"Tengok saja."
Kapten Sean tergagap, ia merasa sedikit tidak tenang. "Kamu lihat saja sendiri, Sayang. Coba kamu lihat di kaca. Oke?"
Kapten Sean pun menerima cermin tersebut dan mulai menaut wajahnya. Baru pertama kali ia meliha, Kapten Sean sudah benar-benar terkejut tampak di pipinya terdapat sebuah jejak bibir perempuan. Warnanya merah dan Kapten Sean yakin itu karena perempuan tadi.
"Astaga, bagaimana ini bisa seperti!" Teriak Kapten Sean terkejut, hampir saja cermin tersebut ia lemparkan ke lantai.
"Pasti perempuan itu gara-garanya!" Setelah itu Kapten Sean pun lekas meninggalkan Bundanya dan menuju kamar.
Kapten Sean berencana untuk menghapus jejak lipstik yang bertengger pada pipinya. Ia tak mau Bundanya berpikir aneh-aneh sebab hal tersebut. Kapten Sean melenggang pergi dengan cepat, dirinya juga terus menggerutu kesal. Malu tentu saja ia, tak menyangka jika perempuan tadi meninggalkan jejak lipstik berbentuk bibir tepat pada kulit pipinya. Bukankah itu sedikit konyol.
"Kalau begitu, sejak tadi orang-orang melihatku dengan aneh atas dasar ini? Oh Ya Tuhan, kenapa perempuan itu harus meninggalkan jejak lipstik di sini! Memalukan!" gerutunya sedikit kesal.
Hari-hari Kapten Sean terus dihantui oleh perempuan yang meninggal jejak lipstiknya pada pipi Kapten Sean. Parfum itu juga yang melahirkan niat Kapten Sean untuk berkunjung ke gerai parfum. Ia tertarik dengan sosok yang sudah berhasil membuat dadanya berdegup kencang.
Setelah hari itu, Kapten Sean memutuskan untuk pergi ke galeri parfum yang ada di kota Semarang. Galeri Parfum itu merupakan galeri terbesar di Kota Semarang. Sebelum ia berangkat ke Korea Selatan, Capt Sean ingin membeli sesuatu di sana, rupanya parfum yang tertinggal pada serat baju. Ya ... itu adalah parfum milik perempuan itu.
Ada keinginan besar untuk Kapten Sean memiliki parfum itu. Yang pasti, kelak dikemudian hari Kapten Sean berharap bisa jumpa kembali dengan sosok yang telah meninggalkan jejak bibir pada kulit pipinya.
Kapten Sean berada di Semarang saat itu sekitar satu Minggu. Namun dua hari yang tersisa rasanya tidak cukup untuk mencari perempuan yang menabraknya dan membuat jejak berwarna merah pada pipi Kapten Sean. Alhasil, itulah jalan satu-satunya yang harus Kapten Sean lakukan.
Lain waktu, saat dirinya sudah usai tugas atau sedang berlibur maka Kapten Sean akan mencari perempuan itu. Bukan hanya untuk memakainya, namun ada satu hal yang membuat Kapten Sean begitu getol untuk mencari Saukilla.
"Selamat malam, Mas. Ada yang bisa kami bantu?"
"Mbak, saya ingin membeli parfum seperti yang ada di baju saja." Kata Kapten Sean seraya memberikan pakaian yang ia kenakan beberapa hari yang lalu.
Wajar saja aroma parfum tersebut tak hilang. Karena itu merupakan parfum mahal dengan harga fantastis. Padahal, pakaian tersebut sudah sempat dicuci.
"Oh, ini merupakan parfum favorit dari pelanggan kami, Mas. Ini adalah produk limited edition sehingga kami tidak bisa menjualnya ke orang lain tanpa seizinnya," ujar pegawai galeri parfum tersebut.
Kapten Sean tak percaya, bahkan parfum seperti itu rupanya hanya dijual khusus untuk satu orang saja. Hal itu pun memicu rasa penasaran Kapten Sean pada perempuan itu serta harga yang menyelimuti parfum tersebut.
Jika mengingat style fashion Saukilla, Kapten Sean semakin yakin jika perempuan itu bukanlah perempuan biasa.
Kalau harganya puluhan juta, rasanya itu bukan dikatakan limited edition. Tapi, jika sudah seperti ini Kapten Sean yakin harganya akan lebih dari itu. Bisa jadi sampai puluhan hingga ratusan juta.
"Kalau boleh tahu, harga parfum tersebut sekitar berapa ya, Mbak?"
"Enam puluh lima juta, Mas untuk 100 milinya."
"Enam puluh lima juta?" kata Kapten Sean mengulang. Ia sedikit terkejut akan hal itu.
Kapten Sean ternganga lebar, ia bergeleng kepala seraya merogoh kantung celananya. Ia benar-benar nekat untuk memiliki parfum itu karena Kapten Sean bertujuan untuk mencarinya di kemudian hari ketika ia sudah berada di Indonesia lagi. Memang, bukan saat ini waktunya, tapi Kapten Sean yakin ia pasti akan menemukan perempuan yang memiliki parfum termahal itu dan mengembalikan gelang jamnya.
"Berikan saya 100 mili, saya akan membayar dua kali lipat dari harga tersebut." Ujar Kapten Sean seraya memberikan debit cardnya pada kedua karyawan tersebut.
Perempuan yang agaknya penjual parfum, Ia tampak mengajak diskusi seseorang yang ada di ujung sana. Kapten Sean yakin ia akan mendapatkan parfum itu hari ini juga, bagaimana pun caranya.
"Bagaimana, Mbak. Saya akan membeli dengan harga seratus lima puluh juta untuk 100 mili parfum ini?" tawaran yang mematikan.
Kedua perempuan itu masih terlihat menimang-nimang tawaran Kapten Sean. Tapi tak lama setelahnya mereka pun mengiyakan. Parfum saffron amber xedar yang memiliki harga fantastis, sehingga Kapten Sean pun rela merogoh kocek sekitar seratus lima puluh juta rupiah.
Setelah hari itu, Kapten Sean terus membawanya ke Korea Selatan. Seperti malam ini misalnya. Kapten Sean mencoba mencium baju milik Nora Saukilla yang pertama kali ia temukan. Sayangnya aroma baju tersebut sudah tak layak untuk dihirup.
Kotor akan tanah, darah serta debu. Lepas menidurkan Nora Saukilla, Kapten Sean pun meletakkan sembarang botol parfum itu. Pria tersebut membelinya sebab merasa tenang tiap kali menghirup aroma parfum tersebut dan bertujuan untuk mencari perempuan yang sama.
"Sampai hari ini aku belum bertemu dengan perempuan itu. Semoga di lain waktu kami bisa bertemu, entahlah rasanya Aku begitu ingin menemuinya," kata Kapten Sean sendiri.
Kemudian, setelah itu Kapten Sean pun meninggalkan kamar pribadinya. Mungkin dia lupa dengan botol parfum saffron amber xedar tersebut. Sehingga Kapten Sean pun meninggalkannya di dekat bantal.
Tak lama setelah itu, Saukilla tersadar dari tidurnya. Hal yang pertama kali ia sadari adalah aroma parfum. Indera penciumannya seperti mengenali parfum tersebut, tapi ia tak tahu di mana dan kapan waktunya.
Matanya masih terpejam, tapi hidungnya seperti sedang mengendus. Nora Saukilla merasakan setiap aroma-aroma yang menembus rongga hidungnya.
"Kenapa rasanya aku seperti pernah mencium aroma parfum ini, kenapa wanginya tidak asing. Sungguh aneh memang," katanya.
"Dari mana aroma itu berasal."
"Aku suka dengan aroma ini."
"Wangi sekali," ulangnya lagi.
Kemudian tangannya tak sengaja menyenggol benda yang ada di bantal. Beruntung botol kaca itu tidak terjatuh dan Nora segera bergegas mengambilnya. Dalam setengah ingatan, Nora lamat-lamat seperti pernah melihat dan merasakan aroma parfum tersebut.
"Jadi aroma wangi itu dari sini. Apakah ini milik Ahjussiku? Aku begitu suka dengan aromanya," kata Nora Saukilla.
"Ini benar-benar tidak asing, kenapa aku seperti pernah menghirup aroma ini, Tuhan," kata Nora. Ia terus berandai-andai.
"Aku seperti pernah memilikinya parfum ini."