webnovel

Maryam

Siti Maryam, nama perempuan itu. Nama yang sederhana. Sama seperti orang nya yang memiliki sifat sederhana, ramah terhadap orang lain. Dengan bibir yang selalu dihiasi dengan senyuman sehingga membuat orang yang kenal dirinya merasa nyaman. Suatu hari Maryam diberi pilihan; Meninggalkan sosok malaikat kecil yang dibesarkan dirinya atau menikahi pria beristri?

ZAHIRA_BANA · Teen
Not enough ratings
11 Chs

Part 06

"Silahkan dimakan tuan," ucap Maryam dengan sopan.

Sekarang ini Maryam ditugaskan untuk menyiapkan sarapan sang Tuan. Bibi Mus sedang pergi ke pasar bersama Alsi. Sedang Ar bermain dengan non Shila di kamarnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu tuan," Maryam tak enak berduaan bersama dengan tuanya. Apalagi sekarang ini, pelayan yang lain diliburkan oleh sang tuan karena sang tuan tak suka banyak pelayan dirumahnya. Sedangkan satpam ada diluar rumah, tak pernah kedalam rumah kecuali satpam ada tugas dari sang tuan.

"Tunggu." cegah Zaidan ketika Maryam hendak berlalu.

"Iya?" tanya Maryam sambil menundukkan kepalanya. Menghindar dari tatapan sang tuan.

"Apa tidak ada makanan yang lain nya?" Zaidan mengamati makanan yang di sajikan pelayan itu, yang tak salah dengar nama nya Maryam. Makanan yang di sajikan oleh Maryam ikan lele goreng, capcay brokoli, tahu goreng, tempe goreng yang dibuluri dengan tempung krieyuk, dan tak lupa juga sambal terong goreng.

Maryam mengernyitkan dahi nya, bingung. Bibi Mus sebelum berangkat tadi berpesan untuk memasakkan sang tuan. Bibi Mus tak menyuruh dirinya memasak yang lain, cuman bilang ia di suruh memasak bahan makanan yang ada di kulkas.

"Maaf tuan, apa ada yang salah?"

"Ada! Saya tidak bisa memakan berat ketika pagi hari. Apalagi saya tak pernah memakan masakan seperti ini!"

"Maaf tuan saya tidak tahu." Maryam merasa bersalah membuat sang tuan kesel di pagi hari.

"Makannya kalau gak tau itu tanya!" Semprot Zaidan dengan kesal.

Maryam beristighfar dalam hati. Kalau dipikir-pikir mungkin karena sifat sang tuan lah yang membuat non Shila menderita. Maryam beristighfar kembali ketika pikiran bersu'uzdhon kepada sang tuan.

"Udah sana buatin saya makanan ringan!" Usir Zaidan dengan sarkas.

Maryam sekali lagi mengucapkan kata maaf kepada sang tuan, kemudian Maryam berlalu ke dapur untuk membuatkan makanan ringan kepada sang tuan.

Zaidan menghembuskan napas nya, emosi nya tak stabil mulai tadi malam karena kepikiran antara menemui Shila atau tidak. Ada sebongkah rasa kecewa yang tertahan karena masa lalu antara dirinya dengan istrinya.

Masa lalu dimana dirinya merasa berada dititik terendah. Ketika ada seseorang yang memberikan cintanya dengan tulus tapi seseorang itu mengkhianati nya, tentu ada perasaan tak terima dan kecewa atau lebih parahnya seseorang itu merasa takut untuk memulai hubungan di masa yang akan datang. Tapi Zaidan bukan merasakan takut untuk merajut hubungan kembali dengan orang lain, karena dirinya masih mencintai Shila.  Iya, ia kalah dengan cinta. Karena perasaan kecewa di masa lalu Zaidan belum memaafkan Shila, tapi Zaidan tak mau melepaskan Shila karena ia mencintai Shila begitu dalam. Ia memang egois!

***

"Silahkan tuan."

Maryam meletakan sepiring roti bakar yang menggugah selera. Sebenarnya Maryam tak tau cara membuat roti bakar, tadi ia hanya memperaktikan seperti abang-abang tukang roti bakar di jalan dulu.

Dimana roti tawar yang dipoles kan dengan mentega kemudian di panggang. Setelah itu beri selai coklat di tutup dengan roti bakar yang satu nya lagi. Maryam menambahkan toping sedikit madu, karena madu banyak manfaatnya. Maryam tak menambahkan keju sebagai topingnya takut sang tuan kurang suka dengan keju. Semoga sang tuan menyukai roti bakar yang sederhana yang ia buat.

Maryam agak cemas takut sang tuan kurang suka, dalam hati Maryam berdo'a semoga sang menyukainya.

Zaidan mulai memotong sedikit roti bakar yang di sajikan Maryam. Ketika roti bakar menyatu di mulutnya rasanya luar biasa enak. Rasanya sama seperti roti bakar yang di buat Shila dulu. Tapi rasanya lebih enak roti bakar yang di buat Maryam karena topingnya coklat di padu dengan madu. Eh, tunggu kenapa ia membedakan-bedakan roti bakar buat Shila dengan Maryam?

Zaidan melirik Maryam yang masih berdiri di samping kursinya.

"Kenapa masih disini?" tanya Zaidan.

Maryam gelagapan sendiru, tadinya ia hanya mau tau reaksi sang tuan. Apakah rasanya enak atau tidak? Kalau di lihat-lihat raut muka sang tuan, kayanya menikmati roti bakar itu.

Bodoh, gerutu Maryam dalam hati. Kenapa ia ingin melihat reaksi sang tuan. Jelas-jelas ia tau hukumnya dalam Islam kalau wanita dilarang memandang yang bukan mahram.

"Maaf tuan, kalau gitu saya permisi dahulu."

Maryam berjalan dengan cepat, sungguh ia sangat malu.

Zaidan hanya tersenyum kecil, Maryam seperti Shila dulu. Polos tapi pikiran nya dewasa.

Kenapa ia selalu berfikiran Shila. Mungkin karena efek rindu kepada sang pujaan hati? Ada rasa nyeri merasukin jiwa, kenapa ia tak bisa melupakan masa lalu itu ketika hatinya merindukan sang pujaan hati?

***

Zaidan mematung di depan kamar ketika mendengar suara merdu seseorang yang ketawa dengan anak kecil. Dengan langkah pelan Zaidan mendekati pintu itu. Terlihat disana Shila sedang tertawa bersama anak kecil yang kemaren, siapa nama Al apa Ar? Ah Zaidan tak mau memusingkan nama anak kecil itu.

"Emang oleh yang Al anggil mama ke ante Shila?" tanya polos Ar.

Shila meminta Ar untuk memanggil dirinya mamah.

"Boleh dong! Coba Ar ulang kembali bilang mama."

"Mama." Ar menuruti permintaan Shila memanggil mama.

Mata Shila berkaca-kaca ada perasaan membuncah karena bahagian ketika di panggil mama oleh Ar.

Ar memandang polos Shila yang berkaca-kaca. Dengan polosnya Ar bertanya kepada Shila.

"Kenapa Mama angis?"

Shila tersenyum, ini bukan nangis karena sedih atau sakit di kakinya. Ini nangis karena merasa bahagia.

"Mama nangis karena bahagia. Karena Ar memanggil mama." ucap Shila dengan hangat Shila memeluk Ar yang duduk di depannya.

Ar tak mengerti yang di ucapkan Shila. Dengan mata berkedip-kedip polos Ar bertanya peda Shila.

"Ko gitu?"

Dengan tertawa kecil Shila makin erat memeluk Ar.

Ar yang tak mendapatkan jawaban dari Shila, mencoba mencerna ucapan Shila tadi. Shila tadi bilang kalau Shila bahagia karena Ar mengucapkan mama kepada Shila.

"Mama, mama, mama, mama ...." Panggilan Ar berulang kali.

Sehingga menimbulkan senyum lebar dari Shila. Sekian detik Shila bukan tersenyum, digantikan dengan keryitkan dahinya bingung. Ketika Ar belum berhenti memanggil mama.

"Kenapa Ar memanggil mama berulang-ulang?"

Dengan polosnya Ar menjawab "agar mama bahagia. Kata Unda membuat orang bahagia dapat pahala."

"Pinter nya anak mamah." puji Shila dengan bangga.

Ar melipatkan kening sambil berpikir keras dengan jari-jari seperti orang menghitung.

Shila memerhatikan Ar dengan gemas.

"Kenapa sayang?" tanya Shila ketika kerutan kening Ar masih ada. Seperti berpikir keras.

"Jadi Ar punya ibu dua ya ma?" tanya Ar dengan menunjukkan dua jarinya.

Shila tertawa karena Ar. Sungguh lucunya ketika Ar berpikir keras karena itu.

"Iya dong! Mama Shila dan Bunda Maryam."

Ar menggerjap matanya polos. Tapi kemudian berjingkrak-jingkrak dengan girang sambil memeluk agama Shila.

"Yeey Al punya ibu dua. Yeyeye ...."

Shila membalaskan pelukan Ar, meskipun kaki nya tak sengaja di injak oleh Ar tadi ia tak merasakan sakit, karena sakitnya sekarang teralihkan dengan rasa bahagia.

Kebahagian itu tak luput dari pandangan Zaidan yang berada di ambang pintu yang tak tertutup rapat. Sudah lama rasanya Zaidan tak melihat senyum lebar Shila. Zaidan menikmati senyum Shila, ia ingin bergabung di sana. Seperti keluarga yang sangat bahagia tapi sayang ego nya masih tinggi. Seandainya Shila tak melakukan kesalahan mungkin bayi itu masih ada mungkin sudah besar seperti Ar sekarang.