kini keadaan papi riri sudah membaik setelah secara insentif di rawat selama dua minggu ini, sebenarnya papi riri ingin sekali pulang karena tak betah berlama- lama di rumah sakit satu minggu yang lalu setelah sadar, apalagi ia sangat kangen pada bocah kecil yang menghiasi kehidupannya, cucunya satria. namun yang namanya riri, putrinya tak mengijinkan ia pulang apabila belum dinyatakan 100% sehat. bahkan membuat dokter geleng-geleng kepala, melihat riri yang selalu mengatakan tak boleh ada sedikitpun yang salah pada diagnosa papinya, sedikit saja riri akan mengakuisisi rumah sakit tempat dimana papinya dirawat, bahkan bisa saja setelah ia akuisisi lalu ditutupnya. itu membuat para dokter dan kepala rumah sakit tergidik mendengarnya karena bukanlah sekedar terdengar seperti nada ancaman, namun juga keseriusan yang mengerikan di wajah riri. apalagi mengetahui siapa sebenarnya riri.
sesampainya di rumah, papi tak mendapati cucunya satria.
" nak, dimana satria " tanya papinya kepada riri. riri hanya tersenyum ketir. bibirnya gemetar, namun ia tak mampu menjelaskan.
" ia baik baik saja pi...aku mengirimnya pergi berlibur" ucap riri dengan pandangan meyakinkan papinya.
alis papi riri terangkat sebelah, ' ada apa ini ' benak papi riri mulai berfikir ada yang aneh dengan kalimat putrinya barusan. namun papi riri berusaha tersenyum.
" papi istirahat dulu ya... " pinta riri sambil menggandeng tangan papinya ke kamar dan merebahkannya pelan. kemudian pergi meninggalkannya.
fikiran papi riri terus berputar, melihat keanehan dengan sikap putrinya, seperti ada yang di sembunyikan.
# flasback
" ini sudah satu minggu semenjak hilangnya satria dan pertengkarannya dengan suaminya zhi han. baru saja mereka menyelesaikan masalah satu namun seperti seabrek lagi yang datang yang tak kunjung hentinya.
dua hari setelah putra di temukan di rumah sakit itu, riri beserta pengawalnya yang mendatangi villa di mana putranya di rawat sementara waktu, menemukan villa yang sudah acak-acakan dan terdapat bercak darah yang berceceran. riri tahu itu bukan darah putranya, melainkan john yang turut menghilang pula. yang hanya riri temukan bu sundari yang mulutnya di bekap dan berlumur darah seperti habis dipukul kepalanya. mata riri sangat merah, menandakan ia teramat marah.
" berani sekali memyentuh keluargaku " ucapnya dalam hati.
dikantor, riri tak mampu berfikir dengan jelas ia hanya mondar mandir, menghubungi polisi, hanya akan menambah rumit permasalahan, ia tahu sepertinya orang yang menculik putranya sangat dendam padanya. yang membuat riri tak mengerti kenapa, siapa dan mengapa dendam pada riri. riri memilah milah perusahaan rival yang pernah ia kalahkan dulu. hanya saja perusahaan itu bukankah sedang menjalin kerjasama pada akhirnya dengannya dan hubungan mereka semakin membaik sampai sekarang. rasanya mustahil menyimpan dendam padanya. dan kalau riri salah tuduh, sangat fatal akibatnya pada nasib perusahannya. ia tak boleh gegabah bertindak.
riri memandang ruangan kantor suaminya, ia tak melihat Zhi han seharian hari ini. 'kemana dia'? ucap riri dalam hati. apa ia masih marah pada riri yang tak mau mempertemukan putranya pada rifah. " agassi...agassiii" ucap uncle lee membuyarkan lamunan nona majikannya. "pengawal ali mendapat kabar dari beberapa pengawal yang sempat mengikuti jejak penculik itu." ucap uncle lee cemas.
"kita ke apartemen zhi han uncle, sekarang! " ucap riri tanpa basa basi yang membuat uncle lee bingung dan tersadar ada sesuatu yang di fikirkan nona majikannya ini. ia hanya menurut saja tak membantah sedikitpun.
sesampainya di apartemen zhi han, uncle lee memencet sandi di pintu apartemen dan membukakan pintu pada nona majikannya. riri langsung berjalan ke kamar zhi han dan meminta uncle lee menunggu di luar. sebenarnya ia enggan melakukan ini, namun setelah pengawal rahasianya memberitahu siapa sebenarnya zhi han membuat riri sedikit mencurigai. ia sudah mengenal james sebelum mereka bertemu, bahkan juga mengenal park ji woo. yang anehnya mengapa mereka berpura pura tak saling mengenal di hadapan riri, permainan apa ini yang mereka mainkan padanya. riri mengelilingi kamar zhi han, tertata rapi dan bau khas parfum lembut masih tercium di hidung riri, di mana mereka sempat melabuhkan kasih sayang beberapa kali di kamar ini. hanya saja riri sangat penasaran melihat sebuah foto yang sempat ia raih sewaktu di kamar ini sehabis bersama suaminya. memang sekilas biasa saja pada foto itu, karena ada wajah riri yang tersenyum manis bersama zhi han sewaktu mereka pergi berbulan madu di kepulauan maluku utara beberapa bulan yang lalu karena hadiah dari papinya. tapi ada sesuatu di balik foto itu yang terdapat gundukan di dalamnya. dengan gemetar riri membukanya. dan...benar saja riri menemukan 4 orang lelaki yang sedang berangkulan layaknya sahabat. membuat mata riri memicing karena tertuju pada wajah sang kakak lelakinya. " apa ini..." fikirnya. dan ada sebercak tanda merah.. "bukankah ini darah..yachh..ini bekas darah yang sudah mengering" fikir riri.
iapun memgambilnya dan menyelipkan di kantong bajunya, kemudian membenarkan foto tersebut lalu pergi meninggalkan kamar suaminya.
sementara di luar, uncle lee terus menghubungi keponakannya, namun tak terjawab, membuat uncle lee sangat gelisah.
" uncle...kita ke kantor zhi han " ucap riri tegas dan bergegas menuju mobil. laju mobil tak terkendali, karena riri yang menyupirnya, membuat uncle lee sangat takut. apa yang merasuki nona majikannya ini. walau ia tahu pasti hati nona majikan kesayangannya ini sedang kacau.
riri yang memarkirkan mobilnya segera turun begitu sampai di depan kantor suaminya. uncle lee yang turut turun dari mobil langsung menyambut kunci mobil yang di lempar riri ke tangannya pertanda ia yang harus memarkirkan.
riri melesat melangkah masuk ke kantor zhi han langsung menaiki lift khusus ke lantai atas. begitu sampai, sang sekretaris kantor terkesiap, melihat nyonya zhi han mendadak ada di hadapannya. ia sangat kaget dan membuat riri heran. bukankah mereka sudah saling mengenal selama ini. mata riri tertuju pada sebuah layar di depan sekretarisnya. " nyalakan akses layar itu..dan...tuan manaa " ucap riri dingin.
" haah..layyaar...tttuuuuaan.." ucapnya terbata bata membuat riri curiga.
riri yang sangat cekatan, langsung mengambil remote layar yang terpampang di hadapan mereka. ia tahu suaminya sehabis rapat barusan. layar itu adalah akses untuk dapat melihat setiap ruangan kantor, bahkan ruangan zhi han apabila riri ingin berkunjung, karena biasanya ia tak mau mengganggu suaminya saat berkunjung ia hanya ingin melihat sebentar apa yang di lakukan suaminya di dalam ruangannya. begitu ia mengarahkan remote ke layar dan memencetnya, alangkah tersentaknya riri, melihat suaminya dengan wanita lain. begitupun sekretarisnya dan uncle lee yang baru sampai. mata riri memicing ke arah sang sekretaris suaminya. melihat tatapan itu, membuat sang sekretaris tertunduk. namun ada yang aneh pada gambaran di dalam layar itu, ia melihat sepertinya zhi han tak meladeni wanita itu, tunggu...apakah itu pengaruh obat karena riri melihat ada makanan di samping meja ruang suaminya. walau hatinya sangat mendidih menyaksikan wanita yang sedang asyik mencumbu suaminya tanpa suaminya meladeni,, ada sunggingan senyum tipis di bibir riri. ia tahu siapa wanita itu. " simpan baik baik adegan ini, aku ingin salinannya dan jangan sampai ada yang tahu, paham! " bisik riri pada sekretaris zhi han yang di iringi anggukan. riri langsung mendobrak pintu ruang kerja suaminya. membuat wanita yang ada di dalam ruangan itu tersentak kaget.
" hentikan wanita murahan!!!.. apa yang kau lakukan pada suamiku, Dinaa!!" bentak riri keras membuat beberapa karyawan yang satu ruangan dengan suaminya berhamburan melihat dan sangat terkejut mendapati tuannya dengan pakaian acak acakan dan ada seorang wanita setengah bugil di sana.
dina yang melihat kedatangan riri sangat kaget bercampur malu karena di saksikan beberapa karyawan kantor ini.
"oughhh...kau lihat kami sedang apa" ucapnya tenang dan sedikit berani.
riri tersenyum sinis, " heyy...bukankah kau yang sedang merayu suamiku, lihatlah ia tak bergeming sama sekali..kau apakan dia" ucap riri.
dina yang berjalan mendekat sambil membenarkan pakaiannya berucap
" tak ada yang ku lakukan, dia yang memintanya." bisik dina di telinga riri. memang seperti sengatan rasanya di telinga riri, namun ia yakin suaminya tak seperti itu.
" apa kau menaruh obat bius di makanannya,,, come on dinaa ..ini tak lucu..jangan kau kira kau bisa mengelabuiku seperti 5 tahun yang lalu. aku dan suamiku tak bodoh. kau tahu apa yang ada di seberang kami..." ucap riri menunjuk layar besar di mana ada tontonan review ulang adegan yang ia mainkan tadi di ruangan zhi han. ya.. dina sekarang sangat terobsesi menguasai zhi han dan hartanya. kalau saja ia mendengarkan kata kata ibunya menyetujui perjodohan itu. namun baginya tak ada kata terlambat begitu ia menawarkan jalinan kerjasama dengan mengancam zhi han akan keselamatan putranya. mau tak mau pertahanan zhi han lemah. hingga memudahkan dina melakukan aksinya dan memanfaatkan keadaan. namun siapa sangka ini sangat berlebihan.
" maksudmu apaa!" ucap dina yang mulai memahami, ia terjebak dengan permainannya sendiri.
" kau tak mengerti atau bodoh sangat dina..kau menghancurkan reputasimu sendiri. semua yang ada di sini saksinya apa kau tak mengerti" ucap riri sekali lagi. dina mengedarkan pandangannya, ia sangat terkejut karena sebagian yang melihatnya adalah para relasi kerja ibu dan bapaknya yang membantunya karena permintaan orangtuanya, dan ternyata belum pulang setelah rapat pembahasan kerjasama tadi di kantor zhi han. ia sangat malu pada akhirnya. dan menyadari kesalahan fatal yang ia lakukan terlebih memandangi layar besar yang terpampang jelas adegan yang ia lakukan barusan.
" kenapa... malu..tak punya harga diri, ataukah..perlu aku jadikan wallpaper besar di perusahaan orangtuamu adegan barusan, ingat..suamiku tak salah.. kau lihat ia terbaring lemah akibat obat bius yang kau berikan dan lagi ia tak meladenimu sedikitpun. jadi...siapa yang rugi apalagi rifah mengetahuinya" bisik riri menusuk pertahanan dina dan memperlihatkan video call dengan rifah barusan karena sebelum mendobrak pintu ruangan suaminya handphonenya bergetar, sekilas ia lihat itu videocall rifah. riri tak menyianyiakan kesempatan ini untuk membongkar siapa dina pada rifah mantan suaminya.terlebih dengan kondisi dina yang tengah hamil tiga bulan, walau belum terlihat membesar, puncak gairah yang dina rasakan berlebihan, namun kecerobohannya ia salah memanfaatkan keadaan.
dina mengangkat tangannya dan ingin menampar riri, namun tangan riri lebih dahulu meraih kerah baju dina dan memyeretnya ke dinding, entah setan apa yang merasuki riri, kemarahannya sangat memuncak saat ini.
" ingat..aku bisa judo, bisa saja sekarang badanmu ku remukkan seperti remahan tempe.. jadi jangan macam macam dalam menyentuh sedikit saja anggota keluargaku" ancam riri.
" kaakkaaamuuuh.. " ucap dina tercekat begitu melihat beberapa orang polisi berdiri di ambang pintu.
" tangkap wanita liar itu pak yang baju merah, yang.. setengah telanjang" ucap sekretaris kantor zhi han yang sudah beberapa menit yang lalu memanggil polisi.
polisi pun bertindak cepat dan melerai cengkraman riri. riri tertunduk lemah, ada aliran panas di ujung pelupuk matanya. uncle lee yang melihat keadaan kedua majikannya sangat sedih sekali. ia pun ingin mendekati nona majikannya, namun ia urungkan begitu tangan majikannya terangkat ke atas, dan menyuruh nya membawa zhi han ke rumah sakit.