webnovel

Mata Perak, Mata Emas

MATA PERAK, MATA EMAS merupakan sebuah kisah konflik keluarga yang terjadi di Colorado pada tahun 1885. Sejak kecil, Anne Wells telah mempermalukan keluarganya yang sangat kaku dan konvensional, dengan sesekali tidak berperilaku layaknya perempuan terhormat. Mereka menyalahkan kenyataan kalau ia masih belum menikah di umurnya yang sudah 28 tahun karena perilakunya yang menyimpang tersebut. Sementara itu, Cord Bennett, putra dari pernikahan kedua ayahnya dengan seorang perempuan dari suku Cheyenne, lebih dari sekadar memalukan bagi keluarga peternak dan pengacaranya yang kaya – mereka malu dan takut pada orang yang mereka kambing hitamkan dalam keluarga mereka itu. Ketika Anne dan Cord kedapatan berduaan, kemarahan ayah Anne berujung pada kekerasan. Keluarga Cord menerima bahwa itu semua memang salah Cord. Bisakah Anne dan Cord memanfaatkan kebebasan yang berasal dari hukuman atas dosa yang tidak mereka lakukan untuk hidup bersama? Atau akankah keluarga mereka yang tidak setuju dan suka ikut campur itu memisahkan mereka? ------------------------------------------------------------------- Judul: Mata Perak, Mata Emas Judul asli: Eyes of Silver, Eyes of Gold (EN) Tahun terbit: 2010 Penulis: Ellen O’Connell Penerjemah: Cinarita ------------------------------------------------------------------- Penafian: Ini hanya hasil terjemahan penggemar, bukan terjemahan resmi. Namun, saya akan mencoba menerjemahkannya sebaik mungkin, sebisa saya. Hasil terjemahan saya gratis. Klik tautan berikut kalau Anda mau membaca terjemahan saya yang lain atau mendukung saya https://linktr.ee/cinarita Terima kasih banyak! Hak cipta terjemahan: @2022 Cinarita ------------------------------------------------------------------- Cara membaca TIGA BAB GRATIS setiap hari: terus tingkatkan level sampai level 3 & gunakan fastpass Cara mendapatkan fastpass untuk membuka bab yang terkunci. Setiap hari lakukan hal berikut: - Masuk ke akun Webnovel Anda (dapat 1 fastpass) - Vote buku pilihan Anda menggunakan Energy Stone (dapat 1 fastpass) - Vote buku pilihan Anda menggunakan Power Stone (dapat 1 fastpass) Hadiah Setiap Harinya per Level Level 1 : Mendapatkan 1 Energy dan 1 Power Stone Level 2 : Mendapatkan 1 Energy dan 2 Power Stone Level 3 : Mendapatkan 2 Energy dan 2 Power Stone

Cinarita · History
Not enough ratings
5 Chs

1

* * *

Rasa takut Anne sudah menyebar ke mana-mana, menumpulkan pikirannya. Seekor ular rakus melingkar di dalam perutnya, dengan lapar melahap semua kekuatan dan kehendaknya. Itu mengubah dunia dari tempat menakjubkan yang penuh warna dan kehangatan, menjadi sebuah kotak dingin tanpa udara yang dibuat dalam nuansa abu-abu yang tak bernyawa. Ketika pengaruh laudanum[1. Ekstrak alkohol dari opium yang dibuat melalui metode tincture.]-nya mereda, Anne duduk dalam keheningan tanpa harapan, mencoba bertahan mendengar bualan ayahnya yang penuh kemenangan dengan sikap keras ayahnya yang ayahnya gunakan dengan sangat baik.

"Kau tahu, dia merindukanmu saja tidak. Dia tidak peduli padamu. Hanya dalam beberapa hari, kau tidak akan pernah terlintas dalam pikirannya lagi."

Anne bertanya-tanya apakah kesedihan di mata ibunya mencerminkan kesedihannya sendiri, apakah ia tampak sama mengerikannya seperti ibunya, yang tampak tambah menua selama dua puluh tahun hanya dalam beberapa jam terakhir. Anne menatap ke luar jendela kereta, memperhatikan padang rumput yang tertiup angin yang melaju kencang. Suara roda kereta menandai jarak bermil-mil yang telah lewat dan menciptakan sebuah irama: Ini salahmu, ini salahmu, ini salahmu.

"Kalau kau pikir keluarganya akan melakukan sesuatu, kau salah. Begitu mereka tahu kalau keluarga mereka sendiri tidak terlibat, mereka tidak akan peduli lagi padamu, begitu pula dengannya."

Rasa takut membanjiri pikiran Anne lagi dalam gelombang hitam, setidaknya mengistirahatkannya dari rentetan bualan kemenangan sombong yang terus-terusan ia dengar.

Satu tahun. Satu tahun lebih beberapa minggu. Hanya itu, benar-benar hanya itu. Sekarang semuanya telah berakhir. Berakhir seperti awal mula semuanya, dengan rasa sakit, rasa takut, dan darah.

* * *

BASAH DAN GEMETAR, ANNE berusaha keras untuk tidak bangun, mencoba membungkam suara kuda yang meringkik, sapi yang melenguh, dan kucing yang mengeong dengan sedih. Saat ia meringkuk semakin dalam, tangkai-tangkai jerami menusuk pipinya, dan aroma manis musim panas tercium di sekelilingnya. Ia pun benar-benar terbangun dengan cemas dan terburu-buru.

Tadi malam lumbung ini telah menjadi tempat perlindungan yang nyaman dari badai, tetapi sebenarnya ia hanya berniat menunggu sampai hujan reda. Karena cahaya kelabu fajar telah menyingsing, berarti ia mungkin harus menjelaskan kenapa ia bisa ada di situ kepada si pemilik lumbung. Siapa tahu, mungkin saja, ia bisa diam-diam pergi sebelum ada orang yang melihatnya. Anne memaksa tubuhnya yang kaku untuk duduk, lalu ia tersentak. Ada sesosok bayangan yang bersandar ke dinding, mengawasinya.

Cord Bennett. Karena cahaya yang redup di lumbung, seharusnya ia tidak mungkin bisa mengenali siapa pun, tetapi Anne langsung mengenali Cord hanya dari sekilas pandang ke balik pinggiran topi Cord. Anne menengadah dengan kaget. Sudah berapa lama Cord berdiri di sana, mengawasinya tidur? Tidak mau mengoceh meminta maaf dengan gugup, Anne pun duduk di atas jerami, membalas tatapan Cord yang diam dan tenang, tetapi ia tidak bisa menghentikan suara-suara yang terngiang di benaknya.

"Ayahnya bermata cokelat, tetapi Cord bermata kuning, kuning seperti serigala."

"Warna matanya bukan masalah. Namun, kau bisa tahu kalau dia itu keturunan iblis karena tidak ada apa-apa di balik mata itu. Matanya kosong; kosong, buas, dan dingin."

Tentu saja semua itu konyol. Gosip-gosip itu salah. Mungkin Cord memang punya mata cokelat muda yang tidak biasa, tetapi menurut Anne matanya tidak dingin. Sebaliknya, meskipun ia sedang sangat kedinginan, menatap mata Cord yang kuning itu menimbulkan rasa panas di wajahnya, yang kemudian mengalir terus ke bawah.

Pikirannya dipenuhi dengan ciri-ciri fisik Cord yang tidak bisa ia lihat dengan jelas dalam bayang-bayang. Di bawah topinya, rambut Cord tebal, hitam, dan panjangnya mungkin hampir menyentuh kerahnya. Wajah perunggunya tampak terpahat tegas, tajam sampai nyaris terlihat cekung, dengan alis yang melengkung indah dan tulang pipi yang sangat tinggi, sampai membuat kedua matanya tampak seolah-olah sedang menyipit. Rahang persegi dan mulut berbibir tegas melengkapi wajah yang tidak hanya kuat, tetapi juga garang.

Melihat Cord Bennett saja bisa membuat lelaki pemberani mana pun merasa gelisah, tetapi Anne justru merasa semakin tenang. Ia pertama kali bertemu Cord ketika mereka berdua baru berumur sepuluh tahun, dan meskipun semua orang yang ia kenal yakin kalau bocah yang sopan itu telah tumbuh jadi lelaki yang berbahaya, ia tidak bisa melupakan kesan masa kecilnya tentang Cord. Kehadiran Cord justru membuatnya tenteram, bukan takut.

Keheningan yang lama itu perlahan-lahan terasa canggung, jadi ia berkata, "Selamat pagi."

"Pagi." Suara Cord dalam, lembut, dan tanpa ekspresi, sama seperti wajahnya.

"Kurasa kau bertanya-tanya apa yang kulakukan di sini, di lumbungmu?"

"Kau, dengan penampilanmu yang kedinginan dan basah begitu?"

Menunduk untuk melihat dirinya sendiri, Anne tidak bisa menahan rasa jijik pada dirinya sendiri, tetapi ia hanya menjawab, "Ya."

"Di rumah hangat. Ada kopi." Cord mengambil garu rumput dan mengangkat sebagian jerami yang tadi Anne tiduri. "Kerjaanku di sini selesai sekitar sejam lagi."

Kopi! Kehangatan dan kopi! Ditambah dengan sedikit makanan, rasanya pasti seperti surga dunia.

Saat Cord menghilang ke dalam lumbung yang gelap, Anne bangkit berdiri dan bergegas keluar. Di seberang halaman, sebuah rumah berwarna merah tua dengan teras beratap yang dihias dengan warna putih terletak di antara pohon kapas yang sekarang menjatuhkan daun-daun kuning cerahnya yang terakhir. Hari akan terang dan cerah, tetapi angin sepoi-sepoi yang bertiup kencang menambah dinginnya pagi hari, membuat Anne mempercepat larinya ke rumah.

Ia berhenti karena terkejut tepat di balik pintu. Dinding putih, lantai pinus, dan jendela besar menciptakan interior cerah yang mengundangnya masuk. Bagian depan ruangan itu merupakan sebuah ruang tamu kecil. Sebuah kursi goyang dengan sandaran gelendong terletak di samping sebuah meja lampu. Sebuah sofa usang didorong ke salah satu dinding, seolah-olah untuk menyingkirkannya. Buku-buku yang tampak usang karena terlalu sering dibaca memenuhi rak di sampingnya.

Dapur terletak di bagian belakang ruangan, dan sebuah kompor hitam yang besar menarik Anne seperti magnet. Itu bukan hanya sumber kehangatan yang ia cari, tetapi juga ada teko kopi yang bertengger di atasnya.

Melepas sepatunya yang berlumpur, Anne menggantungkan topinya yang lembap di salah satu gantungan di dekat pintu. Ia mengamati kemeja wol berwarna biru yang tebal yang tergantung di sana selama beberapa detik, lalu akhirnya menyerah pada godaan dan mengganti mantel basahnya dengan kemeja itu. Pastinya lelaki yang bisa dengan santainya menawarkan kopi panas tidak akan marah kalau ia memakai bajunya sebentar.

Setelah sesaat mengobrak-abrik rak dekat kompor, ia menemukan sebuah mug tebal berwarna putih. Dengan desahan kesenangan yang murni, Anne ambruk ke salah satu kursi di meja dapur. Ia membungkus kemeja wolnya erat-erat ke sekelilingnya, memasukkan kaki berstokingnya yang basah ke dalam kehangatan roknya, dan menelan tegukan pertama seduhan kopi kuat yang panas. Sambil membuai mug di tangannya, merasa lebih nyaman daripada sebelumnya, Anne mencoba berpikir bagaimana ia bisa meminta tolong pada Cord.

Pikiran semacam itu membuatnya tanpa sadar menyentuh rambutnya. Jari-jarinya bukan hanya menemukan rambut ikalnya yang tergerai, tetapi juga ranting rumput yang kering. Terkejut, ia mulai menyisir rambut tebalnya menggunakan jari-jarinya, sambil menarik keluar dan mengantongi jepit rambut dan lebih banyak jerami.

Di seberang ruangan, Anne melihat sepatunya yang berlumpur, sepatu berjalan yang kokoh, dengan bagian atas yang tinggi dan bertali. Gaunnya berupa pembungkus wol berwarna abu-abu yang longgar. Kemarin pakaiannya ini tampak masuk akal. Sekarang semua pakaiannya tampak menjemukan. Sia-sia saja. Ia butuh sikat dan sisir. Lebih dari itu, ia butuh mandi dan ganti baju.

Omong-omong, ia bahkan berpikir untuk mencoba memikat Cord Bennett? Untuk apa? Seumur hidup mengabaikan kebencian yang dimuntahkan dari orang-orang macam ayahnya sendiri pasti telah membuat Cord kebal terhadap pesona, sama seperti Cord kebal terhadap hal-hal lainnya. Menyebut nama Bennett saja bisa membuat ayahnya langsung mengomel panjang lebar.

"Kalau keluarga Bennett tidak kaya, anjing kampung itu pasti sudah dipenjara sekarang, atau digantung."

Anjing kampung[1. 'Mongrel', hinaan bagi orang keturunan campuran] merupakan salah satu sebutan yang cukup baik dari ayahnya untuk Cord, anak pertama dari pernikahan kedua Jamie Bennett yang mengejutkan dengan seorang perempuan suku Indian. Bahkan sekarang, lebih dari dua puluh tahun setelah Pembantaian Sand Creek[1. Pembantaian orang Cheyenne dan Arapaho oleh Angkatan Darat AS dalam Perang Indian Amerika yang terjadi pada tanggal 29 November 1864], kebencian dan ketakutan masyarakat semakin dalam. Cord menjadi sasaran prasangka itu dalam segala bentuk. Ia sama cuek dan dinginnya terhadap hal itu sama seperti terhadap hal-hal yang lainnya. Kadang-kadang ia terlihat di kota bersama keluarganya, tetapi ia selalu sedikit terpisah, berwajah dingin dan sangat pendiam. Ia memelihara kuda di sudut Peternakan Bennett ini, tinggal dan bekerja sendiri, kabarnya hanya cukup untuk bertahan hidup, tentu saja, seperti yang sudah bisa diduga dari keturunan campuran yang malas.

Anne berusaha untuk tidak memercayai sebagian besar cerita tentang Cord, tetapi tidak bisa disangkal bahwa ketika Cord berusia lima belas tahun, ia nyaris membunuh seorang lelaki dewasa. Ia telah dipenjara selama berminggu-minggu, dan keluarga Bennett memang berhasil membebaskannya tanpa proses peradilan. Ayah Anne bukan satu-satunya orang yang tampak puas sekali ketika bertahun-tahun kemudian Cord berbalik menyerang Frank Bennett, nyaris membunuh abang tirinya.

Frank mengelola Peternakan Bennett, tetapi ia sering berada di kota. Anne mendengarnya menggambarkan kejadian itu suatu hari di toko umum. Frank masih marah, dan ia bersumpah Cord telah menyerangnya tanpa alasan.

"Aku tidak ada bedanya dengan orang lain baginya. Dia memang tidak bisa menahan diri - aku menghalangi jalannya, dan dia jahat seperti ular."

Abang tiri Cord yang lain, Ephraim, merupakan salah satu dari dua pengacara di kota Mason dan tinggal di kota, tetapi ia berada di peternakan di hari pertarungan itu terjadi. Ia-lah yang telah memukul Cord supaya menjauh dari Frank. Ephraim juga tidak berbasa-basi.

"Kadang aku bertanya-tanya bagaimana Ayah dan Song bisa punya anak macam dia. Kau pasti berpikir kalau bahkan seekor puma yang disilangkan dengan serigala betina pun tidak akan menghasilkan orang macam Cord. Mereka perlu campuran Wolverine[1. Spesies cerpelai darat yang terbesar, menyerupai beruang kecil, kekar, berotot, karnivora yang suka hidup menyendiri, terkenal ganas dan kuat, kekuatannya melebihi proporsi tubuhnya, dengan kemampuan yang mampu membunuh mangsa yang berkali-kali lipat lebih besar darinya."]

Meskipun keluarga Cord sendiri setuju dengan seluruh kota tentang hal-hal yang penting tentang Cord, Anne terkadang bertanya-tanya apakah rasa iri pada Peternakan Bennett yang luasnya berhektar-hektar juga memicu penceritaan dan penceritaan ulang kisah-kisah tentang Cord.

Sendirian dengan lelaki mana pun dalam keadaan seperti ini pasti sangat tidak pantas. Sendirian dengan Cord Bennett kapan saja, di mana saja, seharusnya tidak mungkin. Terbangun dari renungannya, Anne menuang secangkir kopi lagi untuk dirinya sendiri. Perutnya yang kosong dari tadi sudah tidak bisa menggeram lagi saking laparnya; rasa sakit itu terus-terusan muncul. Persetan soal kesopansantunan. Tidak akan pernah ada yang tahu ia ada di sini, dan mungkin ia bisa membujuk Cord untuk menolongnya. Yang pasti ia akan mencoba.