webnovel

Me is me

rannaya · Urban
Not enough ratings
108 Chs

kata - kata yang tak ingin di dengarkan namun terdengar menyakitkan,aku tak seperti itu!!

sepasang suami istri menjejakkan kaki nya di kota shanghai,negeri tirai bambu china. kota nomor delapan terbesar di seluruh dunia. berbagai aktivitas orang orang yang sibuk di siang hari nampak mulai memadati kota. Zhi han membawa istrinya ke kawasan selatan kota Shenzhen yang bersebelahan dengan hongkong. mereka memasuki perumahan elit di kawasan tersebut. yaitu sebuah rumah mewah high class dengan pagar hitam yang tinggi. riri yang menginjakkan kakinya turun dari mobil di sambut para karyawan rumah dengan segala hormat. "huanying lao Dao,nushimen,xianshengmen" ucap para karyawan rumah tangga Zhi han.

"xiexie#terimakasih" ucap Zhi han sambil merangkul pinggang istrinya.menuju ruangan tamu yang luas.

riri memandangi rumah megah nan luas yang sekarang mereka tempati.

"mr.Zhi...iniii".ucap riri masih merasa bingung karena ia mengira sehabis dari bandara langsung menuju hotel,namun ia malah di ajak ke sebuah kawasan elit ini.

"ini rumahku..rumah yang akan kulimpahkan padamu kelak" ucap Zhi han sambil menarik tangan riri ke pelukan nya.

mereka tak menyadari para karyawan rumah tangga sedang memperhatikan tingkah sang majikan.sambil menggelengkan kepala mereka.

Zhi han kemudian membawa riri ke kamarnya di lantai atas. ruangan nuansa putih coklat dengan kasur empuk nan luas tanpa ranjang terpampang jelas di sudut ruangan menghadap sebuah kaca jendela yang besar.

"istirahatlah...aq ada urusan sebentar, kau pasti lelah," ucap Zhi han yang mengganti bajunya dengan pakaian formal nan rapi.

"kau mau kemana.."ucap riri yang memandangi Zhi han dengan wajah yang masih kebingungan.

"ada pekerjaan yang mesti aku selesaikan sebentar" ucap Zhi han sambil mencium pipi istrinya kemudian pergi meninggalkan riri di kamar sendirian. ruangan seketika hening, dan riri pun melelapkan dirinya di pembaringan.

*****

zhi han yang sudah di tunggu pengawal Kwang dilantai dasar basemane segera meninggalkan perumahan elit tersebut menuju sebuah perusahaan kecil yang terletak di tengah kota. seorang lelaki tinggi, tegap dan tampan sedang menunggunya bersama staf mereka.

"welcome mr.lee Zhi han? i'm very glad you want to take the time today# selamat datang tuan lee Zhi han,saya sangat senang anda mau meluangkan waktu hari ini " ucap lelaki tersebut pada Zhi han sambil menjabat tangannya.

"forgive me,because my busy schedule was delayed by our meeting# maafkan saya, karena kesibukan saya pertemuan kita sempat tertunda" ucap Zhi han sambil membalas jabatan tangan lelaki yang akan berkerjasama dengan perusahaannya.

"no problem, please sit down" ucap lelaki itu, kemudian menyerahkan sebuah map besar kepada Zhi han. percakapan percakapan serius pun terjalin hingga kesepakatan mereka setujui.

"tuan.. apakah anda benar benar memikirkan kesepakatan tadi" ucap pengawal Kwang sambil mengemudikan mobil.

"aku sudah memikirkannya, ia tak akan bisa menghianatiku" ucap Zhi han.

"lalu,apa yang akan tuan katakan pada nyonya,bahwa perusahaan itu, tuanlah penanam sahamnya" ucap pengawal Kwang yang tau betul apabila tuannya sudah mengambil keputusan. pasti dengan perencanaan yang matang karena zhi han sudah mulai membaca apa yang akan terjadi dengan perusahaan akuisisi riri.

"apa kau sudah membawa yang ku minta" ucap Zhi han yang memandangi sudut sudut kota shanghai.

"maaf tuan, mungkin akan sedikit terlambat, karena sangat susah mendapatkan profil pribadi nyonya. di semua medsos tak terekspos sama sekali. nyonya sangat pandai menyembunyikan data pribadinya. tak kebanyakan seperti wanita lain yang senang dengan medsos". pengawal Kwang menjelaskan.

tentu saja riri hampir menyamai seperti Zhi han yang tak ingin terekspos hingga senang berpindah pindah tempat tinggal. sehingga membuat orang orang sangat sulit terhubung dengannya.

dirumah Zhi han yang megah para karyawan rumah tangga sedang asyik bergosip tanpa mereka sadari riri mendengarnya.

"zhe ci ni dai shenme yang de nuren?..#Wanita seperti apa lagi yang di bawa tuan" ucap wanita yang setengah baya pada wanita muda yang berada di sampingnya.

"wo bu Zhidao ni xihuan shenme yang de nuren?! #entahlah,aku tak mengerti seperti apa wanita yang tuan suka?!" ucap wanita muda tersebut pada wanita setengah baya yang sedang asyik membuat kudapan untuk riri. "ni juade zhege nuren shi shenme yang de?"#menurutmu wanita tadi seperti apa?" ucapnya lagi.

"wo juede yiqian jiu xiang nuren yiyang, tamen hen wanpi!! #menurutku sama saja seperti wanita sebelumnya, mereka Nakal!!" ucap wanita muda itu tegas.

riri yang mendengarnya nampak menahan rasa marah dan kesalnya, namun dalam fikiran nya apakah benar Zhi han seorang playboy yang senang membawa wanita ke rumahnya ini. riri pun kembali ke kamarnya dengan perasaan yang tak karuan. dengan rasa ketidak percayaan nya. kata kata wanita nakal terus terngiang di telinga nya.

"tok..tok.." suara ketukan pintu terdengar ditelinga riri, riri menoleh dan melihat wanita setengah baya memasuki kamar dan menyajikan kudapan dan minuman untuk riri. sambil berucap "Qing pinchang wanpi de nuren..#silahkan di cicipi wanita nakal" ucapnya tanpa mengetahui bahwa riri mengerti bahasa yang dia ucapkan barusan. sepeninggal wanita setengah baya itu, riri tak mencicipi sedikitpun kudapan yang di sajikan, ada sebuah titik air di ujung matanya yang bening, yang membuat hatinya sangat marah sekali. tanpa ia sadari ia menggenggam cangkir berisi teh panas sampai retak. ia tak mengerti kenapa kedua bawahan Zhi han berkata demikian Padanya. riri tak mampu berbuat banyak karena sekarang kedua wanita tersebut bukan bawahannya, kalau ia melakukan hal bodoh tentu ia tak menghormati suaminya. tanpa fikir panjang iapun segera bangkit dan membawa tas dan kopernya meninggalkan perumahan elit tersebut tanpa pamit sedikitpun.

di taxi yang ia tumpangi dengan tangan yang bergetar menahan sakit akibat kemarahan barusan ia mengetik kan massenge meminta uncle lee memesan sebuah kamar hotel untuknya. ia memandangi setiap pemandangan jalan sambil memejamkan mata dan terus terdengar kata kata wanita nakal di benaknya, ia tak seperti itu gumamnya dalam hati. membuat kemarahannya semakin membuncah saja, dikepalkannya tangannya yang terluka dan memar memerah. ia sangat marah sekali tak tau kemana ia harus melampiaskan. gambaran sosok seorang Zhi han yang sering membawa wanita ke rumah itupun terlintas di benaknya. ia berfikir tak karuan apakah benar Zhi han seperti itu.

uncle lee yang mendapat massenge segera melaksanakan perintah sewaktu berada di bandara untuk menyusul kedua majikannya ke shanghai, ia sangat berjaga jaga sekali karena tau di malam penghargaan tersebut akan ada hal yang membuat suasana hati nona majikannya buruk. itu tak boleh terjadi, ia harus terus berada disisi nona majikannya. ia tak mau kejadian beberapa tahun silam terjadi kembali.

Zhi han yang baru sampai rumahnya sangat antusias sekali untuk segera menemui istrinya dengan membawa sebuah karangan bunga mawar merah. ia setengah berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Sweetyyy...sayang..??" ucapnya sambil mengetuk pintu kamar. iapun mengulang kembali dengan kalimat yang sama. karena tak ada sahutan, ia membuka pintu kamar dan yang hanya ia liat ruang yang kosong tanpa seorang wanita. ia mencari ke sekeliling kamar hingga kamar mandi ia periksa namun tak menemukan istrinya. sampai akhirnya ia melihat dipojok jendela kamar ada kudapan yang masih hangat dan cangkir yang retak, dan juga..sedikit darah. dahinya berkerut dan segera duduk di kasur, ia mengambil remote televisi dan membuka isi cctv rumahnya. semua ruangan rumahnya ia periksa, ia mendapati ruang dapur yang terlihat pada pembantunya sedang asyik mengobrol. kemudian ia melihat isi kamarnya yang memperlihatkan riri yang sedang duduk santai dipojok kaca jendela, kemudian tak lama datang pembantu setengah baya membawakan kudapan dan seperti mempersilahkan istrinya mencicipi buatannya. dan.. Zhi han menangkap sebuah mata yang sedang marah, seperti menahan tangis yang kemudian setelah kepergian pembantu tersebut riri memecahkan gelas kaca yang dipegangnya. Zhi han sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi bukankah mereka tak memiliki permasalahan. pengawal Kwang mengirim sebuah video pula yang berisikan di ruang dapur perbincangan para pembantu Zhi han. Zhi han yang mendengarnya sangat marah sekali.

"kau dimana?!" ucapnya di handphone pada pengawal Kwang.

"saya di bawah tuan, sedang memberikan pelatihan khusus pada mereka" ucap pengawal kwang yang tentu saja memegang kendali keamanan khusus di rumah Zhi han, seperti cctv. semua sudut ruangan dalam dan luar mampu ia lihat, karena terhubung dengan handphone nya tak terkecuali setiap kamar. karena pribadi. Zhi han segera turun ke lantai bawah dan mendapati dua orang wanita yang membicarakan istrinya sedang berlutut meminta pengampunan.

Zhi han berbisik pada pengawal Kwang " pecat mereka aku tak ingin melihat mereka lagi " ucap Zhi han sambil memandang tajam kedua wanita yang sekarang memandangnya dengan wajah iba.

Zhi han meninggalkan pengawal Kwang yang memarahi mereka. dan meraih kunci mobilnya. namun sebelum ia meninggalkan mereka ia sempat mendengarkan pengawal Kwang yang memarahi kedua pembantu tersebut.

"ni bu zhidao ni zai shuo shenme shi xiansheng de qizi..Zou Kai....!! xiansheng ni buxiang zaijian do nile! #apa kalian tak tahu yang kalian bicarakan, adalah istri tuan. enyahlah!! tuan tak mau melihat kalian lagi!" ucap pengawal kwang tegas.

kedua wanita tersebut saling berpandangan mendengar ucapan pengawal Kwang yang memarahi mereka, mereka tak tau wanita yang di bawa tuannya adalah istri tuannya sendiri, seorang nyonya Zhi. mereka menunduk dan merasa bersalah telah mengabaikan massenge pengawal Kwang yang meminta perlakukan "nyonya" dengan baik. kalimat nyonya mereka abaikan begitu saja, tadinya mereka berfikir pengawal Kwang hanya bercanda. bagaimana mungkin seorang Zhi han mau menikah, dengan temperamen dingin mencekam seperti itu. terlebih ia pernah membawa dua orang wanita lain ke rumah ini. membuat mereka tak mengerti atas ketidakpercayaan mereka sendiri. dengan langkah lunglai kedua pembantu tersebut meninggalkan pengawal Kwang sambil menangis menyadari kesalahan mereka.

.