" A-da apa? " Tanya ku dengan nada Natural. Aku berjalan pelan sambil menuju koper ku di atas kasur.
Devan langsung balik badan, seperti biasa wajah nya hanya ditekuk. Mengingatkan ku pada masa pernikahan dulu. Judes dan dingin.
" Apa menurut mu! Tempat ini seperti rumah mu? Datang dan pergi sesuka hati?"
Glek!
tangan ku terhenti. Rupanya ia memarahi ku yang seenak nya dikediaman nya. Mungkin karena aku datang larut begini.
" Aku minta maaf! Ini tidak akan terulang" Sahut ku memang tak ingin cari perkara dengan nya terlebih disini aku menumpang. Dan bukan siapa siapa. wajar ia keberatan.
Aku kembali mencari baju tidur di dalam lipatan baju dalam koper.
" Jadi ibu yang baik. Kalau kamu masih mau merawat Adela jaga sikap mu"
Aku mengepalkan tangan mendengarnya! Tak pernah berubah, ia selalu memancing emosi ku. Menjaga sikap yang bagaimana maksud nya.
Aku hanya keluar untuk mengambil barang barang ku. Dan terlambat karena memang saat aku pergi sudah mau gelap. Tapi hanya aku ricaukan dalam hati. Percuma berdebat dengan nya. Anggap majikan sedang menegur ku dan majikan selalu benar.
" Baik, tuan" Sahut ku sambil menundukan kepala seperti para pelayan nya sering pelayan lakukan padanya.
Setelah mengganti pakaian aku segera ke kamar Adela. Ternyata anak ku sudah tertidur nyenyak sekali. Padahal aku mau mengajak nya main main dulu.
" Marissa, bisa pindahkan keperluan nya ke kamar ku?" Pinta ku sambil menyelumuti Adela yang tertidur seperti malaikat kecil.
" Keperluan apa ya Nona?"
" Adela tidur dengan ku! Siapkan saja seperti susu formula, air, popok dan lainnya" Kata ku segera gadis itu turuti.
Perlahan aku mengangkat Adela dalam gendongan. Ia langsung menggeliat dan tertidur lagi.
" Cantik. Maaf ya Mommy pergi sebentar! Lain kali Mommy tidak akan meninggalkan mu" Ucap ku sambil mengayun gadis ku itu dengan sayang. Adela mengerjap ngerjapkan matanya dengan lucu. Membuat ku tertawa kecil. Ia lalu tertidur lagi dengan mulut mungil nya yang menganga.
Setelah Marissa memindahkan beberapa keperluan. Aku segera keluar membawa Adela.
" Apa yang kamu lakukan? Dia mau dibawa kemana?"
Nyaris saja aku berteriak kaget melihat Devan di luar sana mencegat ku.
" Aku hanya membawa Adela kekamar" Sahut ku seraya terus berjalan.
" Maksud mu dia tidur di ranjang mu? Dia bisa terjatuh!! Lebih baik di dalam tempat tidur nya"
Aku berhenti dan melihat Devan sesaat. Memandang nya bingung. Kenapa pria ini lebih banyak bicara saat ini. Kemaren kemaren aku lebih nyaman kami cuek bebek, tapi aku tak mengatakan nya.
" Tempat itu lebar! Dia juga masih bayi tidak bisa gulung gulung! Aku akan menjaga nya" Sahut ku mengabaikan kekhawatiran Devan yang tak mendasar.
" Alangkah lebih baik anak tidur dengan orangtua nya! Itu bisa membuat ikatan batin lebih kuat" Kata ku menambahkan. Tapi kalimat ku sedikit harus ku koreksi.
" Maksud ku dengan Ibu nya" Aku segera berlalu meninggalkan Devan yang mungkin akan mencegah ku lagi. Aku masih penganut budaya timur. Membawa anak yang masih bayi dalam pengawasan sendiri selaku seorang ibu bukan meninggalkan nya seorang diri di dalam kamar hanya dengan menemani nya sebuah alat deteksi suara.
Itu mengingatkan ku dengan film film horor saja. Tidak bisa membayangkan kalau ada sosok sosok mengerikan tiba tiba di dekat kareta tidur bayi ku.
Kamar segera ku kunci. Dengan sangat suka cita. Adela putri ku, kuletakkan di tengah kasur.
Bayi kecilku sedikit terusik ia memberontak saat aku balut balut tubuh nya.
Setengah jam aku terus memandangi bayi mungil ini. Rasanya tak pernah bosan. Wajah nya juga ku foto dan ku video untuk sebagian aku kirim ke Susan, Nita. Papa dan Dave, aku yakin mereka akan menyukai ini.
*
*
*
Seminggu berlalu. Aku benar benar membawa Adela hanya untuk ku bahkan Jeremy sudah mulai menyukai tidur di kamar ku. Kami bertiga tidur dalam 1 ranjang. Beruntung kamar ini cukup besar seperti rumah sendiri dengan segala keperluan ada disana terkecuali makanan.
Biasanya aku akan keluar makan setelah Devan berangkat kerja. Makan malam dengan buatan sendiri sedari sore dan membawanya ke kamar. Sebisa mungkin aku menjauhi interaksi dengan Devan. Karena aku yakin dia sangat tak suka melihat ku.
Dan saat sore kadang aku membawa anak anak keluar melihat pemandangan diluar yang tentu sangat indah. Berjalan jalan di pekarangan disana yang cukup luas. Beberapa kali bertemu Max dan Mr. Bob
Seperti sore ini Max yang kebetulan mau mengurus kuda kuda nya mengajak kami ke tempat nya merawat kuda. Kebetulan Adela juga sedang tidur dan hanya aku juga Jeremy mengikuti nya. Jeremy tampak sangat antusias saat melihat kuda kuda milik Max yang sebagian sudah dewasa dan ada beberapa masih anak anak.
" Ini Lucas, Cilcilia dan ini star" Kata Max mengenalkan nama nama kuda nya pada Jeremy.
Jeremy terlihat sangat terpesona pada kuda jantan Max yang berwarna cokelat gelap. Besar dan sangat tangguh. Matanya juga tampak tajam.
Mereka berdua terlibat obrolan yang singkat. Meski masih kecil Jeremy ternyata sudah pintar berbahasa Inggris walau kadang ia perlu beberapa kali pengulangan oleh Max, dan Jeremy minta di terjemahkan oleh ku.
" Apa kamu mau menaiki Lucas?" Tanya Max pada Jeremy kemudian.
Jeremy mengangguk dengan sangat senang.
Max lalu membantu Jeremy menaiki Lucas dengan ia dibelakang nya. Bahkan saat mengendarai Lucas, Max terlihat seperti pemuda koboi yang pernah aku lihat di televisi ia cukup memiliki postur nyaris sempurna. Dengan kulit cokelat nya dan bertubuh tinggi, tegap, berwajah sedikit liar juga punya wajah yang tampan.
Selagi dua pria berbeda generasi itu mengitari perkarangan aku jalan jalan sendiri melihat pemandangan disana yang tak pernah ada kata bosan.
Ada bukit tebing yang terlihat dari kejauhan. Juga ada danau luas yang membentang. Aku yakin jika memancing atau berenang disana akan sangat menyenangkan. Air nya sangat jernih juga tenang.
Aku cukup lama disana melihat air danau sambil menyeburkan kaki ke dalam air danau yang dingin. Ini sangat menyenangkan.
Sesaat di belakang ada suara suara orang bicara dan tertawa. Aku mengenal suaranya. Semoga saja mereka tidak ke tempat ini. Rasanya hanya akan bikin suasana canggung. Ya walau aku tidak tau seperti apa hubungan Devan dengan Alea hanya saja rasanya aku tak nyaman kalau aku ada mereka tiba tiba berubah aneh. Seperti baru memginjak kotoran sapi.
Dan kali ini aku berharap mereka akan pergi setelah melihat aku disana.
Tapi ternyata salah mungkin mereka keasikan ngobrol sampai tidak menyadari ku ada disana yang duduk sambil Menenggelamkan kaki ke air.
" Alena.. Kamu disini" Kaget Alea menyadari aku disana.
" Oh. Ya.."
Aku memalingkan muka dan berdoa somoga mereka segera pergi dari sana.
" Kebetulan sekali! Bagaimana kamu juga ikut" Wanita ini malah menghampiri ku. Aku mengangkat kaki ku dan berdiri lagi. " Ikut apa?"
"Ini kan akhir pekan. Aku dan Devan mau jalan jalan membawa Jeremy! Dari pada kamu bosan kamu ikut saja gimana? Adela juga bisa liat dunia luar"
Aku melihat Alea dengan tatapan seperti mengumpat padanya "hah! Apa kamu gila!"
" Kalian saja! Jeremy perlu jalan jalan! Aku dan Adela tinggal di sini! " Tolak ku jelas tidak akan mau bergabung dalam situasi aneh bin ajaib nantinya. Bayangkan saja kamu adalah masa lalu. Lalu diminta sama sama dengan mantan plus pasangan baru nya . Itu gila! Walau tak ada perasaan yang ikut campur tetap saja akan aneh.
Kulihat Max di sebelah sana sudah sampai ke kandang kembali.
Aku segerameninggalkan Alea dan Devan disana, tanpa melihat nya lagi dan Menghampiri Max yang menurunkan Jeremy dari Lucas.
" Hey jagoan! Bagaimana? Apa kah mengasikkan!" Tanya ku setengah membungkuk menyesuaikan tinggi anak itu.
Wajah gugup Jeremy masih terlihat bersamaan rasa puas nya. " Sangat Tante... "
Ku acak rambut ikal nya itu. " Becca! Bawa Jeremy masuk! Dia akan keluar sama Papi nya" Pinta ku pada Becca, yang biasa mengurusi Jeremy.
Gadis itu berdiri dari dekat kandang kuda dan menghampiri Jeremy.
" Tante ga ikut?" Tanya Jeremy dengan sorot pedih. Memang sepekan ini selain tidur bertiga Jeremy sangat bergantung padaku.
Kulihat didepan Devan dan Alea mendekat.
" Tante ga ikut! Soal nya mau belajar naik kuda sama Om Max" Kata ku bohong.
" Jeremy tinggal aja deh kalau gitu "
" Jangan! Papi kamu mau beliin mainan baru! " Bujuk ku berharap Jeremy ikut saja! Dia perlu suasana diluar tempat ini.
Wajah Jeremy agak cemberut tapi ia tak menunjukannya pada Devan, saat pria itu mendekat.
" Jeremy sayang! Ikut kita yuk! Jalan jalan" Kata Alea dengan hangat.
Jeremy melihat ku sekilas lalu ia mengangguk meski terlihat terpaksa, lalu bocah itu menghampiri Alea dan Devan.
Ini yang kumaksud dengan suasana canggung. Ketika terjebak. Bingung mau ngapain. Aku berbalik dan menghampiri Max yang sibuk membersihkan tubuh Lucas.
" Apa kamu juga mau belajar dengan Lucas?" Tanya pria ini ternyata mendengar percakapan ku dengan Jeremy.
Kulihat Lucas yang tampak masih mempesona disana.
" Lucas. Apa kamu mau aku menaiki mu? Aku sedikit takut! Tapi aku percaya kamu akan menjaga ku kan?" Bisik ku membuat Kuda ini hanya mengerjapman mata dan memekik layak nya kuda.
" Dia bilang oke" Jawab Max sambil terkekeh.
" Well! Ini pasti menyenangkan" Kata ku seraya mengambil helm dari tangan Max. Naik kuda sebenarnya bukan hanya itu. Dulu waktu SMU aku pernah menaiki kuda di Tangerang dan cukup bisa menjalankan nya sendiri. Tapi kalau ini. Lucas adalah kuda jantan yang besar. Ada sedikit kekhawatiran.
Max membantu ku naik ke atas Lucas. Tubuh nya tinggi sekali aku sampai merasa melompat jauh ke atas tubuh binatang mengagumkan ini.
" Good Alena.. ! Apa mau aku temani? Atau menjalankan sendiri?" Tanya Max berbaik hati.
Lucas bergerak membuat ku sedikit gugup. Aku yakin kalau ia lari aku pasti terhuyung huyung seperti semut.
" Aaku bisa" Kata ku dengan yakin.
" Baiklah! Dia kuda yang baik. Oke lucas! Bawa nona cantik ini berkenalan dengan mu" Kata Max lalu mendorong Lucas ini dan itu membuat ku syok dadakan. Lucas berjalan agak cepat diluar perkiraan ku. Yang kulakukan hanya memegang erat tali dan menjaga keseimbangan tubuh. Tanpa berani membuka mata. Entah kearah mana Lucas mengarak ku.
" Buka mata Mu.. " Aku kaget ada Suara Max. Dan suara kuda lain. Setelah ku buka ternyata Max menaiki Cilcilia, kuda putih si betina yang cantik. Kedua kuda ini beriringan.
" Aku bohong kalau aku bilang berani! Tapi ini memang mengasikan" Cengir ku berupaya menjaga posisi nyaman Lucas membawa ku. Padahal memanjat cukup memberi adrenalin yang extra namun berbeda juga dengan olahraga berkuda seperti ini, salah sedikit bisa bisa ia akan membawa mu jauh, terlempar dan patah tulang, paling naas bisa merenggang nyawa.
" Rileks saja! Lucas menyukai mu! Dia akan menjaga mu aman" Kata Max membuat ku sedikit santai.
" Benarkah itu Lucas! Tolong beri aku kepercayaan kamu ya" Kata ku dengan bahasa Indonesia. Lucas hanya memekik dan kembali membawa ku berkeliling, disusul Max yang tanpa beban dibawa oleh Cilcilia.
" Apakah wanita itu istri baru Mr. Alex? " Tanya Max memelankan kaki cicilia. Ia melihat ke depan sana.
Aku melihatnya sebentar. Disana Jeremy baru masuk mobil disusul Alea. Dan mobil itu segera meningglkan perkarangan.
" Aku tidak tau! Mungkin" Sahut ku absurd, karena memang tidak tau kebenaranya. Mau tanya keorang tapi siapa?!. Sama pelayan disana jelas mereka tidak tau. Mau tanya Devan. Itu lebih konyol.
" Aku pikir kalian akur" Kata Max lagi.
Aku hanya tersenyum masam mendengar nya.
" Apakah terlihat jelas kami tidak akur?" Tanya ku juga penasaran.
" Kamu sangat jelas menghindari Mr. Alex barusan! Ku anggap itu tidak akur!"
" Yaach aku menghindari masalah! Sangat tidak nyaman tinggal dengn eks sendiri! Apalagi dia punya pasangan baru kan! " Kata ku cukup dipahami Max.
" Kenapa kalian berpisah? Aku rasa umur Adela masih beberapa bulan! "
Ku tarik tali Lucas dan kuda ini melangkah lebih luas. " Ada banyak ketidakcocokan diantara kami" Sahut ku lalu menggiring Lucas menjauhi Max. Dia bisa saja menjadi pembawa berita gossip karena terlalu banyak bertanya.
Max juga seperti nya menyusul " Seperti nya cara menghindar mu cukup membuat mu belajar lebih cepat" Goda nya lalu tertawa dan melajukan Cicilia dengan cepat.
Serasa membuat ku ingin melakukan nya juga.
" Lucas. Aku juga mau seperti Cicilia. Ayo kita kejar Max" Ucap ku mengusap kepala Lucas dan menarik tali nya. Mengencangkan pegangan kaki ku. Dengan detik itu juga Lucas membawa ku berlari kencang lurus. Aku terombang ambing di tubuh nya tapi itu sangat menyenangkan. Rasa ketakutan sebelum nya sudah lenyap sama sekali. Rasanya seperti berlari di ribuan angin. Aku di bawa kesana kemari oleh Lucas seolah benar Kuda ini sedang memperkenalkan tempat itu untuk dipersembahkan oleh ku.
" Aku suka ini Lucas. Kamu is the best" Kata ku terus memuji nya.
Seolah lupa waktu aku berkuda sampai 1 jam lebih. Dan Max sendiri kulihat ia sudah kembali lebih awal dengan Cicilia.
" Lucas memang keren! Aku pasti akan menculik nya terus Max" Seru ku sembari turun dari tubuh Lucas di bantu Max. Tubuh ku teras lelah tapi ini lelah yang membahagiakan.
" Culik saja dia sesuka mu! Bahkan seperti nya dia sudah sangat genit ingin kamu naiki terus"
Benarkah! Haha.. Lucas apakah benar seperti itu??
Kuda itu hanya bersuara rintihan seolah mengiyakan nya.
" Aku rasa kamu belajar dari pemilik mu kan!
Sekali lagi ia merintih dan wajah Max tampak memerah.
" Dia sangat menuruti mu Alena!, aku rasa dia mulai mengkhianati ku"kata Max seperti terluka.
" Itu bagus! Lucas bisa jadi milik ku" Sahut ku sembari memberi nya makan. Dan menatap mata lucas yang hitam itu dengan seksama. Dia benar benar keren. Kalau saja manusia pastilah rupanya akan sangat tampan.
" Jangan membayangkan ia itu akan jadi manusia Alena. Dia akan tetap kalah tampan oleh ku! Percaya lah." Celetuk Max membuat ku hanya terkekeh. Max cukup humoris dan aku suka itu. Apalagi sebagai teman disini. Dia jadi tidak membosankan.
" Ya kamu lah yang tertampan. Aku percaya padamu! Tapi dimana kekasih mu! Kulihat kamu hanya berpacaran dengan kuda kuda ini saja" Sindir ku sambil menerima tissue basah di tangan Max. Lalu ia memberiku sebuah apel merah.
Aku penasaran pria seperti dia tidak ada berhubungan dengan wanita, bahkan aku yakin banyak wanita yang bersedia menghangatkan ranjang nya dengan cuma cuma.
"Kuda kuda ini lebih mengasikkan dari pada berkencan" Jawab nya.
" Aku menebak kamu patah hati! Lalu mengurung diri di peternakan ini benar bukan???"
Max tertawa singkat" Itu terlalu konyol! Ngomong-ngomong! Apa kamu suka dilukis?
Lukis??
Max mengangguk dan merapikan kancing baju nya. " Begini begini aku pelukis handal"
Ck! Serius max??
Aku malah terpancing kalau benar ia mampu melukis. Di lukis merupakan sesuatu yang mengesankan.
" Kalau tidak percaya! Datang lah besok! Aku akan melukis mu.
Mendengar itu aku jadi senang dengan yakin aku menyetujui nya.
" Seperti nya aku harus kembali Max. Adela mungkin ini sudah mencari induk nya! Besok aku akan datang lagi." Kata ku sembari menepuk pundak nya.
" Tentu! Aku akan menunggu kalian" Kata Max.
Pria itu ku beri senyuman terbaik ku. Sebelum malam tiba aku kembali ke kamar. Marissa disana baru selesai bermain dengan Adela.
Bayi gempal ku langsung antusias saat melihat ku membuat rasa lelah ku langsung hilang.
*
Kulihat dijendela Devan kembali jam 10 malam. Dia kembali hanya dengan Jeremy. Mungkin Alea sudah ia antar kembali ke rumah nya.
Jeremy terlihat tertidur saat pria itu mengangkat nya.
Kalau saja komunikasi ku lancar dengan nya. Aku ingin Devan membawa Jeremy tidur di kamar ku saja. anak itu sudah terbiasa tidur dengan ku, takut nya ia terbangun dan mencari ku. Tapi biarlah semoga saja Jeremy tidak terbangun.
Tirai jendela kembali ku tutup dan melanjutkan menonton Tv sedangkan gadis gempal ku tampak asik bermain dengan mainan di tangan nya, biasa nya Adela jam segitu sudah tidur sampai pagi. Tapi malam ini ia matanya cukup segar bugar. Sampai jam 12 ia masih asik merecoki Mama nya. Sampai bosan muter muter di kamar sambil menggendong nya. Kalau saja ini siang hari. Adela sangat senang jalan jalan di luar dan akan tertidur dengan cepat.
Mungkin aku akan membawa nya jalan jalan sekeliling rumah saja. Lagian itu sudah jam 12. Tuan rumah pasti sudah tidur.
Adela ku bawa keluar kamar. Menepuk nepuk punggung nya sambil menyanyikan lagu anak anak.
Aku mengitari mension itu sekitar setengah jam. Tapi bayi gempal ku belum juga mengantuk. Rasa nya pegal juga lama lama menggendong nya tangan ku sampai kebas.
Aku duduk di ruang tamu yang hanya kami masih membuka mata sambil bercengkrama dengan Adela kudengar suara pintu terbuka. Kamar Devan ada di depan sana. Sesaat aku menjadi gugup. Apa kami terlalu berisik sampai ia terbangun. Semoga saja ia tak mengubris kesibukan ibu-anak ini.
Seperti biasa aku menundukkan mata untuk menghindari kontak dengan pemilik rumah. Pura pura tak melihat, sibuk dan sebagainya.
" Apa terjadi sesuatu dengan Adela?"
Aku terperanjat mendengar pertanyaan Devan. Ia menunggu jawaban ku di depan ku.
" Oh. Tidak. Mungkin karena tadi siang tidur nya kelamaan. Dia jadi begadang" Sahut ku sambil menatap bayi gempal ku yang ber a i u e o sendiri.
" Aku ingin menggendong nya"
Hah. Aah ya. Sebentar.
Cukup ragu aku membiarkan Devan mengambil alih Adela ke tangan nya. Saat kulit nya menyentuh kulit ku rasanya sangat tak nyaman. Aku merasa ia akan risih karena itu.
Tapi seperti nya hanya perasaan ku saja. Pria ini terlihat biasa saja.
Adela menggeliat saat di gendong Devan.
" Hey.. Sayang! Papi lama tidak ngobrol dengan mu ya.." Kata nya bicara dengan Adela.
Itu sedikit menyubit hatiku. Memang selama sepekan Adela aku miliki seorang diri. Aku bahkan lupa kalau Devan adalah Bapak nya. Lagi pula kupikir ia akan menemui Adela dengan gampang. Tapi mungkin juga karena ada aku ia mengurungkan niat untuk melihat Adela.
Adela bersuara O nyaring dengan tangan menggapai gapai hidung Devan. Seperti nya Adela juga merindukan Bapak nya. Aku mengulum senyum melihat interaksi bapak-anak ini. Entah kenapa Adela jadi hiperaktif saat bertemu Devan dan itu sangat menggemaskan. Tanpa sadar aku tertawa melihat nya dan kembali mingkem saat sadar Devan kaget mendengar tawa ku yang nyaring.
" Kalau tidak keberatan tolong jaga dia sebentar. Aku mau ke kamar kecil" Kata ku berdalih agar bisa meninggalkan Adela dan Devan berdua.
Devan mengangguk dan aku segera masuk kedalam kamar. Merebahkan diri sebentar. Bahuku rasanya sangat pegal. Apalagi jam segini sudah sangat larut. Habis main kuda tadi sore tentu juga bikin stamina terkuras.
5 menit saja! Aku memejamkan mata untuk mengistirahatkan mata biar lebih fresh.
Tapi aku keliru. Aku bukan memejamkan mata malah ketiduran 2 jam. Sontak aku langsung bangun dan mencari keberadaan Adela. Ku pikir Devan akan membawa nya ke kamar Adela sebelumnya. Ternyata dia tidak ada. Kemungkinan besar dia ada di kamar Devan.
Aku ragu dan bingung harus bagaimana. Apa aku ketuk saja? Atau membiarkan nya sampai besok. Tapi rasanya tak nyaman membiarkan Devan mengasuh Adela di jam tidurnya. Adela kadang bisa menangis kalau susu nya habis. Atau popok nya penuh.
Aku coba peruntungan menarik handle pintu.
Pintu itu tidak terkunci.
Ac yang full langsung menyesap ke kulit ku ciri khas manusia kutub ini masih sama.
" Sorry... Aku ketiduran. Apakah Adela sudah tidur.. " Kata ku sambil melangkah masuk kedalam.
Kamar itu lebih luas dengan apapun lengkap disana. Ranjang king size nya berada di pojok.
Kulihat punggung Devan membelakangi.
Apa dia tertidur bersama Adela.
Apa dia tidak berpikir Adela bisa flu kalau tidur dikamarnya, Ac nya terlalu kencang.
Aku mendekat perlahan. Dan melihat Devan maupun Adela sudah tertidur. Dengan posisi lengan Devan dijadikan Adela bantal, bahkan bayi gempal itu meringkuk dengan gemas nya. Ia mengenakan baju jumsuit bermotip belang harimau. Melihat nya melingkar seperti itu membuat ku geli sendiri.
Tangan mungil nya mendekap ke dada bapak nya. Yang mendengkur. Rasanya ada sesuatu menyusup melihat pemandangan ini.
Kalau saja kami tidak bercerai mungkin Adela bisa tidur seperti ini setiap malam dengan bapak nya.
Apa yang kupikirkan. Bahkan aku menyesali keputusan yang lalu dan semua itu sudah terjadi.
Perlahan aku naik ke kasur sana. Untuk menarik Adela. Bayi gempal ku itu rupanya cukup terganggu dengan gerakan ku. Ia menggeliat dan meringis walau masih dalam mata terpejam.
" Sssst ssssst sayang.. Ini Mommy.. Sssst ssst"
Adela rupanya terusik ia menggeliat dan menangis, membuat Devan terbangun. Aku langsung terperanjat kaget dan langsung menenangkan Adela. Menepuk nepuk pantat bawah kiri nya.
Bayi gempal itu kemudian kembali terlena dan terpejam kembali.
" Maaf! Aku ketiduran! Sebentar tunggu dia lebih nyenyak aku akan membawanya" Kata ku dengan suara kecil sambil terus menepuk nepuk si kecil.
Devan meluruskan badan nya dan turun dari kasur itu. Apa dia marah. Entah lah. Sebentar lagi Adela akan semakin tertidur.
" Tidur saja kamu disini! Sepertinya Adela akan bangun kalau dipaksa pindah lagi" Kata Devan di belakang ku.
Aku melirik Devan takut takut.
" Aku rasa kamu tidak akan suka kalau aku meninggalkan bau ku di sprei mu! Dia mudah di bujuk kalau nanti menangis lagi. Tunggu saja"
Lalu kurasakan Devan pergi dari sana. Ia masuk kekamar mandinya.
Diam diam aku melihat dekorasi kamar milik nya. Desain gayanya tetap sama. Elegan dan mewah.
Dan Adela tampak sudah sangat terlelap. Perlahan aku mencoba memindahkan nya ke tangan ku.
Huahaaa....
Ia malah menangis besar membuat ku panik dan mengembalikan nya ke sana. Bayi itu malah langsung diam dan terlelap lagi.
" What the -"
Aku langsung menutup mulut ku. Refleks karena kaget ni bayi bisa seperti itu. Apa ia tidak memikirkan perasaan ku.
Akhirnya aku pasrah membiarkan Adela tidur disana. Tapi aku bingung apakah aku akan tidur di ranjang itu juga.
" Tidur saja! Aku tidur di sofa" Rupanya Devan melihat kerisauan ku disana.
Aku menyetujui nya juga. Tapi aku belum menyiapkan susu dan popok nya.
" Sorry. Bisakah kamu jaga dia sebentar. Aku belum menyiapkan popok dan susu nya" Pinta ku ragu-ragu.
Devan tak menyahut tapi ia menyeret kembali tubuh nya kesana.
" Cepatlah. Aku sangat mengantuk" Katanya disana menggantikan posisi ku menjaga Adela. Yang saat ini memang tidak terlalu ketengah.
Digeser takut akan bangun.
Dengan cepat aku menuju kamar dan menyiapkan segala keperluan dari susu formula, dot, popok, minyak minyakan.
Tapi setelah aku kembali Devan malah sudah tertidur disana. Piyama agak terbuka. Disana bisa kulihat bekas luka waktu itu. Melihat itu membuat ku jadi sangat bersalah.
Apakah masih terasa perih. Tentu pisau yang kupakai waktu itu tajam.
Aku bergidik mengingat bagaimana pisau itu menancap kedaging segar, dengan cepat aku menggeleng-geleng melupakan kejadian mengerikan itu.
Aku membiarkan nya tidur disana dan aku di sofa.
Sekitar jam 3 aku terbangun mendengar suara tangis Adela. Ternyata dia haus. Sambil menunggu ia mehabiskan susunya aku malah tak tahan menahan ngantuk dan rasanya memejam kan mata sangat nyaman alam mimpi segera menyambut ku.