webnovel

Maryam

Siti Maryam, nama perempuan itu. Nama yang sederhana. Sama seperti orang nya yang memiliki sifat sederhana, ramah terhadap orang lain. Dengan bibir yang selalu dihiasi dengan senyuman sehingga membuat orang yang kenal dirinya merasa nyaman. Suatu hari Maryam diberi pilihan; Meninggalkan sosok malaikat kecil yang dibesarkan dirinya atau menikahi pria beristri?

ZAHIRA_BANA · Teen
Not enough ratings
11 Chs

Part 04

"Kita hidup layaknya mengendarai kendaraan, kendaraan itu memiliki spion untuk memudahkan kita melihat ke arah belakang tanpa harus memutar kepala. Tapi, spion hanya digunakan sesekali saja. Tidak sampai terfokus kearah belakang, karena bisa berakibat kita menabrak yang berada di depan kita. Hidup juga tidak selalu berfokus pada masa lalu, masa lalu hanya dipergunakan seperlunya saja. Agar masa depan kita dapat kita tata tanpa kesalahan.

***

"Bi, tolong panggil Maryam ya?" ucapnya, setelah selesai membersihkan dirinya.

"Ngeh non."

Sudah satu minggu sejak kejadian dimana Maryam menghantarkan sarapannya, Shila makin dekat dengan Maryam karena kejadian itu.

Bibi Mus, bersyukur. Karena sang majikan mulai mau beraptasi lagi dengan orang. Meskipun orang nya hanya Maryam, ada kemajuan sedikit demi sedikit dengan sang majikan. Tapi sayang, satu hal yang tak bisa berubah di majikan nya itu tidak mau keluar dari kamarnya.

"Mau saya bantu non?"

"Gak usah Bi, aku bisa sendiri ko,"

tolak Shila dengan halus tawaran bibi Mus, dengan senyum manisnya. Tak lupa tangannya dengan cekatan memesankan baju ke tubuhnya. Yang lumpuh itu kakinya bukan tangannya, kata itu yang sering melekat dalam pikirannya.

"Lebih baik bibi panggilin Maryam aja ya?"

Bibi Mus mengangguk lalu beranjak pergi dari kamar Shila. Kemudian bibi Mus, memanggil Maryam yang menyuapi Ar.

"Maryam, kamu dipanggil nona Shila"

Maryam yang menyuapi Ar berhenti ketika bibi Mus memanggil dirinya. Maryam menoleh kearah bibi Mus yang berada di pintu dapur.

"Bentar ya bi," Maryam segera membersihkan piring kotor, dan membawa nya menuju ke wastafel untuk segera dicuci. Setelah itu ia menuju kearah Ar yang masih anteng duduk diatas tikar sambil meminum susu coklatnya.

"Ar, bunda keatas dulu ya? Ar disini sama bibi Mus atau sama tante Alsi iya?"

Ar bergeming, matanya mengerjap dengan polos. Kemudian kepala Ar mengeleng tak mau ditinggalin oleh sang bunda.

"Al, ikut bunda keatas."

"Sayang, bunda keatas itu untuk membersihkan kamar. Nanti kalau Ar ikut bunda Ar bosan deh. Kalau Ar disini nanti sama bibi Mus sama tante Alsi pasti Ar dibawa lihat mosyi." Maryam mencoba memberi pengertian kepada sang putra. Bukan ia tak mau membawa Ar, tapi ia takut kalau nona Shila terganggu dengan kehadiran anak kecil di kamarnya.

Bicara soal mosyi. Mosyi seorang kucing Persia dengan bulu yang tebal nan lebat.

Ar bergeming. Di otak kecil sedang berpikir, antara mengikuti sang bunda ke atas atau melihat mosyi dengan bibi Mus?

"Ar gimana?"

"Al ikut bunda. Ndak mau lihat mosyi, mosyi jahat sama Al." bibir Ar mengerucut ketika mengingat kejadian itu. Dimana Ar hampir dicakar oleh mosyi karena tak sengaja menginjak kaki mosyi waktu tertidur.

Maryam tertawa kecil dengan kejadian itu. Sebenarnya bukan salah mosyi tapi salah Ar karena tak memperhatikan jalan, hingga Ar menginjak kaki mosyi. Untung waktu itu Ar segera berlari kearah dirinya sambil menangis.

Maryam mengacak rambut Ar dengan gemas. Kemudian Maryam meminta pendapat kepada bibi Mus. "Gimana bi?"

"Nggak papa."

Bibi Mus berpikir, siapa tahu ketika Maryam membawa Ar keatas bisa mengobati hati nona Shila tentang kejadian itu.

***

"Nanti Ar gak boleh nakal didalam ya?"

Ar mengangguk. Dari tadi Maryam mewanti-wanti Ar agar jangan nakal dan banyak tingkah di dalam kamar non Shila. Maryam hanya takut non Shila merasa tak nyaman di kamarnya ada seorang anak kecil.

Maryam mengetuk pintu kamar non Shila, sambil mengucapkan salam.

"Masuk aja Maryam." seru Shila dari dalam.

Mendengar seruan itu Maryam membuka pintu, lalu masuk sambil mengandeng tangan Ar.

Terlihat disana Shila sedang asik menikmati makanan yang tadi dibawa oleh bibi Mus.

"Maaf, ada apa ya non manggil saya?" tanya Maryam, ia merasa segan dan canggung kalau berbicara dengan majikannya itu.

Shila yang tadinya fokus ke makanannya sekarang ia mengarahkan fokusnya kearah Maryam yang ada dipinggir kursi roda yang ia duduki. Mata Shila memicing ketika melihat anak kecil yang ada di samping Maryam. Anak itu menatap kamar Shila dengan pandangan berbinar-binar layaknya melihat film kartun yang dia sukai. Bibirnya terus berkomat-kamit entah apa yang dia ucapin, atau anak kecil itu kagum dengan isi kamarnya. Entahlah Shila juga kurang tahu.

Seketika mata Shila bersetebrok dengan anak kecil itu. Tunggu, mata anak kecil itu mengingatkan dirinya dengan ....

"Maaf, non saya membawa anak saya kesini." ujar Maryam tak enak hati.

Seketika lamunan Shila yang teringat masa lalu itu buyar.

Shila mengubah mimik wajahnya, sambil tersenyum kearah Maryam yang agak canggung kepadanya.

"Gak papa ko."

"Kata bibi Mus non manggil saya ya? Kalau boleh tau ada apa ya non?"

Shila segera menyelesaikan sarapannya.

"Ada sesuatu yang saya mau tanya. Lebih baik kamu sama anak kamu duduk sini, biar enak bicaranya." Shila mempersilahkan Maryam duduk di sofa dihadapannya.

Maryam mengangguk, dengan agak canggung Maryam duduk di sofa berhadapan dengan Shila. Sedangan Arsyad duduk disampingnya.

Dari tadi anak itu masih diam. Sesekali menunduk ketika pandangan nya bersetebrok dengan bola mata Shila.

Shila tersenyum geli ketika melihat anak Maryam yang menunduk. Ketika pandangan ia bersetebrok dengan pandangan anak itu.

"Hei, anak manis siapa nama kamu, sayang?" tanya Shila kepada Ar yang masih betah menunduk dihadapannya.

Ar mengangkat kepalanya melihat seorang perempuan yang kata bundanya tadi orang yang punya rumah ini. Kemudian Ar memandang bundanya, meminta persetujuan untuk menjawab pertanyaan perempuan itu.

Maryam mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Alsyad." ucap Ar dengan suara kecil, kemudian menunduk lagi.

Shila yang melihat itu dibuat gemas sendiri. Ah, sungguh anak kecil itu membuat dirinya terhibur dengan tingkahnya.

"Alsyad?" tanya Shila, ia mengerutkan dahi. Emang ada nama Alsyad?

Ar mengangkat wajah nya, sambil mencibik bibirnya.

"Bukan L tapi LR!"

"L?" goda Shila. Sebernanya ia mengerti huruf yang disebut Ar, karena Ar candel jadi huruf R disebut L.

Bibir Ar makin mencibik kesal, mata nya mulai berkaca-kaca, sepertinya anak itu sebentar lagi menangis.

"Bunda ....," rengek Ar menghambur ke pelukan sang bunda. Kemudian tangisannya pecah.

Shila merasa bersalah karena mengoda anak itu.

"Hey, maaf ya? Ante tadi cuman bercanda." ucap Shila, sungguh ia merasa bersalah.

Ar makin mengelapkan wajahnya diperut sang bunda sambil sesenggukan.

Maryam tersenyum, anaknya itu kalau digoda karena tak tepat mengucapkan huruf R. Akan menjadi sosok cengeng.

"Sayang, dengerin bunda Ante Shila tadi cuman bercanda sama Ar. Ante Shila cuman pengen kenal sama Ar merana itu, ante Shila bercanda sama Ar." bujuk Maryam.

Ar tak mendengarkan ucapan sang bunda.

Shila teringat. Ia mempunyai permen lollipop rasa stroberi. Kemaren ia dibelikan oleh bibi Mus.

"Ar, ante punya permen loh, Ar mau gak? Permen ante besar loh ...,"

Ar yang mendengar itu, merasa penasaran. Seperti apa besar permen nya itu? Soalnya ia tak pernah melihat permen besar.

Ar mengangkat wajahnya diperlukan sang bunda. Kemudian ia mengintip kearah Shila. Seketika matanya berbinar melihat permen itu. Benar kata ante Shila permennya besar.

"Wah ....," Ar kagum dengan permen besar itu, ia tak pernah membeli permen yang besar seperti itu.

"Ar mau?" tanya Shila.

Ar mengangguk.

"Kalau Ar mau, maafin ante ya?"

Ar melihat kearah sang bunda meminta persetujuan. Maryam mengangguk. Dengan segara Ar mengangguk sambil berucap "iya."

Shila menyodorkan permennya itu. Dengan seketika Ar mengambilnya dengan malu-malu kemudian memakan permennya dengan anteng.

Shila terkekeh kecil melihatnya. "Anak kamu lucu ya?"

Maryam mengangguk menyetujui ucapan Shila.

Shila menatap Maryam. Ia mau bertanya kepada Maryam tentang sesuatu yang ia pendam dari dulu.

"Maryam, bagaimana cara menghilangkan bayangan masa lalu?" tanyanya. Ia bertanya langsung ke intinya. Ia sudah lelah dengan bayangan itu, yang menyesakan ketika mengingatnya.

Maryam melihat Ar yang memakan permen dengan semangat seketika menoleh kearah majikan nya. Pikiran ia berkelana, kenapa majikan bertanya tentang masa lalu? Sebelumnya bibi Mus sudah mewanti-wanti agar tak bertanya yang menyangkut masa lalu sang majikan.

Maryam menarik napasnya sebelum menjawab pertanyaan sang majikan nya itu. "Hanya satu cara non, yaitu ....,"

Sebelum Maryam menyelesaikan jawabannya. Suara Alsi di ambang pintu terdengar.

"Non Shila, ada Tuan." ucap Alsi dari ambang pintu yang tak tertutup.

Mendengar hal itu, seketika membuat Shila memengang. Ia sudah mengerti arti Tuan itu, berarti sang suami.