"Baiklah jika itu yang kamu mau, Aku janji untuk tidak membahas masalah itu lagi"
"Terima kasih Ferry. Kamu memang teman yang sangat baik"
"Tapi sekarang kita mau kemana? Apakah kamu mau kita pergi ke tempat biasa kita berkumpul dulu?" Tanya Ferry.
"Terserah kamu saja. Tapi aku tidak mau mendatangi tempat yang akan mengingatkan diriku tentang masa lalu"
"Baiklah aku mengerti" Ferry kemudian memutar kembali mobilnya. Ferry akan mencari tempat yang lain.
Pusat kota F.
Axton sekarang hidup bahagia di pusat kota F. Axton semakin terlihat sombong karena ia memiliki segalanya. Axton selalu memamerkan kekayaannya yang sekarang. Satu Minggu sekali ia mengeluarkan mobil baru.
Setelah pernikahannya bersama Stella hidup Axton berubah drastis. Karena Stella merupakan anak tunggal dari salah satu pengusaha terkenal di pusat Kota F. Stella merupakan putri satu-satunya yang akan menjadi hak waris kekayaan orang tuanya.
Ruang kerja.
Axton yang super sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya, sehingga dia lupa meluangkan waktu untuk istrinya Stella. Hidupnya ia habiskan untuk bekerja dan terus bekerja. Karena yang ada di kepala Axton adalah uang dan uang. Bagi Axton uang adalah segala-galanya. Dengan uang dia bisa membeli apa saja yang dia mau. Bahkan Axton berpikir dengan memiliki banyak uang, dia bisa membeli kebahagiaan.
Hingga saat ini Axton jarang sekali pulang ke rumah. Stella sebagai istrinya merasa bosan dengan sikap Axton yang tidak pernah memberikan perhatian untuk dirinya. Apalagi sekarang Stella full time di rumah, dia tidak diizinkan bekerja. Stella sudah mempercayakan Axton untuk menjadi pemimpin perusahaan di Zhi_Group.
Setiap hari Stella hanya bisa duduk diam di rumah. Percuma dirinya berdandan cantik, tapi tidak pernah dilihat oleh suaminya. Stella memegang handphone kesayangannya, ia kemudian duduk dengan wajah cemberut "Arghhh ... Mau sampai kapan aku menjadi istri kesepian seperti ini? Aku itu sangat bosan terus-terusan di rumah. Aku ingin pergi jalan-jalan, belanja bareng, makan bareng dan liburan bareng" Stella mengoceh sendiri.
Melihat putri kesayangannya terlihat sedih membuat Tuan Dalton mendekati Stella. Bapak Stella yang sudah tua, rambutnya sudah memulai memutih semuanya. Jalannya sudah tidak tegap sewaktu dia masih muda.
"Ada apa Stella? Dari tadi Bapak perhatikan kamu seperti sedang ada masalah?" Tanya Tuan Dalton.
Stella menoleh ke arah Bapaknya yang sedang duduk disampingnya. Stella memeluk Bapaknya, karena dia sangat sayang sama Tuan Dalton. Stella selalu bersikap manja "Bapak! Aku lagi kesal sama Axton, dia tidak pernah punya waktu untuk Aku. Dia selalu sibuk mengurus pekerjannya" Jawab Stella dengan manja.
Tuan Dalton tersenyum tipis, ia mengelus rambut putrinya yang panjangnya sampai pinggang "Sayang bukankah kamu tahu sendiri bagaimana suami kamu itu. Dia melakukan semua ini demi keluarga kamu. Jadi Jangan salahkan Axton"
Stella melepaskan pelukannya, ia menatap wajah Tuan Dalton dengan ekspresi menyebalkan "Jadi Bapak lebih membela dia daripada saya putri Bapak sendiri. Hemmm,,, Stella kesal sama Bapak"
Stella ngambek, dia melipat tangannya dan membuang acuh wajahnya. Tuan Dalton kembali mendekati putrinya "Sayang! Bapak bukannya membela Axton. Coba kamu pikir Axton tidak pernah bermain wanita, selama ini dia itu sangat setia sama kamu" Tuan Dalton memberikan pandangan sama putrinya Stella.
Tuan Dalton mendongak ke atas sambil menghela nafas panjang "Sekarang bapak mau bertanya sama kamu. Mana lebih baik kamu memilih laki-laki yang super sibuk tapi saingan kamu adalah pekerjaannya atau laki-laki yang selalu ada waktu buat kamu, tapi di belakang kamu dia selalu disibukkan oleh wanita lain?"
Pertanyaan Tuan Dalton membuat Stella kembali berpikir. Ia baru menyadari kalau Axton selalu disibukkan oleh pekerjaannya bukan karena wanita lain. Stella tersenyum melihat wajah Bapaknya yang selalu ada untuk dirinya. Stella juga bersyukur memiliki bapak sebaik Tuan Dalton yang selalu memberikan solusi dari setiap masalah yang ia hadapi.
"Terima kasih Bapak. Saya baru menyadari semuanya"
"Sama-sama sayang. Bagaimana kalau hari ini kita bermain golf?"
"Wah ini ide yang sangat bagus. Kebetulan juga Aku sudah lama tidak berolahraga"
"Kalau begitu kita siap-siap bertemu di lapangan golf"
"Siap!" Ucap stella, ia melingkarkan jari telunjuknya dan ibu jarinya.
Ternyata Tuan Dalton mempunyai lapangan golf. Rumahnya saja sangat luas dan indah. Di samping halaman rumahnya, Tuan Dalton mempunyai kolam renang yang sangat luas juga. Kolam renangnya sangat bersih dan jernih.
Tuan Dalton memiliki beberapa pegawai yang ia pekerjakan. Tapi semenjak istrinya meninggal Tuan Dalton hanya hidup berdua bersama Stella. Tuan Dalton memiliki asisten rumah tangga yang sangat ia percaya namanya Bibi Neti.
Bibi Neti sudah lama bekerja di rumah Tuan Dalton, dia yang selalu menyiapkan keperluan Tuan Dalton dan juga Stella. Tuan Dalton sangat mempercayai Bibi Neti, dia tidak mau menggantikan Bibi Neti dengan orang lain.
Zhi_group.
Sedangkan Axton masih di kantor, ia baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Ia duduk dengan santai sambil mengelus dagunya sambil memperhatikan laptop yang ada didepannya.
Tiba-tiba Axton teringat sama istrinya Stella "Ya ampun saya sampai lupa memberi kabar kepada Stella" Ucap Axton sambil mengambil handphonenya yang ada didepannya.
Axton kemudian mencari kontak Stella, ia dengan segera membuat panggilan. Menunggu panggilannya terhubung, tidak ada yang menjawab "Kenapa Stella tidak mau menjawab panggilan saya?" Batin Axton.
Ia mencoba untuk memanggilnya kembali, tapi tetap saja tidak ada jawaban. Axton menutup handphonenya "Apakah Stella ngambek sama saya?" Batin Axton "Tapi tidak biasanya dia mengabaikan panggilan saya" Lanjut Axton.
Axton kemudian Bangun dari tempat duduknya, ia mengambil jaznya lalu memakaikannya. Pengawal Axton yang bernama Neron selalu siap siaga menjaga didepan pintu ruang kerjanya "Kita pulang sekarang" Perintah Axton.
"Baik Tuan!!" Jawab Neron sambil mengikuti langkah Tuannya. Neron memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap, ia juga ahli dalam bela diri. Neron menjadi orang kepercayaan Axton sampai saat ini.
Turun dari lantai atas menggunakan lift pribadi, tidak ada yang boleh menggunakan lift itu selain Axton dan keluarga Dalton. Sesampainya di lantai bawah dengan segera Neron membukakan pintu mobil "Silahkan Tuan"
Setelah Axton masuk, Neron menutup kembali pintu mobilnya. Neron tidak boleh lengah, dia selalu siap siaga dalam menjalankan pekerjaannya "Jalan sekarang juga" Perintah Axton sambil memakai kaca mata Hitam miliknya.
Di lihat dari bentuknya, kacamata itu terlihat limited. Dan juga harganya sudah tidak diragukan lagi. Kalau orang dikelas bawah tidak akan sanggup untuk membeli kacamata yang digunakan oleh Axton.
Neron menganggukkan kepalanya "Baiklah Tuan" Neron kemudian menghidupkan mobilnya, setelah itu ia menjalankannya dengan kecepatan sedang.