webnovel

Berdamai

Malam semakin larut, adam telah tiba di rumah orang tuanya, namun disana tidak terdapat siapapun kecuali orang-orang yang bekerja di rumah itu.

"Nyonya di rawat di rumah sakit sejak satu minggu kemarin, dan tuan besar terus menemaninya disana, beliau tidak mau di rawat di rumah karena terus teringat Tuan Muda jika terus berada di rumah ini, itu katanya tuan" Seorang pelayan di rumah itu menjelaskan situasi ayah dan ibunya pada adam.

Adam segera beranjak dan menyalakan mesin mobilnya ,tanpa rem dia terus melaju menuju rumah sakit tempat ibunya di rawat.

Tiba di sana adam langsung menemukan kamar ibunya setelah bertanya dan di antar oleh perawat di rumah sakit itu.

"Ibu??????" adam terkejut saat melihat ibunya yang begitu sering terlihat sangat segar dengan dandanannya yang selalu glamor dan perhiasan yang ia pakai dari ujung rambut sampai ujung kaki selama ini, malam itu sungguh terlihat berbeda, dia sangat nampak kurus dan lemas, tanpa make up dan tanpa perhiasan.

"Kenapa kamu sakit dengan penampilanmu yang seperti ini, ayah bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik dari ibu jika ibu terus berpenampilan seperti ini di depannya, cepat panggil perias dan penata rambut kemari, ibu harus terlihat sangat segar meskipun sedang sakit" karena tidak ingin canggung di hadapan ayahnya, juga karena gengsi, adam langsung fokus dan menyapa ibunya saja.

Kemudian adam mendekat dan mereka langsung berpelukan.

"Kamu juga terlihat kurus nak, apa yang kamu sudah lakukan selama ini?? apa kamu bahkan tidak makan dalam pelarianmu?????" Ibu menatap wajah adam dan mengusap-usap pipi sang anak yang terlihat kurus saat itu.

Adam, ayahnya dan ibunya akhirnya saling berpelukan dan tangisan yang juga memenuhi kamar tempat ibunya di rawat itu.

"Bawalah menantu ayah kemari!!!!" Setelah berpelukan dalam waktu yang cukup lama, akhirnya ayah adam memintanya membawa klarisa ke bandung.

"Ayah ingin meminta maaf padanya dan juga padamu, ayah akan berusaha menerimamu apa adanya, ayah tidak ingin kamu pergi seperti kemarin, karena hal itu juga akan menyebabkan ibumu pergi mengikutimu dan menjadi sakit seperti sekarang, ayah hanya memiliki kalian berdua di dunia ini, ayah tidak ingin kalian pergi meninggalkan ayah"

Pak Gunawan akhirnya menurunkan egonya, telah banyak hal yang akhirnya membuat dia menyadari bahwa dia hanya memiliki adam dan istrinya sebagai bagian dari dirinya, keegoisannya selama ini hanya berdampak pada kerusakan rumah tangganya.

"Dia tidak berani menemui kalian karena kejadian terakhir kali di rumah kita, aku pikir ibu tidak sakit seperti ini, aku ingin kita pergi ke pernikahan bayu dan kinan di singapur bersama dan sebelum itu ayah dan ibu temui klarisa di apartemenku agar dia merasa semua sudah baik-baik saja". Adam menjelaskan situasi klarisa saat itu dengan jelas kepada ayah dan ibunya, bahkan adam berkata ingin pergi ke pernikahan bayu dan kinan bersama-sama.

"Apa kamu baik-baik saja dengan semua itu???? apa klarisa sudah tahu tentang masa lalumu dengan Kinan???". Ibu mencemaskan perasaan adam dan klarisa.

"Klarisa sudah tahu soal aku dan masa laluku, kita berdua sepakat untuk saling menerima dan memahami semua masa lalu yang kita miliki, Kinan telah menjadi masa laluku, aku dan dia telah saling menerima takdir kita karena tidak berjodoh, mungkin ini memang sudah jalan yang Tuhan berikan untuk aku dan Kinan.

"Dan sekarang, aku minta dari ayah dan ibu untuk tidak terlalu masuk ke dalam urusan pribadiku dengan istriku, biarkan aku dan klarisa membangun rumah tangga kami dengan apa yang kami inginkan, aku hanya butuh kepercayaan ayah dan ibu padaku, bahwa aku telah menjadi pria dewasa yang bisa membangun rumah tangga sendiri dan mengurus perusahaan sesuai dengan kemampuanku, ayah tidak perlu khawatir, aku akan bertanggung jawab terhadap keluarga dan pekerjaanku, aku tidak akan pernah lari lagi".

Adam menatap mata ayahnya dengan penuh keyakinan, pak gunawan melihat dengan jelas saat itu, bahwa adam memang telah tumbuh menjadi pria dewasa yang tidak ia sadari selama ini.

"Ibu benar, putra kita memang telah tumbuh menjadi pria dewasa, aku menyesal tidak pernah menyadari itu dari kemarin, kemarilah Nak!!!! ayah ingin memelukmu dan meminta maafmu untuk ayah, ayah telah banyak memberikan air mata disaat kamu sedang dalam masa peralihan dari anak remaja menuju pria dewasa, maafkan ayah tidak berada di sampingmu dengan memberikan

yabg terbaik untukmu". Pak Gunawan meneteskan air matanya saat akhirnya dia tahu bahwa adam putranya sudah bisa ia beri kepercayaan penuh untuk hidup dengan kepribadian yang tumbuh dalam dirinya.

Ibu Adam ikut menangis ketika melihat bagaimana suaminya yang sangat angkuh, sombong, dan pemarah begitu luluh ketika menyadari betapa pentingnya keluarga untuknya.