"Ha ha ha, benar-benar tidak ingin melihat calon-calon suamimu, Kak? Rugi kalau begitu. kalau kau melihat siapa mereka barangkali aku bisa membantu salah satu pemuda yang kau inginkan agar memenangkan sayembara dan kau bisa memilikinya dengan tenang."
Amira mencebikkan bibirnya sambil mengepalkan tangannya seolah hendak memukul Andika yang sedang menggodanya. Andika yang tidak mendengar jawaban Amira tertawa renyah. Ia benar-benar bahagia karena bisa menggoda Kakak sepupunya sehingga hari ini ia tahu kalau gadis yang selama ini dikaguminya karena selalu pandai mengontrol emosinya, ternyata bisa menampakkan sisi gelapnya.
"Sekali lagi kau tertawa . . . ."
"Mau diapakan, Kak? Ah aku sih maunya dicium sama Kakak sepupuku yang cantik."
"Dimas Andika . . . .!" Amira benar-benar berteriak. Ia sama sekali tidak peduli dengan keadaan rumahnya yang lengang karena para pelayan sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com