1 Buku dongengku

"Ksatria Hera adalah wanita yang menyedihkan, ia selalu menolong orang-orang yang berada dalam bahaya ataupun kesulitan. Tetapi ia selalu menganggap orang lain lebih hebat daripada dirinya, berbeda dengan yang orang-orang katakan." Sophia membalik halaman bukunya.

"Pada akhirnya Ksatria Hera meninggal di pertarungan terakhirnya yaitu; di Wilayah Rivera. Hera bertarung sambil menangis karena ia merasa hidupnya sudah tak lama lagi, dia sudah menyerah karena tidak dapat menjadi lebih baik daripada orang lain. Hal itupun menjadi kenyataan," Sophia menghela nafas pelan.

"Amanatnya adalah jangan menganggap dirimu tak berdaya atau kau akan menjadi tak berdaya."

"Aku ingin sekali menjadi Hera, ia sangat hebat. Walaupun ia menganggap orang lain lebih hebat," Sophia selalu beranggan untuk menjadi ksatria seperti Hera, karena ia tidak memiliki kehebatan seperti Hera.

Sophia adalah anak yatim piatu, ia tinggal bersama bibinya yang selalu meninggalkannya keluar kota dan hobinya adalah membaca buku ataupun dongeng. Sophia telah ditinggalkan oleh orang tuanya semenjak ia berumur lima tahun. Orang tua Sophia mengalami kecelakaan mobil, semenjak saat itu Sophia menjadi gadis yang selalu insecure. Sophia menganggap dirinya memiliki banyak kesamaan seperti Hera kecuali kehebatan Hera.

"Aku benar-benar mengaguminya," Sophia memeluk erat buku itu.

Umurnya tujuh belas tahun dan ia selalu membaca buku dongengnya setiap malam. Sophia pun terlelap.

"Si aneh sudah datang ke sekolah rupanya," pada saat Sophia masuk ke dalam kelasnya beberapa teman sekelasnya sudah mengejeknya.

"Dongeng apa lagi yang kau baca kutu buku?" desak seorang gadis mengibaskan rambutnya di depan Sophia.

Sophia hanya diam, karena ia tidak memiliki keberanian untuk melawan.

"Kau sudah kelas enam tetapi masih membaca buku cerita anak, menyedihkan."

Anak-anak lain terkikik geli mendengarnya.

"Hei! Ibu guru datang," teriak Ella sambil berlari menuju tempat duduknya.

Semua murid berlari ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Baik anak-anak selamat pagi."

"Pagi bu," semua murid menjawab.

"Hari ini ibu akan membagikan hasil ulangan bahasa indonesia kalian," Bu Namyda adalah guru bahasa indonesia kelas enak, ia mengangkat beberapa lembar kertas ulangan.

Beberapa anak saling tatap-menatap panik karena takut nilai mereka tidak bagus.

"Ibu akan mulai dari tiga nilai murid yang paling tinggi di kelas ini."

"Sophia."

Semua mata menatap Sophia tak percaya.

"Selamat, kamu dapat nilai sempurna di ulangan kali ini."

Bu Namyda memberikan kertas ulangan milik Sophia dan beralih pada kertas ulangan murid-murid yang lain.

"Ini tidak adil bu, masa si kutu buku diberikan nilai sempurna sedangkan kami hanya mendapat setengahnya."

"Kalau begitu belajarlah dari Sophia. Maka nilaimu akan bagus sepertinya," balas Bu Namyda santai.

Ia berdecik sebal sambil menatap Sophia sinis.

Kringg!

"Denger ya. Awas jika ulangan nanti kau tidak memberitahu kami jawaban!" ancam Laura.

Laura adalah murid yang terkenal karena sangat suka membully adik kelasnya ataupun teman seangkatannya. Laura selalu bertiga dengan komplotannya yaitu; Jessie dan Amy.

Sophia menuju ke kantin untuk membeli makanannya, ia memakan makanannya sambil membaca buku cerita.

"Baca buku lagi hah?" Laura tak henti-hentinya mengusik Sophia.

"Kalo orang ngomong di jawab," Amy menyahut menyenggol kepala Sophia.

"Ya."

"Just that? Really, apakah kau hanya diajari bicara seperti itu oleh orang tuamu?"

"Upss. You don't have a parents, sorry."

Jessie meledeknya sehingga Laura dan Amy ikut tertawa. Sophia hanya menahan kesalnya dan tetap melanjutkan makannya.

"Sophia," panggil Ella.

"Bu Namyda menawarimu peran untuk menjadi tokoh utama di acara sabtu seni nanti, kau mau?"

Ella adalah ketua kelas XII MIPA2, ia sering mendapat tugas dari guru wali kelasnya yaitu; Bu Namyda yang berhubungan dengan murid-murid kelas MIPA2.

"Kau mau? Kau dapat memilih cerita apa saja," Sophia berpikir sejenak.

Laura yang di sebelah Sophia memberi kode untuk menjawab tidak.

"Baiklah. Aku mau," jawab Sophia.

Laura ingin memarahi Sophia karena ia menerima peran tetapi ditahan oleh Ella.

"Maaf Laura. Bu Namyda yang meminta agar Sophia menjadi pemeran utamanya," kata Ella kemudian meninggalkan kantin.

Laura yang kesal pun meninggalkan Sophia juga, diikuti oleh Amy dan Jessie.

Istirahat telah selesai, ulangan matematika pun dimulai.

"Waktu kalian 120 menit untuk mengerjakan soal matematika ini, ingat konsentrasi sebentar lagi kalian akan ujian!"

Pak Darren adalah guru matematika yang paling banyak ditakuti oleh semua murid, ia terkenal sebagai guru yang galak dan juga tegas. Semua murid membuka lembaran soal dan lembaran jawaban.

"Hei! Kutu buku," Laura berbisik di belakang Sophia.

Sophia sengaja mengabaikannya, ia berpura-pura bodoh.

"Hei! kau tuli ya?"

"Laura. Ada masalah?" tanya Pak Darren.

Laura langsung terdiam dan berpura-pura mengerjakan ulangannya.

"Hei! Apa jawaban nomor tiga?" desak Amy.

Laura menggeram.

"Awas kau nanti," Laura menggeram.

Tak terasa waktu telah tersisa sepuluh menit lagi.

"Waktu tersisa sepuluh menit lagi, harap periksa kembali jawaban kalian!"

Suara lembar kertas yang dibalik terdengar seisi kelas.

"Ada yang sudah selesai?" tanya Pak Darren.

Terdapat beberapa murid yang tergesa-gesa mengerjakan ulangan saat menyadari waktu tersisa sepuluh menit lagi.

"Baik. Waktu selesai, jangan ada yang menulis kembali! Ella. Kumpulkan lembar jawaban teman-temanmu dan segera letakkan di meja saya," Pak Darren meminta Ella untuk mengumpulkan lembar jawaban teman-temannya.

Pak Darren meninggalkan ruangan kelas dan mengisyaratkan anak-anak untuk segera pulang setelah mengumpulkan lembar jawaban. Sophia memberikan lembar jawabannya kepada Ella dan ia segera keluar kelas. Sophia menghindari Laura dan gengnya itu tetapi ia kurang cepat.

"Kau berusaha untuk kabur hah?" kata Amy menarik tas Sophia.

Amy menarik Sophia menuju ke belakang sekolah.

"Apa maksudmu tadi hah? Apakah kau sengaja tidak menjawabku? JAWAB!" bentak Laura.

"Just answer please, are you really deaf?" Jessie mencibir.

"Aku tidak dengar," bohong Sophia.

"Owh, you deaf?"

"Keluarkan isi tasmu," Laura menarik ransel hitam Sophia.

"A-apa yang ma-u kau lakukan?" cicit Sophia.

"Keluarkan semua buku dongengmu itu!" Amy mengeluarkan buku-buku yang ada di dalam tas Sophia kemudian membantingnya ke lantai.

"Ja-jangan!"

"You know what? Semua buku-buku ini membuatmu menjadi bodoh," Jessie menendang buku Sophia.

"Hentikan!"

"Maaf. Aku tidak dapat mendengarmu," Laura mencondongkan kupingnya.

"Dongeng ini membuatmu menjadi bodoh," Laura mengambil salah satu buku dongeng milik Sophia.

Laura membaca judulnya.

"Ksatria Wanita Menyedihkan?"

"Omg. Pantas saja kau menyedihkan," Jessie menutup mulutnya tak percaya.

"Dongengmu tak semenarik yang ku bayangkan lagipula, siapa yang menganggap dongeng itu menarik?" Amy menyahut.

"Aku tak menyangka kau sepayah ini."

Mereka semua tertawa menggelikan dan meninggalkan Sophia yang tengah menangis. Itu adalah alasan mengapa ia sangat mengagumi karakter Hera, ia tidak pernah tampil berani, percaya diri, dan selalu merasa takut. Sebenarnya Hera juga memiliki kelemahan yang sama tetapi Hera dapat melawan orang jahat.

"A-aku ingin bertemu ibu dan ayah," kata Sophia di tengah tangisannya.

Ia terduduk memeluk buku dongengnya sambil menangis.

"Aku benar-benar berharap dapat menjadi seperti Hera," Sophia memeluk buku dongeng itu semakin erat dan air mata membasahi sampul buku tersebut.

Buku dongeng itu terbuka dan mengeluarkan cahaya terang, Sophia menghalang cahaya itu menggunakan lengannya. Pada saat ia membuka matanya, Sophia sudah berada di sebuah rumah kayu tua.

avataravatar
Next chapter