webnovel

Maryam

Siti Maryam, nama perempuan itu. Nama yang sederhana. Sama seperti orang nya yang memiliki sifat sederhana, ramah terhadap orang lain. Dengan bibir yang selalu dihiasi dengan senyuman sehingga membuat orang yang kenal dirinya merasa nyaman. Suatu hari Maryam diberi pilihan; Meninggalkan sosok malaikat kecil yang dibesarkan dirinya atau menikahi pria beristri?

ZAHIRA_BANA · Teen
Not enough ratings
11 Chs

Part 08

"Aku gak kuat Maryam, hisk ...." Shila memukul dadanya yang terasa sakit. Bahkan sakitnya melebih luka yang ditaburi dengan air garam.

Maryam tak tau harus menangapi seperti apa. Ia hanya mengusap punggung Shila sambil mengingatkan Shila agar membaca istighfar.

Tadi Maryan disuruh bibi Mus untuk menghantarkan nasi kepada para bapak-bapak kompleks yang mengadakan gotong royong membersihkan jalan.  Ia tak tau apa yang terjadi, tapi kata Alsi ia dicari Ar. Sedangkan Ar berada di kamar non Shila, itu yang diucapkan Alsi kepada dirinya tadi, setibanya dirinya di rumah.

Maryam yang tiba di kamar non Shila terkejut, ketika ia melihat non Shila menangis sesenggukan seorang diri. Entah apa yang terjadi ia tak tahu, non Shila terus merancau tak jelas. Maryam hanya bisa menenangkan non Shila dengan pelukan sambil mengusap punggungnya.

Maryam mengurai pelukannya ketika tak ada lagi suara Shila.

"Makasih," ucap Shila sambil mengusap bekas air matanya.

Kedua nya diam. Shila berpindah posisi, duduk disampingnya Maryam.

Maryam pun tak berniat bertanya sebab ia tau itu bukan urusannya. Apalagi ia bukan orang kepo terhadap masalah orang lain. Kalau ada yang mau curhat kepada nya ia hanya mendengarkan, menangapi seadanya saja.

"Aku tak tau harus bagaimana, aku tersiksa dengan semua ini. Kenapa Dia tak mau melepaskan aku? Kalau Dia tak percaya kepada ku, kenapa Dia mengikat aku dengan hubungan ini?" tanya Shila dengan merana, sesekali ia menghapus air matanya yang jatuh "karena sebuah omongan dari orang terdekatnya Dia percaya begitu saja, tanpa cari tahu kebenaran nya."

Bukan bermaksud Shila membuka aib rumah tangganya pada orang lain. Sebagai manusia biasa, dia mempunyai beban pikiran yang harus dikeluarkan agar tetap waras dalam menjalani hari-harinya. Apalagi dia sudah menahan beban ini selama lima tahun, di abaikan tapi tak mau dilepas.

Maryam diam, mendengarkan dengan baik. Dalam hati Maryam bertanya, jadi hubungan Shila dan suaminya karena salah faham dimasa lalu? Atau gimana?

"Menurut kamu Maryam, aku harus bagaimana?" ujar Shila meminta pendapat ke Maryam.

Maryam pun bingung harus menangapi seperti apa.

"Mbak Shila tolong bersabar dulu ya, Insya Allah tidak ada sia-sia untuk sebuah kesabaran. Pasti Allah sudah menyiapkan sesuatu yang terbaik buat mbak. Qodarullahu wa masya'afala. Segala sesuatu yang terjadi pasti sudah atas kehendak Allah, mbak."

"Tapi aku sudah tak kuat, Maryam. Diabaikan ketika dia datang berkunjung, lima tahun berjalan begitu saja. Rasanya hati aku sudah tak sanggup."

Baru kali ini Shila merasakan sosok sahabat di diri Maryam. Dulu dia mempunyai sahabat tapi sahabatnya hanya manfaatkan nya karena dia menikah dengan Zaidan yang memliki perusahan properti.

"Rasanya aku ingin keluar dari rumah ini."

"Mbak, sabar ya. Jangan sesekali pergi meninggalkan rumah, apalagi tanpa seijinnya."

Meskipun Maryam belum menikah, dia sudah diwanti-wanti oleh ustazah di pesantren hukum-hukum dalam Islam yang dilarang ketika bersuami.

Contohnya; hukum dan konsekuensinya keluar rumah tanpa seizin suami, meskipun hal itu darurat.

Al-bazzar dan At Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata; "aku adalah utusan para wanita kepada engkau untuk menanyakan: ' jihad telah diwajibkan Allah kepada kaum lelaki, jika menang Meraka diberi pahala dan jika terbunuh tetap diberi rezeki oleh Rab mereka, tetapi kaum wanita yang membantu mereka, pahala apa yang kamu dapatkan?' Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab; ' sampaikan kepada wanita yang engkau jumpai bahwa taat kepada suami suami dan mengakui haknya itu adalah sama dengan pahala jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukannya."

Hadist di atas menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali para istri yang taat kepada suaminya. Padahal tentunya bagi mereka yang taat pada suaminya Allah SWT menjanjikan pahala yang senilai dengan jihad di jalan Allah sebagaimana keutamaan menjadi seorang istri. Dalam kehidupan rumah tangga sangat wajar, jika kemudian hari dilanda masalah dengan sang suami. Namun, beberapa wanita terkadang lantas menjadikannya sebuah alasan untuk kemudian kembali ke rumah orang tua mereka atau keluar mencari reflesing keluar rumah tanpa seizin suami. 

Maka Islam memiliki penilaian dan konsekuensinya tersendiri yaitu; Dilaknat Allah dan tidak akan masuk surga. Adapun salah satu hadist juga menjelaskan.

Dari Ibnu Taimiyah beliau bersabda: "Jika istri keluar rumah suami tanpa seijinnya maka tidak ada hak nafkah dan pakaian."

"Aku malah berfikir ingin pisah saja dengan Zaidan." cetus Shila membuat Maryam terkejut.

Meskipun penceraian dihalalkan oleh Allah, tapi penceraian termasuk salah satu yang dibenci oleh Allah.

"Istighfar mbak. Jangan mau tergoda bujuk rayunya syaitan."

Shila sedang bimbang. Diantara bertahan atau menyudahi semua rasa sakit ini. Maryam sebagai teman yang baik berusaha mendinginkan pikiran Shila, agar Shila tak salah mengambil keputusan. Apalagi ditengah rasa kecewa dan sakit hati.

***

"Maryam tolong panggilkan Tuan Zaidan." perintah bibi Mus.

Maryam meletakkan sayur sop di meja makan. "Tuan Zaidan, ada dimana bisa?"

"Sepertinya beliau di taman." jawab bibi Mus sambil menata piring beserta sendok dimeja makan.

Maryam mengangguk kemudian berlalu untuk mencari sang majikan. Benar apa kata bibi Mus yang dibilang. Sang majikan berada di taman, beliau duduk sendiri. Mungkin mencari udara segar.

"Permisi tuan. Makan siang udah siap." tutur Maryam dari belakang Zaidan.

"Hem." jawab Zaidan.

Pikirannya sedang kacau sekarang. Memikirkan permintaan Shila untuk bercerai. Apakah dia menuruti saja permintaan Shila? Tapi dia tak mau kehilangan Shila.

"Bagaimana keadaan Shila?" tanya Zaidan ke Maryam. Meskipun dia mengabaikan Shila tapi didalam hatinya dia merasa khawatir dengan keadaan Shila.

Maryam yang hendak pergi berhenti mendapatkan pertanyaan itu. Dengan membalikkan badannya menghadap Zaidan, Maryam menjawab. "Alhamdulillah udah baikan tuan, sekarang ini lagi tidur bersama Ar."

Zaidan bernapas lega mendengar ke adaan Shila. Zaidan menatap tajam manik mata Maryam.

Maryam yang ditatap begitu oleh sang tuan merasa gugup dan juga  salah tingkah. Dada nya bergemuruh entah karena apa. Apa karena gugup atau karena yang lain?

"Ar itu anak kamu?" tanya Zaidan. Mulai kemaren dia penasaran anak siapa Ar.

"Iya tuan."

"Sepertinya dia tak mirip dengan mu? Atau mirip sama bapak nya?" cetus Zaidan. Zaidan ini orang nya suka ceplas-ceplos tak memikirkan perasaan lawan bicaranya.

Maryam sudah biasa mendapatkan pertanyaan seperti itu. Dulu tentangga sering bertanya, kenapa Ar tak mirip dengan dirinya? Katanya Ar itu seperti orang bule. Semakin beranjak dewasa Ar semakin kelihatan ciri-ciri fisik yang perpaduan bule.

Dengan senyuman Maryam menjawab. "Mungkin."

Maryam tak mau berbohong, kalau dia menjawab Ar mirip seperti bapaknya sama saja dia berbohong. Karena dia tak tau asal usul Ar.

Zaidan mengerut keningnya atas jawab Maryam.

Maryam hanya tersenyum kecil ketika sang tuan bingung atas jawabannya. Maryam pandang wajah sang tuan yang rupawan itu. Ada perasaan aneh yang masuk ke dalam hatinya.