webnovel

1 Tahun Kemudian

Pak Setya dan Ny andara telah berada di Rumah Sakit, terlihat sangat panik dan mereka terus saja mondar mandir mengintip ke kaca yang berada di pintu ruang operasi.

Tidak lama datang Keysa dan Tio juga Ibu Ranti "Bagaimana keadaannya??? apa semuanya baik-baik saja??? maaf kami terlambat ayah, kami tidak ada persiapan untuk ini semua sehingga semuanya terjadi begitu tiba-tiba, dimana bayu????" Keysa ikut panik saat tiba di Rumah Sakit dan langsung bertanya pada sang ayah yaitu pak setya alias Pak Prabu.

"Tenanglah, kalian tidak perlu panik, Kinan telah di tangani oleh dokter ahli, dan bayu sedang berada di luar menerima panggilan Mr Henry".

Hari itu pukul 15.30, Kinan mengalami kontraksi mendadak saat kandungannya baru menginjak 7 Bulan, Kinan terjatuh saat berada di kamar mandi, dan hari itu tidak ada siapapun di rumahnya kecuali para asisten rumah tangga karena tidak ada yang bersiaga menemaninya mengingat usia kandungannya baru menginjak bulan ke 7.

Bayu sedang bekerja seperti biasa, dan yang bisa di hubungi pertama kali oleh asisten rumah tangganya adalah bayu, saat bayu menerima panggilan dari rumahnya dia sedang berada bersama Ny andara membicarakan tentang bisnis mereka, juga bersama Pak Gunawan ayah Adam terlibat dalam perbincangan itu.

Ny andara dan bayu langsung pergi ke Rumah Sakit saat Kinan telah di larikan terlebih dahulu menggunakan ambulance.

Kemudian menyusul Pak setya yang langsung di hubungi oleh Ny andara yang kebetulan mereka semua sedang berada di Jakarta.

Bayu langsung menelpon semua keluarga yang ada di Bandung, dan walaupun terlambat Ibu dan keysa juga tio akhirnya tiba pada malam hari. Genta sedang tidak berada di Indonesia, dia sedang berada di Malaysia untuk pekerjaannya.

Mr Henry dan Ny Anggara yang berada di Singapura tidak bisa tiba saat itu juga, mereka terus menelpon menanyakan kabar setiap menitnya.

Bayu terlihat cukup kuat dengan kejadian yang menimpa istrinya.

Saat semua orang tengah cemas, bayu muncul setelah selesai menerima telpon dari ayahnya di luar.

"Bu, maafkan aku karena tidak menjaga kinan, aku mohon bantu kinan untuk tetap kuat, doakan kinan bu!!!! aku tidak bisa mamaafkan diriku sendiri karena kejadian ini" Bayu yang awalnya sangat terlihat kuat, bahkan ayah mertuanya salut dengan sikap bayu yang tegar menghadapi situasinya saat itu, tapi ternyata ketika dia melihat ibu ranti telah tiba disana, bayu langsung merangkul ibu mertua yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri dan menangis sejadinya.

"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, ini semua telah menjadi suratan takdir, Kinan wanita kuat, kamu tahu itu, kita hanya perlu mendorongnya dengan doa dan dia akan baik-baik saja, semoga anak kalian juga bisa lahir dengan selamat, kita doakan kinan dan cucu ibu yang sedang berjuang sekarang, jangan menangis!!!!! kamu terlihat seperti bayu culun jika seperti itu". Ibu ranti memeluk bayu dan mengusap air matanya.

Tak lama terdengar langkah beberapa orang yang mulai mendekat ke ruangan operasi kinan.

Adam dan Klarisa juga pak gunawan datang untuk ikut melihat kondisi Kinan.

Ny Andara langsung menyambut mereka dan menjelaskan apa yang ia ketahui tentang kondisi kinan saat itu.

Klarisa belum juga mengandung karena memang adam dan klarisa memutuskan untuk menunda kehamilannya karena kesibukan keduanya dalam dunia bisnis.

Adam tidak keberatan soal itu, mereka masih menikmati hubungan seperti pasangan yang baru menikah, kesibukan keduanya membuat persoalan tentang keturunan tidak dipermasalahkan, meskipun baik pak Gunawan ataupun orang tua klarisa sudah sangat menginginkannya.

Tak berselang lama terdengar suara tangisan bayi dari ruang operasi.

Dan seorang perawat keluar dari dalam ruangan "Sus, bagaimana keadaan pasien????" Keysa langsung bertanya pada suster itu. Namun suster itu tidak menjawab dan hanya berlalu begitu saja karena sangat terlihat buru-buru .

Sedikit harapan terlihat di wajah bayu, anak mereka telah lahir dan terdengar tangisannya di dalam sana.

Bayu dan semua orang terus menunggu dan akhirnya seorang perawat keluar lagi dengan membawa bayi mungil dan berjenis kelamin perempuan.

"Ini pak Putrinya, sangat cantik dan lengkap, maaf tapi tidak bisa lama-lama karena dia harus segera di bawa ke ruang inkubator" Karena anak bayu masuk dalam kategori prematur maka tidak bisa berlama-lama menghirup udara bebas terlebih dahulu, dia memerlukan penghangat untuk tubuhnya agar tetap stabil.

"Lalu bagaimana keadaan istri saya????" setelah bayu dan semua orang melihat bayinya mereka semua kembali fokus pada kondisi kinan yang belum juga ada kabarnya.

"Nanti dokter yang akan menjelaskannya, sejauh ini baik-baik saja, hanya pendarahannya belum berhenti".

Kemudian suster itu masuk dan membawa bayinya.

Senyum bu ranti mulai sedikit terlihat "Kinan akan baik-baik saja, dia pasti ingin segera melihat putrinya, apa kamu lihat tadi key, dia sangat cantik seperti kinan kita" Ibu ranti terharu setelah melihat wajah cucunya.

Bayu terus diam dan menundukkan kepala sambil terus berdoa, dan setelah 20 menit akhirnya dokter keluar dan membawa kabar bahwa kinan membutuhkan donor darah.

Saat itu juga ibu ranti dan pak setya mengajukan diri untuk mendonorkan darahnya.

Keysa tidak bisa ikut mendonorkan darahnya karena tengah mengandung anak keduanya saat itu yang sudah berusia 5 bulan.

Ibu ranti dan pak setya berjalan mengikuti suster yang membawa mereka ke ruang pengambilan darah.

Ny andara dan pak setya telah berdamai dengan keluarga kinan, baik dengan ibu ranti ataupun semua anak-anaknya termasuk kinan.

4 bulan setelah pernikahan bayu dan kinan, saat kinan pertama kali di ketahui hamil, Pak setya menghubungi kinan dan mengucapkan selamat pada putrinya itu.

Kinan yang mulai membuka dirinya setelah menjadi lebih bersikap dewasa dan tenang menghadapi ayahnya, meminta dia untuk datang ke acara makan malam sebagai penyambutan kehamilannya, dimana semua yang hadir hanya keluarga inti saja.

Dan di malam itu kinan berencana membuat semua keluarganya kembali berdamai dan hidup dengan jalan masing-masing namun saling menghargai keberadaan satu sama lain.

Kehamilan kinan menjadi awal pemersatu antara ibu dan ayahnya, meskipun tidak kembali dalam ikatan pernikahan, ibunya menyetujui untuk berdamai demi kebaikan anak-anaknya dan juga demi kebahagiaan kinan yang tengah mengandung saat itu.

Sempat terjadi perdebatan namun akhirnya kinan mampu membuat ibu dan kakaknya yakin bahwa yang kinan inginkan adalah demi kebaikan mereka semua di masa depan.

"Aku ingin, di saat aku melahirkan nanti, baik ayah ataupun ibu telah betul-betul saling memaafkan dan tidak terjadi pertikaian lagi, aku ingin anakku memiliki kakek dan nenek yang lengkap, baik dari ibu dan ayahku, ataupun dari ibu dan ayah Bayu" Kata-kata kinan itu mampu menyentuh hati ibu ranti dan kemudian mau membuka pintu maaf untuk mantan suaminya dan istrinya saat ini.

Tiba di ruang pengambilan darah "Mungkin ini pertanda kenapa kinan ingin kita berdamai dulu, kita berdua adalah ayah dan ibunya, kita memang harus bersama untuk memberikan dukungan padanya, terimakasih karena membiarkanku berada disini saat putriku berjuang demi kehidupannya dan keturunannya dan membantunya untuk tetap hidup, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika saat ini aku tidak ada disini dan memberikan darahku untuknya" pak setya berbicara dengan tirai memisahkan mereka berdua di ruangan itu.

Ibu ranti mendengarkan dan tak terasa air mata menetes di ujung matanya.

Dia hanya diam mendengar mantan suaminya begitu terdengar menyesali semua perbuatannya dan mengucapkan betapa ia berterimakasih karena dirinya di ijinkan untuk berada disana menemani putrinya.

Ibu ranti telah memaafkan pak setya, namun sakit itu tidak mudah untuk hilang, secara manusiawi memang wajar perasaan di khianati itu memang tidak akan mudah hilang atau bahkan sedikit memudar, perasaan seperti itu butuh waktu yang tak terhingga untuk benar-benar bisa hilang.

Dia belum bisa berkomunikasi layaknya orang yang saling mengenal dengan pak setya, namun dia telah bisa menahan dirinya untuk tidak marah pada pak setya, perasaan marah itu telah lama tenggelam begitu dia bisa melihat kehidupan putra putrinya kini telah jauh lebih baik.

Komunikasi antara keduanya terjadi hanya dengan diam, namun semuanya terbaca dengan jelas, bahwa ibu ranti dan pak setya telah berdamai. Kinan dan kakak-kakaknya mengerti tentang arti semua itu dan tidak memaksakan ibunya untuk bersikap ramah pada sang ayah.

"Pengambilan darahnya telah selesai, silahkan beristirahat sejenak disini, jangan langsung bangun, kalian akan sedikit pusing jika langsung beraktifitas". Suster mengambil kantung darah dan keluar meninggalkan ibu ranti dan pak setya di ruangan itu.

Ibu ranti segera menghapus air matanya dan terus diam seribu bahasa.

Pak setya yang menyadari sikap mantan istrinya juga ikut diam, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya saat itu.