webnovel

ME VS POSSESIVE BRO

Bagi semua orang, khususnya para perempuan mungkin pengen punya abang, benar tidak? Tapi beda lagi sama Ochi, rasanya lebih baik tidak punya abang daripada punya enam abang yang kerjaannya nyemak di hidup Ochi dan gangguin ketenangan Ochi. Samudra Achilleo Sebastiano Gabriello, lelaki berusia dua puluh tiga tahun yang ketimpa sial bertemu dengan Ochi. Belum lagi, enam abangnya itu bisa sebuas singa setiap kali ada cowok yang mendekati Ochi. Dan Samudra menjadi salah satu dari sekian korban keganasan mereka. ''Kenapa sih gue harus punya abang?'' ''Abang lo buas kayak cheetah kelaparan!'' 0820

itsolyppppp · Teen
Not enough ratings
17 Chs

NYAI KARNIGARA!

Yo watsap silahkan dibaca & vomen gaiss!

•☆•

Aku sadar, hari itu adalah hari bersejarah buat ku

olp

Lima belas menit yang lalu bel sekolah tanda kegiatan baca literasi selesai dan lanjut dengan bel pelajaran pertama berbunyi. Kini suasana kelas hening, para murid didalam kelas yang gak bisa dibilang penurut ini pada lagi duduk kaku dan tegak udah kayak latihan PDB ( Peraturan duduk berduduk).

Bu Litayudisa atau yang disering dipanggil bu Ayu sedang duduk di meja guru. Cantik namanya, mukanya juga cantik dan mulutnya Aigooo, cantik banget. Apalagi kalau merepet aka mengomel, wah benar-benar bikin pangling. Sangkin cantiknya, Aurora yang hobi nyahutin orang aja jadi kalem terus Gading siketua kelas sakau pun ikutan kalem kayak anak baik-baik.

Bu Ayu itu guru Fisika disekolah mereka. Orangnya sih modis, pakaiannya bagus, make up nya apalagi. Tebal kurang tebal, bayangin aja gimana boldnya make up istri orang kaya. Kebayang kan gimana penampilan bu Ayu sehari-hari?

Sebenarnya bu Ayu itu orang yang ramah, semua murid dia sapa kalau jumpa. Apalagi murid yang bapaknya teman collega suami bu Ayu, akrab banget langsung dia. Pasti dibaik-baikin. Suaminya bu Ayu emang pengusaha, jadi wajar tampilannya classy gitu.

Oke, tapi bukan itu yang jadi permasalahannya. Karena permasalahan sebenarnya itu Bu Ayu orang yang sangat teramat dan begitu tegas sama semua muridnya, apalagi soal masalah pr. Gak ada korting atau apalah itu istilahnya. Semua bakal kena hukum kalau melanggar apalagi kalau gak selesai tugas, ajeb langsung nasibnya.

Masalahnya tuh, Ochi udah ngerjain tugas yang dikasih bu Ayu bahkan dari beberapa hari yang lalu tapi gak tau gimana atau mungkin malaikat lagi sengaja balas Ochi yang kemarin jahili bang Zi jadi kelupaan bawa pr. Mau bilang pr nya ketinggalan, tapi nanti dibilang bohong. Bilang gak siap juga bakal diceramahi sepanjang jalan dari Kutub selatan ke utara.

Bingung dia.

''Kemarin ibu ngasih kalian pr kan?''

Hening.

Cuman bunyi jarum jam doang yang kedengaran. Semua murid didalam pada diam saling pandang-pandangan. Bu Ayu pun jadi bingung karena mereka.

''Kenapa cuman diam? Dijawab dong. Atau kalian lupa ada pr?'' tanya bu Ayu.

Ditempatnya, Ochi dan Aurora sudah tegang dengan raut cemas. Seluruh tubuh Ochi udah keringat dingin, alamak didepak dari kelas dia setelah ini.

''Gara-gara bang Rai sama bang Zi plus Bang Sat yang gak angkat telpon jadi gini nasib gue! Gak guna banget punya abang tiga badan gedek-gedek, kendaraan mewah kalau disuruh nganter buku kayak mau liburan ke saturnus.'' gumam Ochi dalam hatinya.

''Ci, gimana nih?'' bisik Aurora dengan nada ketakutan yang begitu kentara.

''Nanya mulu lo kayak wartawan. Gue juga gak tau, Ra. Mana nyai galaknya ngalah-ngalahin banteng betina.'' balas Ochi ikut berbisik sepelan mungkin supaya gak kedengaran.

''Ayo kumpulkan semua tugas kalian kedepan.'' perintah bu Ayu tegas.

Sedetik kemudian, suara gerasak-gerusuk terdengar dan decitan kursi beserta langkah kaki. Semua murid membawa buku tugas mereka untuk dikumpul kedepan dan hanya lima orang saja yang tidak ikut ngumpul tugas.

Dua diantaranya adalah Aurora dan Ochi yang semakin cemas ditempatnya. Muka bu Ayu itu langsung berubah, kayaknya itu guru sadar deh kalau gak semua murid dikelas ini ikut kumpul tugas. Buktinya muka dia langsung datar gitu, gak ceria kayak biasanya.

''Yang gak kumpul tugas maju kedepan.'' kata bu Ayu dengan nada mengerikan.

Ochi dan Aurora saling bertatapan, kemudian mereka melangkah lemas kedepan kelas dengan kepala tertunduk. Kalau ditanya apa Ochi takut sekarang tentu jawabannya tidak, dia mah biasa aja toh bu Ayu kalau ngomel juga gak bakal berani lama-lama karena papinya Ochi itu pemegang saham terbesar diperusahaan suami bu Ayu.

Tapi, yang ditakutkan Ochi itu hukumannya doang. Dia ogah disuruh ini itu kayak babuh. Dan sekarang harus dihukum kayak gitu lagi.

''Maju satu langkah jangan bersandar di papan tulis!'' ujar bu Ayu.

Mereka berlima nurut, kemudian berjalan selangkah kedepan sambil menunduk.

Dibangkunya, Bu Ayu mendengus dan geleng-geleng kepala.

''Siapa yang mau menjelaskan deluan?'' tanya Bu Ayu.

Gak ada yang menjawab, pada gak berani sama bu Ayu.

''Ayo, siapa yang pertama menjelaskan?'' ulang bu Ayu.

Virgo, cowok bertubuh tinggi dengan rambut sedikit botak pun angkat tangan.

''Saya bu.'' jawab nya.

Bu Ayu mengangguk. ''Oke kamu deluan.''

''Saya lupa bu.'' ujar Virgo sambil menggaruk kepalanya.

''Lain kali kamu lupa aja bawa kepala.'' ujar bu Ayu lembut tapi berhasil bikin Virgo terdiam sambil menunduk.

''Selanjutnya.'' kata bu Ayu.

Ochi yang lagi cari-cari alasan pun makin blank. Bingung mau ngasih alasan apa, gak mungkin kan dia bilang kalau semalam dia bergadang karena Jungwoo minta dimasakin sajen, eh maksudnya dimasakin mie instan.

Sumpah, biasanya gue paling bisa cari alasan. Kenapa sekarang otak gue tumpul banget kayak otaknya si Gading gajah. rutuk Ochi dalam hati.

''Saya bu.'' seorang siswi yang rambutnya di cepol dengan jedai pun angkat tangan. Sally namanya.

''Oke Sally.'' kata bu Ayu mempersilahkan Sally memberi alasan yang semua orang Karnigara tau gak ada gunanya, sangat gak berguna kalau udah dihadapan bu Ayu.

''Saya baru datang sekarang, bu. Tadi malam sekitar jam sebelas malam saya sampai di Indonesia. Hampir dua minggu saya izin karena urusan mendadak ke Singapur.'' ujar Sally, kali ini alasan logis.

Beruntung banget dia, kalau gue juga ikutan bilang liburan ke Korsel mah ujung-ujungnya dianggap gila, batin Aurora.

Bu Ayu mengangguk, mungkin paham gak mungkin Sally bawa buku sekolahnya ke Singapur kan? ''Oke, kamu duduk.'' katanya masih aja galak.

Sisa tiga orang lagi, Aurora, Ochi, dan satu orang cewek yang mukanya lebih pucat dari mereka. Ochi sampai kaget, itu karena ketakutan apa karena sakit?

''Kamu kenapa pucat banget Ina?'' tanya bu Ayu sama anak itu.

''Saya sakit bu.'' jawab Ina lemah.

''Sakit?''

''Iya bu, saya kemarin izin gak datang sekolah karena dirawat di rumah sakit. Kena tifus.'' ujar Ina lemah.

Mata bu Ayu melotot. ''Ya Tuhan, kamu tuh harusnya gak usah sekolah kalau masih lemas kayak gini. Udah kamu duduk aja kalau masih lemas izin ke uks.'' kata bu Ayu.

Udah di bilang juga, Bu Ayu itu perhatian dan welcome sama semua orang. Dia mah jadi nyai pas lagi masalah kayak gini doang.

Ina mengangguk dan berjalan pelan ke bangkunya. Semua perhatian kembali tertuju ke dua manusia didepan yang mulai memainkan jari mereka.

''Aurora, Ochi. Siapa yang deluan?'' tanya bu Ayu pada mereka berdua.

''Saya.''

''Saya bu.''

Suara mereka berdua tumpang tindih dan saling angkat tangan. Aurora memandang sinis Ochi sedangkan Ochi udah ngasih tatapan maut ke sahabatnya itu.

Ini si Rora emang gak ada ngalah-ngalahnya sama yang tuaan delapan belas hari dari dia, decak Ochi sebal.

''Oke Rora deluan.'' kata bu Ayu akhirnya, bikin Ochie berdecak pelan dalam hatinya.

Aurora menaikan kepalanya dan menatap mata bu Ayu dengan muka sok polosnya bikin Ochi jijik ngeliatnya. Euw drama sekali anak tuyul!

''Kemarin Rora udah kerjain tugasnya di sekolah langsung bu, tapi ketinggalan di rumah. Maaf bu, Rora lupa kalau buku itu ditas yang satu lagi.'' ujar Rora sok lembut.

''Emang tas Rora ada berapa?''

Banyak, jawab Ochie dalam hati.

''Dua bu.'' jawab Aurora kalem.

Dih, kemarin juga pas kerumah lo ada segudang. batin Ochie.

''Oke, kali ini ibu maafin. Lain kali jangan diulangi, kalau lupa sekalian aja tasnya gak dibawa.'' peringat bu Ayu.

Aurora mengangguk senang, mukanya kayak girang banget. Ochie jadi panas kebakar ngeliatnya. Sekarang giliran Ochie.

''Ochie sekarang.'' ujar bu Ayu masih lembut, belum aja keluar lakiknya.

''Ochie minta maaf bu, karena gak ngumpul tugas. Tugasnya Ochie juga sama kayak Rora, ketinggalan dirumah. Ochie salah bawa buku, malah bawa buku kosong yang cover nya sama kayak buku tugas Ochie.'' jelas Ochie kelewat kalem.

Sangkin kalemnya, Aurora yang berdiri disebelah Ochie jadi merinding takut Ochie kemasukan.

''Kenapa gak minta dianterin abang kamu kayak biasanya?'' tanya bu Ayu yang udah hapal kebiasaan Ochie.

''Bang Kai sama bang Kei lagi di luar negeri buk. Bang Zi di rumah sakit, Bang Rai, Bang Yuta sama Bang Sat gak ngangkat telpon Ochie. Mereka kayaknya lagi gak megang hape bu.'' jawab Ochie, kalem.

''Loh, Rai udah pulang? Tour nya udah selesai emang?'' tanya bu Ayu yang malah kepo sama abang nya Ochie.

Maklum sih, bang Rai itu gantengnya kurang ajar sampai mamak-mamak pun kepincut sama kegantengannya.

Ochie mengangguk, ''Baru dua hari ini sih bu.'' jawab Ochie.

''Izrael sibuk ya?''

Ochie menggeleng dengan gak yakin, dia sendiri juga gak tau abang nya itu sibuk atau enggak sekarang. Yang dia ingat kalau hari ini tiga abang kampretnya, Bang Rai, Bang Tata sama bang Sat lagi di rumah.

''Kalau Nolan?''

Ochie menggerutu dalam hatinya. Ye, kalau kutil yang satu itu gak usah ditanya bu. Mau sampe muka gue berubah cakep kek muka Loren Gray juga gak bakal bisa diharapkan si Bang Sat yang satu itu, batinnya

''Berarti gak ada yang bisa disuruh nganter?'' tanya bu Ayu lagi bikin Ochie makin berdecak.

Jangankan nganter bu, ngangkat telpon aja susah banget kayak mau dapatin cintanya Winwin tercintah, batin Ochie lagi.

''Makanya Ochie, buku itu diperiksa dulu sebelum dimasukan ke tas biar gak kayak gini. Lagian kamu mau emang salah pacarin anak orang nanti karena gak dilihat?'' tanya bu Ayu kalem tapi nyelekit.

Ochie menggeleng. ''Enggak bu.'' jawabnya.

''Oke, kali ini kalian semua ibu maafin.'' kata bu Ayu melipat tangannya di atas meja.

Mereka berempat sempat berseru riang yang tertahan ditenggorokan. Tapi berubah setelah mendengar lanjutan perkataan bu Ayu.

''Tapi bukan berarti kalian bisa tenang gitu aja. Gimana pun kalian salah dan kalian harus bantuin Pak John bersihin semua lapangan sekolah.''

Ini mah bukan dikasih ketenangan, dikasih musibah namanya!

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE YAAA!

LOVE YOU GUYSSS!🖤🖤