24 DASAR PENGADU!

Setelah Hailee pergi dari tangga darurat tersebut bersama dengan bodyguardnya yang berbadan besar, Aileen tidak sempat lagi mengerang kesakitan ketika dia meraih ponselnya dan menggeram dengan marah saat George begitu lambat untuk mengangkat panggilan darinya.

"Brengsek! Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya!" Aileen berseru dengan kesal dan frustasi. "Apa yang sedang dilakukan oleh pria brengsek ini!?"

Butuh tiga kali panggilan bagi George untuk akhirnya mengangkat panggilan telepon Aileen dan dia sama kesalnya dengan putrinya tersebut.

"Kau tahu tidak kalau aku sedang ada dalam rapat penting!?" desis George dengan kesal. Dia harus keluar ruangan di tengah rapat karena ponselnya yang terus menerus bergetar dan ini tentu saja akan memberikan citra buruk padanya. "Apa yang kau inginkan?!"

"Diam dan jangan banyak tanya!" Aileen balas membentak George dengan sengit.

"Apa?!" George tersentak atas kata- kata Aileen yang kasar. Anak yang kurang ajar! Berani benar dia bicara seperti itu padanya!

Tapi, Aileen tidak memiliki banyak waktu untuk menanggapi hal tersebut. "Jangan banyak tanya dan pergilah ke ruang monitor sekarang juga dan hapus rekaman CCTV di tangga darurat lantai tujuh belas dan delapan belas dan juga rekaman CCTV di koridor lantai delapan belas!" Aileen berkata dengan cepat karena panik.

Hailee bilang dia akan menyimpan rekaman tersebut, itu bukan pertanda baik. Sangat amat buruk.

Apapun yang Hailee akan lakukan dengan rekaman tersebut, tentu saja tidak akan menguntungkan Aileen sama sekali.

Bagaimana bisa Hailee selicik itu sekarang? Aileen benar- benar tidak percaya dengan perubahan drastis yang terjadi pada Hailee, karena dia terbiasa dengan Hailee yang selalu memanggilnya 'kakak' dengan raut wajah polos dan tertawa dengan riang, seolah tanpa beban. Aileen membenci tawa Hailee.

"Omong kosong apa yang kau katakan!? Untuk apa aku melakukan itu?!" George tidak ada waktu untuk meladeni omongan Aileen yang tidak masuk akal ketika dia tengah berada di dalam sebuah rapat penting.

Namun, suara jeritan penuh kemarahan Aileen lagi- lagi membuat pria paruh baya itu tersentak.

"LAKUKAN SAJA BRENGSEK!"

==============

Hailee memang tidak memasak untuk Ramon, tapi dia meminta Martha untuk menyiapkan makanan kesukaan Ramon dan mempersiapkan meja untuk mereka makan malam nanti.

Dan setelah semuanya telah selesai, hal terakhir yang Hailee lakukan adalah menunggu kepulangan Ramon sambil makan makanan kecil, karena akhir- akhir ini dia cenderung selalu lapar.

Beruntungnya kehamilan pertama Hailee tidak membuatnya terlalu repot atau menderita karena ada sebagian orang yang memiliki morning sick yang cukup serius, sementara Hailee tidak memiliki itu, hanya saja dia merasa cepat lelah dan merasa mual ketika mencium bau- bau tertentu, seperti kopi.

Hailee bersenandung mengikuti lagu yang diputar di ponselnya ketika dia mendengar suara mobil Ramon yang berhenti di pintu depan. Tentu saja dia sudah hapal dengan suara ini.

Maka dari itu, dengan senyuman merekah di bibirnya, Hailee segera bangun dari sofa dan menghampiri Ramon yang baru turun dari mobil. Dia sudah tidak sabar untuk menceritakan apa yang terjadi padanya hari ini.

"Bagaimana harimu?" tanya Hailee sambil memeluk tubuh Ramon, berjinjit untuk mengecup bibirnya.

Biasanya, Ramon akan tersenyum sambil balas mencium kening Hailee dan mulai menceritakan mengenai apa saja yang dia lakukan hari itu, tapi kali ini berbeda.

Ramon bahkan tidak tersenyum sama sekali ketika Hailee menciumnya dan tersenyum dengan sumringah padanya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Hailee melakukan kesalahan lagi?

Senyum Hailee perlahan memudar ketika mendapati Ramon menatapnya dengan tajam. Ugh! Kenapa ini? Sudah lama rasanya Ramon tidak kesal padanya, jadi kali ini apa yang Hailee lakukan?

"Ada apa?" tanya Hailee hati- hati. Perlahan, dia melonggarkan pelukannya di pinggang Ramon, tapi pria itu justru menahan tubuhnya agar tetap dekat padanya.

Jadi, sebenarnya Ramon marah atau tidak?

Kalau dia marah, seharusnya dia tidak menahan tubuh Hailee dan mendekapnya seperti ini, bukan? Sikap Ramon benar- benar membuat Hailee bingung.

"Kau marah padaku?" Ada baiknya bagi Hailee untuk menanyakan langsung hal ini karena menebak- nebak sikap Ramon yang terkadang tidak biasa, bisa membuatnya sakit kepala.

"Ya, aku marah padamu," Ramon menjawab dengan singkat dan dia mempererat pelukannya di pinggang Hailee, sambil menundukkan wajahnya dan mencium bibir Hailee. Dia menggigit bibirnya dengan sedikit lebih kuat, tapi tidak sampai melukainya.

"Hei, tapi sikapmu tidak menunjukkan kau marah," Hailee protes, dia berusaha untuk menjauh dari Ramon karena masih ada beberapa orang di sekitar mereka dan Ramon memperlakukannya seperti ini.

Well, lebih baik melakukannya di kamar bukan? Maka Hailee akan membalasnya dengan senang hati…

"Aku sangat marah, Hailee." Ramon lalu menempelkan dahinya ke dahi Hailee dan memejamkan matanya.

Ini membuat Hailee dapat merasakan nafasnya yang hangat dan dia mulai menggerutu dalam hati.

Walaupun kini dia sudah mulai terbiasa berdekatan dengan Ramon. Hell, mereka bahkan telah melakukan hal yang lebih intim daripada ini berulangkali, tapi tetap saja ada saat- saat tertentu yang membuat Hailee seolah baru mengenal Ramon untuk pertama kali. Pria ini selalu bisa membuat hatinya berdebar- debar dengan tindakannya yang tidak terduga- duga.

"Kenapa kau marah padaku? Memangnya apa yang aku lakukan?" Hailee bertanya dengan suara tercekat. Ugh! Bisakah mereka pergi ke kamar saja? Rasanya pikiran Hailee sudah membayangkan beberapa hal yang tidak senonoh, yang dapat dia lakukan bersama Ramon seandainya tidak ada orang yang melihat mereka.

Ramon lalu menjauhkan wajahnya dari Hailee dan menatap istrinya dengan dahi mengernyit. "Kau meninggalkan bodyguardmu dan menemui Aileen seorang diri. Kau berada berdua saja dengan wanita itu di tangga darurat." Ramon mengatakan itu dengan sangat tegas, dapat terlihat jelas kekesalan dalam setiap kata yang dia ucapkan.

Di sisi lain, Hailee terkejut karena Ramon mengetahui hal tersebut lebih dulu. Memang dia akan menceritakannya, tapi Hailee akan merangkai kalimatnya dengan baik mengenai kenapa dia meninggalkan bodyguardnya di lobi.

Hailee lalu menoleh dan mendapati Pyro, yang tengah berusaha untuk tidak menatap ke arahnya dan sibuk membenarkan jasnya yang tidak kusut.

Dasar pengadu!

avataravatar
Next chapter