webnovel

11: Risau

Kini Jingga berakhir di dalam ruang bk berhadapan langsung dengan guru bk yang bernama Bu Heni. Setelah kejadian di kelas disaat semua orang menyudutkan Jingga dengan bukti yang terpampang nyata di depan mereka, Sasa masih mencoba menyanggah tuduhan semua orang yang tak benar tapi ada buktinya.

Jingga memang sempat mengelak jika dia bukanlah pencuri ponsel dan uang Dinda, tapi kenyatannya semua orang lebih mempercayai apa yang mereka lihat. Karena semua orang tak percaya padanya kecuali Sasa, Jingga akhirnya hanya pasrah dibawa ke ruang bk untuk dimintai penjelasan mengapa dia bisa mencuri.

Sasa yakin bahwa Jingga di fitnah, begitupun dengan Jingga yang tidak merasa mengambil satu pun barang teman sekelasnya itu.

"Alasan kamu mencuri ponsel dan uang temen kamu Dinda apa Jingga? Setahu saya kamu adalah siswi yang pendiam, dan keluarga kamu juga kaya, tidak mungkin bukan jika kamu mencuri barang milik orang lain?" tanya Bu Heni dengan tatapan mengintimidasi.

Jingga menghela nafas panjang sebelum dia menjawab pertanyaan dari guru Bk tersebut.

"Tidak ada alasannya Bu, karena saya benar-benar tidak mencuri HP dan uang Dinda, saya sendiri tidak tau kalo di dalam tas saya ada HP Dinda itu."

"Masalah apa yang dikatakan Gita itu memang benar, memang waktu istirahat saya sendirian di kelas karena saya bawa bekal dari rumah, tapi itu hanya sebentar sebelum Gita datang dan bilang kalo saya dipanggil Sasa buat ke kantin."

"Jadi saya langsung ke kantin, terus sehabis ke kantin dan ketemu Sasa, saya dan Sasa balik ke kelas lagi, tapi ada yang buat saya heran Bu, Gita ternyata berbohong soal Sasa yang manggil saya buat ke kantin, Sasa sendiri mengaku kalo dia tidak manggil saya lewat Gita Bu, jadi bukannya saya menuduh siapa pun di sini, saya hanya merasa di fitnah dan saya berani bersumpah bahwa saya tidak mencuri ponsel dan uang milik Dinda, saya benar-benar tidak tau kalo ada ponselnya Dinda di dalam tas saya Bu," lanjut Jingga menjelaskan panjang lebar dengan raut wajah serius dan meyakinkan.

Bu Heni mengangguk paham tapi tak langsung membalas penjelasan Jingga. Tatapan Bu Heni ke Jingga terlihat menyelidik, seolah menelisik kedua mata Jingga apakah ada kebohongan di sana atau tidak.

"Ekhem apa saya bisa mempercayai kamu?" tanya Bu Heni setelah terdiam beberapa saat.

Jingga dengan yakin mengangguk. "Saya gak bohong Bu, saya berani sumpah kalo saya bukan pencuri, dan masalah Gita memang dia bohongin saya tadi waktu istirahat," jawab Jingga dengan raut wajah yang terlihat memelas, sangat berharap jika guru di hadapannya itu mempercayai ucapannya tanpa bukti.

'Kalo Bu Heni percayanya kalo ada bukti gimana? Nyari buktinya gimana? Orang di kelas juga gak ada CCTV atau tadi pas istirahat juga kayaknya gak ada orang lain yang liat Gita ke kelas' Jingga bergelut dalam hati karena memikirkan jika Bu Heni tak mempercayai ucapannya yang tak ada bukti.

"Kamu kelihatannya memang jujur, tapi Ibu belum sepenuhnya percaya karena ucapan kamu belum ada buktinya," balas Bu Heni sesuai apa yang dipikirkan Jingga.

"Untuk sekarang kamu bisa kembali ke kelas, jika kamu memang mengambil ponsel dan uang Dinda, Ibu mohon jangan diulangi lagi, untuk besok kamu di skor satu hari Jingga," lanjut Bu Heni dengan keputusannya yang belum sepenuhnya yakin.

"Tap–"

Baru saja Jingga akan protes dengan keputusan Bu Heni, Bu Heni lebih dulu memotongnya. "Tenang Jingga, itu belum tentu yakin, jika nanti Ibu mendapatkan bukti bahwa kamu tidak berbohong, maka hukumannya akan Ibu hilangkan dan kamu tidak jadi di skors."

Sedikit membuat Jingga lega, tapi gadis itu tak bisa menyembunyikan raut khawatirnya. 'Kalo Mama sama Papa tau aku di skors gara-gara mencuri gimana?' batinnya risau.

Tapi tak urung Jingga mengangguk menanggapi ucapan Bu Heni. "Baik Bu, terima kasih, saya pamit ke ke kelas," ujarnya yang langsung diangguki Bu Heni.

Setelah mendapatkan anggukan dari Bu Heni, Jingga langsung keluar dari ruang Bk.

Di sepanjang koridor yang sepi akibat saat ini jam pelajaran sudah dimulai kembali, Jingga menunduk melihat lantai yang dia pijak. Pikirannya dipenuhi dengan kecemasan akan kedua orang tuanya jika tahu dirinya mencuri, padahal semua itu hanya fitnah.

Walau Jingga menjelaskan pada kedua orangtuanya juga pasti kedua orang tuanya tak langsung percaya. Jingga sendiri sudah pernah merasakannya. Dan rasanya sangat menyakitkan, orang tua sendiri tidak mempercayai dirinya sendiri dan lebih memilih percaya dengan orang lain.

"Semoga aja Bu Heni manggil Gita buat diintrogasi," gumam Jingga dengan sedikit harapan agar dia tidak jadi di skors untuk besok.

Walau sehari, itu sudah membuat Jingga terkena mental akibat nantinya pasti dia di rumah di marahi kedua orang tuanya dan dijelek-jelekkan oleh kedua kakaknya.