webnovel

MASJID YANG DIRINDUKAN

Urban
Ongoing · 11.7K Views
  • 2 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Bagaimana rasanya menikah dengan seorang tuan muda tampan? Memiliki orang yang kita cintai cukup menyakitkan jika cinta bertepuk sebelah tangan. Itulah yang dirasakan Rindu Afiffah Khairunnisa (20), seorang gadis muslimah yang berparas cantik nan menawan. Dia seorang gadis sholeha, anak satu-satunya ustadz Zakariya yang dilamar seorang pengusaha kaya raya Muhammad Habibie Albiansyah (27). Keduanya menikah tetapi, sayang tidak semua cinta semanis madu. Cinta Habibie dipenuhi racun kebencian. Ia berpura-pura mencintai Rindu hanya untuk memenuhi semua ambisinya. Meski keduanya sudah menikah. Namun, cinta tak kunjung menghampiri Habibie. Akankah Rindu bisa menaklukan hati Habibie dan membuat pria itu jatuh cinta kepadanya? Apakah alasan Habibie tidak bisa mencintai Rindu dan akankah cinta Rindu terbalas? Cintak tak selalu membawa kebahagiaan. Ternyata, mencintai Habibie begitu sulit. Baca kisahnya di Masjid yang diRindukan. Kisah ini mengajarkan kita untuk menghormati cinta dan segala kekurangannya, meski sakit yang dirasa sangat pedih. Percaya bahwa semua akan indah pada waktunya. Selamat membaca, semoga kalian suka.

Tags
2 tags
Chapter 1Chapter awal

Sang raja hari telah menampakkan kegagahannya, menggeser dewi malam menghapus warna hitam di langit suram. Anurika dengan cahaya kuning keemasannya mulai merangkak naik, menyinari bumi, menghangatkan kehidupan. Kubuka jendela kamar lebih lebar membiarkan udara bersih masuk. Sepoi angin membelai mesra memberikan rasa nyaman.

Menghela napas dalam lalu kuhembuskan. Ahh sungguh, segar dan cerah pagi ini telah berhasil membangkitkan semangat.

Kemudian terdengar pintu kamar diketuk lalu daun pintu itu pun terbuka. Aku berbalik melihat ke arah pintu dan ternyata itu abah. "Rindu, kamu udah siap? Kamu jadi kan, bantuin Abah bersih-bersih mushola?" tanyanya padaku.

Kuanggukan kepala seraya tersenyum ke arahnya. "Jadi atuh, Bah," jawabku.

Abah kembali tersenyum ke arahku. "Baiklah, Abah tunggu di luar yah?"

"Iya, Abah," patuhku.

Lalu abah keluar dan tak lupa ia kembali menutup pintu. Tak mau tinggal diam, kuraih ponsel dan dompet di atas nakas lalu memasukannya ke dalam tas selempang kemudian kukaitkan ke bahu. Kini, akupun sudah siap untuk pergi.

Aku keluar dari kamar lalu menghampiri abah yang tengah menunggu di ruang tamu. "Aku sudah siap, Bah," ucapku.

"Ayo kita berangkat," ajak abah yang hanya kubalas dengan anggukan.

Kami pun beranjak keluar dari rumah dan pergi setelah abah mengunci pintu.

Namaku adalah Rindu Afiffah Khairunnisa dua puluh tahun, anak satu-satunya abah Zakariya yang merupakan seorang ustadz di perkampungan kecil di pinggiran kota Sumedang tepatnya di kampung Betok, desa Sukamenak. Desa Sukamenak ditinggali lima ratus kepala keluarga. Desa kecil tetapi, makmur dan subur.

Warga kampungnya terbilang produktif, hal itu dapat dilihat dari setiap rumah yang selalu kosong saat pagi menjelang dzuhur. Jarang ada yang berdiam diri di rumah, bahkan isteri-isteri pun ikut sibuk bekerja bersama para suami mereka di sawah dan ladang. Namun, dicukupkan ekonomi oleh Allah telah membuat para warga kampung lupa diri dan akhirnya meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Mereka semua terlalu sibuk mengurusi dunia tanpa memikirkan akhirat sehingga membuat sebuah mushola kecil yang hampir rubuh di kampung ini pun selalu kosong, hanya aku, abah, dan seorang ustadz muda yang selalu sholat berjamaah di sana. Naudzubillah min dzalik, bahkan sebuah mushola pun belum pernah terisi penuh.

Setelah berjalan kaki kurang lebih dua puluh menit, kami pun tiba di tempat tujuan, sebuah mushola kecil di pinggiran kampung Betok. Luas mushola ini hanya berukuran sepuluh kali sepuluh meter persegi dengan warna dinding putih dan kusen bercat hijau muda. Di dalamnya hanya ada karpet sejadah berukuran tiga meter kali sepuluh meter dan sebuah rak kecil dengan beberapa pasang mukena di dalamnya. Untuk pemandangan di luar, tak ada yang istimewa, hanya beberapa kumpulan pohon bambu menghiasi pelataran dan sawah di belakang. Cukup merepotkan bila datang kemarau karena akan ada banyak daun kering berserakan di halaman dan teras mushola. "Assalamu'alaikum," ucapku dan abah bersamaan kala memasuki mushola. Kemudian kuletakan tas selempang ini di atas rak mukena.

"Abah mau jemur karpet, kamu sapu-sapu dan ngepel yah," titah abah yang kubalas dengan anggukan patuh. "Baik, Abah," jawabku.

Abah mulai menggulung karpet dan aku membantunya. Setelah urusan karpet selesai, aku pun mulai menyapu. Kini kami sibuk dengan tugas kami masing-masing. Abah mengurusi karpet di belakang mushola dan aku sibuk dengan kegiatan menyapu.

Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang mengucap salam. "Assalamu'alaikum."

"Wa'allaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawabku seraya melihat ke arah suara. "Kang Afnan," sapaku sambil menganggukan kepala sembari tersenyum ke arahnya.

"Rindu," sapanya kepadaku seraya menebar senyuman yang tampak terlihat manis. "Abah mana?" tanyanya.

"Abah di belakang lagi jemur karpet, Kang," jawabku.

"Oh... Kalo gitu saya ke belakang mau bantuin Abah," ucapnya yang kubalas dengan anggukan. "Silakan, Kang," sahutku. Dia pun keluar dari mushola.

Alif Afnan Prawiro, beliau adalah seorang pria yang baik dan juga sholeh. Dia seorang mahasiswa tingkat akhir di UGM yang tengah melakukan penelitian di desa Sukamenak. Afnan telah berhasil mencuri perhatianku di pertemuan pertama kami. Dia laki-laki yang sempurna, yang diam-diam aku kagumi. Selain baik dan sholeh, dia juga tampan, pandai, dan seorang hafiz. Wanita manapun takkan mampu menolak pesonanya. Mulut ini tak bisa berhenti mengulum senyum saat terpikirkan lelaki itu. Aku sungguh telah jatuh cinta kepadanya.

"Rindu," panggil abah yang menyadarkanku dari lamunan. "Iya Abah," jawabku. Lalu berlari kecil menghampiri abah. "Ada apa, Bah?" tanyaku.

"Udah nyapunya?" tanya abah.

Aku pun menjawab, "Belum, Bah, sedikit lagi."

"Apa perlu Abah bantuin?" tanyanya.

"Enggak usah, Bah. Biar aku sendiri aja," jawabku.

"Yaudah, Abah dan Afnan akan menyapu halaman kalo gitu," ucapnya seraya berbalik meninggakanku.

Aku kembali melanjutkan kegiatan menyapu. Selesai menyapu, akupun ke wc mushola untuk mengambil kain pel dan air.

Tiga puluh menit kemudian semuanya sudah beres. Aku selesai mengepel dan abah dengan kang Afnan juga sudah selesai menyapu halaman mushola.

Jam di pergelangan tangan baru menunjukan pukul sepuluh siang. Masih sekitar dua jam lagi menunggu waktu dzuhur tiba. Aku dan abah memutuskan untuk membaca Al-Qur'an sembari menunggu waktu sholat datang.

You May Also Like

Lolos dari Mantan, Diculik oleh Saingannya

Selama tiga tahun terakhir, Ariana Ari Harlow telah memberikan segalanya untuk suaminya. Mereka menikah karena saudara perempuannya memilih untuk lari pada malam pernikahan, karena ia percaya rumor bahwa Nelson Corporation bangkrut. Ari mencintai Noah sejak usia 16 tahun, ia pikir ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Namun, dia tidak tahu bahwa saudara perempuannya telah menggali perangkap untuknya, dan ini bukan awal kehidupan baru, melainkan neraka baru baginya. Ia terpaksa menghentikan pendidikannya sebagai dokter karena Nyonya Nelson yang terhormat tidak bisa memiliki tangannya tertutupi darah. Ari menyetujuinya. Untuk Noah, ia menjadi istri yang sempurna yang merawat mertua dan suaminya. Namun, yang menanti dia tidak lain hanyalah penghinaan, suaminya malu padanya dan ibu mertuanya berpikir bahwa saudara perempuannya, Ariel, lebih cocok untuk anaknya. Namun, Ari bertahan. Dia berpikir suatu hari dia akan dapat menghangatkan hati suaminya. Namun dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya! Patah hati, Ariana memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, tapi entah bagaimana dia malah terlibat dengan Nicolai. Musuh dan saingan suaminya. Mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun Nicolai tampaknya tidak peduli dengan rintangan yang menumpuk di hadapan mereka. Bahkan, dia bertekad untuk masuk ke dalam kehidupan Ari dan membakarnya. Dalam keadaan mabuk, suatu kali dia memegang lehernya mendekat ke dinding pub kumuh, “Kau boleh menyangkal sebanyak yang kau mau, putri, tapi kau menginginkanku.” Matanya melirik dada Ari yang naik turun dan matanya semakin gelap, merahnya tampak tak terkendali, posesif seolah dia ingin mencabik jiwa dari tubuhnya dan menyematkannya ke dalamnya sendiri. “Taruhan jika kupandang, kamu akan basah untukku.” Panas membara di pipi Ariana saat dia mendengus, “Diam.” “Buat aku,” kata Nicolai saat dia menumbukkan bibirnya di bibirnya. Ciumannya membakar jiwa Ariana, dan kehangatannya menyengat kulitnya setiap kali mereka bersentuhan. Ia berpikir bahwa kesalahan terbesarnya adalah terlibat dengan Nicolai. Namun, Ari segera menyadari dengan cara yang sulit, Secara harfiah, diinginkan oleh mimpi buruk seindah itu jauh lebih buruk daripada sebuah kesalahan. Dan situasi menjadi rumit ketika suaminya menemukan kebenaran tentang segalanya. “Temak hatiku, Ari,” kata Noah saat dia menempatkan moncong pistol di mana hatinya berada. “Karena hidup tanpa kamu adalah hidup yang tidak kuinginkan, jadi tembaklah aku atau kembalilah. Aku memohon padamu.” Sekarang Nicolai telah memberinya pilihan, akankah Ari jatuh cinta dengan dia dan melompat ke dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya? Atau akankah dia kembali ke suaminya, Noah, yang telah ia cintai sejak ia berumur 16 tahun? Dan akankah Ariana menghindari bahaya yang mengintai dalam kegelapan, menunggu dia untuk melakukan kesalahan dan kehilangan segala sesuatu yang berharga baginya? Akankah dia menemukan kunci dari semua rahasia yang mengikat dirinya dengan Noah dan Nicolai serta takdirnya yang rumit? ******* Potongan: “Ini semua tentang uang, bukan? Ambil itu dan hilang,” Dia berteriak sambil melemparkan kartu hitam ke wajah Ariana. Ariana tidak percaya dengan telinganya ketika dia mendengar suaminya atau calon mantan suaminya menghina dia seperti ini. Tiga tahun. Ariana Harlow memberikan Noah Nelson, tiga tahun dan namun ketika dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya yang lebih tua, Ariel—— ini yang dia katakan kepadanya. “Saya akan menceraikanmu,” Ari menyatakan dan pergi. Dia pergi tanpa sepeser pun tetapi Ari tersandung ke Nicolai. Musuh dan saingan suaminya, pangeran Mafia kota Lonest, bajingan terkenal karena kecenderungan kekerasannya. Pertemuan malang itu meletakkan dia di jalur Nicolai, dan begitu saja dia menatapnya. Pertama kali mereka bertemu, Nicolai memintanya untuk mengundangnya makan malam. Kedua kali mereka bertemu, dia memberinya sejuta dolar. Ketiga kali mereka bertemu, dia menyatakan, “Kamu akan terlihat bagus di pelukanku, bagaimana menurutmu putri?” ********

fairytail72 · Urban
Not enough ratings
594 Chs

SUPPORT