusia Serigala! Macam-macam, aku gigit mampus kau dokter!
"Aku membantu sesukaku, lagian siapa kamu seenaknya memerintahkan aku? Kau tak tahu kalau aku ini seorang raja di Negeriku?" jawab Barrion dengan nada sewot.
"Berbicaralah dengan lebih sopan," gertak dokter Vigian.
"Hei, jaga bicaramu! Apa kau tak ingat kau berhutang budi padaku? Aku dokter yang menyelamatkanmu, bicaramu ngelantur apa karena guncangan peperangan ini? Parah! Sekarang duduk dan lanjutkan!" teriak dokter Vigian.
"Terima kasih dokter atas budi baikmu, kau juga jangan lupa aku adalah pasien dan korban perang yang juga harus istirahat. Maaf aku tak bisa membantumu sekarang, selamat malam." Barrion segera berlari tanpa memperdulikan ujaran dokter tadi yang tampak sangat marah.
Ia sambil mengibas-ngibaskan tangannya sehingga angin sedikit kencang menyapu dokter Vigian, menyebabkan jagung-jagung itu bergelundungan dan karung-karung roboh. dokter Vigian kebingungan merapikan dan memunguti jagung-jagung itu.
"Aku baru saja bangun tidur, jadi sekarang giliran kamu yang tidur," jawab dokter Vigian. Membuat Neira segera bangkit dan melakukan saran dari dokter Vigian. Hal ini membuat Bara jadi bersungut-sungut karena mood nya hilang. Dia masih ingin banyak bercerita dengan gadis itu, tapi dibuyarkan oleh lelaki yang tiba-tiba nyelonong kesini. Sungguh dokter ini mengganggu susana Bara yang berusaha ingin bersama suster Neira.
Ketika Neira beranjak dan hendak berlalu pergi, tak lama Bara juga ikut bangkit dari duduknya, baru saja mengupas jagung dapat beberapa biji.
"Hei kamu mau kemana? Tugasmu belum selsai mengupas jagung ini." Bara merasa muntab dengan kata-kata dokter itu yang seenak jidatnya memerintahkan dirinya. Memangnya siapa dia?. Apa tidak tahu siapa aku?.
"Aku membantu sesukaku, lagian siapa kamu seenaknya memerintahkan aku? kau tak tahu kalau aku ini seorang Pangeran dan calon Raja di Negeriku?" jawab bara dengan nada sewot. "Berbicaralah dengan lebih sopan."
"Hei jaga bicaramu, apa kau tak ingat kau berhutang budi padaku, aku dokter yang menyelamatkanmu, bicaramu ngelantur apa karena guncangan peperangan ini? Parah parah! Sekarang duduk dan lanjutkan," teriak dokter Vigian.