webnovel

Maria Oza Wa

cleopetra · Urban
Not enough ratings
6 Chs

BAB 5

Enjoy Reading

***

Hari ini Maria bahagia.

Kenapa?

Karena hari ini Maria mendapatkan cuti kerja.

Setelah tiga bulan kerja bagai quda, akhirnya kakek Sugiono memberinya jadwal libur juga.

Maria sudah sangat kangen dengan Oza. Cowok dingin yang menjaga stan ice cream.

Maria berniat memberinya kejutan. Siapa tahu melihat Maria yang sekarang tambah cantik dan berpenampilan sangat sosialita, Oza akan langsung menembakkan panah cinta dan mengajaknya pacaran.

Dunia khayalan memang sangatlah menyenangkan.

Maria sudah memesan Grabcar. Karena, sejak Maria menjadi model, kakek Sugiono melarangnya ngangkot lagi.

Bikin malu, katanya.

Bahkan kos-kosan Maria pun kini sudah di tinggalkan dan wajib pindah ke apartemen.

Tentu saja kakek Sugiono yang mengatur semuanya. Karena Maria tak punya pengalaman dalam mencari hunian keren.

Katanya, sebagai calon model semvak terkeren dan ter oke se-Indonesia Maria harus punya image yang baik.

Masak model papan atas tinggal di kos-kosan 9S ( Sumpek, sempit, simple, sangat sederhana sekali, selonjor saja susah )

Kan bikin pasaran turun. Katanya.

Makanya, walau lewat kreditan. Sekarang Maria punya apartemen dan otw di belikan mobil oleh kakek Sugiono.

Walau mobilnya, mobil sejuta umat. Setidaknya saat pulang kampung suatu hari nanti. Maria sudah bisa pamer mobil.

Bosnya itu walau tua dan nyebelin tapi mengerti kesejahteraan pegawainya juga.

Tinggal potong gaji dan Maria bisa menikmati jadi orang kaya yang bisa posting barang branded dan makan di restoran mahal. Walau dibelakang itu semua adalah hasil utang. Yang penting eksis.

"Mbak maria ya?" tanya driver yang sudah berhenti di depannya.

Maria mengangguk dan langsung masuk dan duduk di bangku penumpang.

30 menit kemudian mereka sudah sampai di tujuan. Maria segera turun dan berjalan ke tempat Oza bekerja. Ini kan jam makan siang, siapa tahu Oza mau di ajak ke warteg berdua, seperti saat dulu kala, saat Maria masih bekerja di butik.

"Mariaaaa?"

"Tantriiiii?" Maria langsung memeluk teman kerjanya dahulu.

Tidak terasa, ternyata dia juga merindukannya. Teman berbagi duit utangan kalau tanggal tua menghampiri. Sedang duit di dompet sudah kolaps.

"Ya ampun Maria, kamu cantik banget sekarang."

"Emang dulu nggak?"

"Dulu biasa saja, duit emang berpengaruh ya." Tantri memutar badan Maria.

"Kamu oplas ya."

"Anjirrr, enak saja. Ini masih muka asliku."

"Habis, sekarang kamu cantik. Aku fikir oplas. Heheheee."

"Di fikir oplas murah apa? Lagian nih ya, dari pada buat oplas mending buat beli rumah."

"Lah ... Memang si kakek-kakek yang bawa kamu nggak beliin kamu rumah? biasanya kalau jadi simpanan om-om gadun kan di kasih apa saja yang di minta."

"Maksudmu? Kamu fikir aku jadi simpenan kakek-kakek gitu?"

"Kamu keterlaluan banget sih. Asal kamu tahu ya, aku di sana kerja bukan jadi pelacur," ucap Maria tersinggung.

"Maaf Maria. Aku nggak bermaksud begitu." Tantri berdiri salah tingkah.

Saat tahu Maria di bawa kakek-kakek dan langsung keluar dari pekerjaannya, wajar dong kalau dia jadi berfikir yang tidak-tidak. Apalagi waktu Tantri mengunjungi kos-kosannya dan ternyata Maria sudah pindah.

Bertambahlah rasa curiga di hatinya.

Bahwa sahabatnya sudah berubah karena harta.

"Tantri ...."

Tantri dan Maria menoleh. Memecahkan ketegangan yang terjadi di antara mereka. Di sana Oza berdiri dengan senyum yang masih sanggup membuat Maria meleleh.

Jantung maria langsung berdegub kencang. Cowok idamannya datang menghampiri.

Oza berjalan dengan pasti menuju arah mereka berdua.

"Kamu Maria?" tanya Oza pangling. Dia memandang Maria dari atas hingga bawah.

"Hay Oza, apa kabar?" tanya Maria sambil mengulurkan tangannya.

"Baik." Oza menyambut uluran tangan Maria.

"Kamu sendiri bagaimana?" lanjut Oza.

"Aku juga baik." Oza hanya mengangguk menanggapinya.

"Oh ya Maria, kebetulan aku sama Oza mau makan siang bareng, kamu mau ikutan?" tawar Tantri.

"Tantri. Kamu nggak lihat penampilan Maria sekarang? Mana cocok dia makan di warteg, cocoknya ya makan di restoran."

"Oza apaan sih, biasa saja kali. Aku masih doyan makanan warteg kok." Maria membela diri.

"Oh, ya sudah ayo bareng."

Lalu mereka bertiga menuju warteg langganan.

Mereka asik mengobrol sambil menunggu es teh pesanan mereka siap.

"Kalian terlihat akrab ya sekarang." Maria memandang Tantri dan Oza.

"Astaga ... aku lupa! Kamu belum aku kasih tahu ya?" tanya Tantri.

"Kasih tahu apa?"

"Aku sama Oza sudah jadian lho."

Deg.

Seketika.

Darah seolah surut dari wajahnya.

Maria shok pemirsah.

Maria hanya diam, tidak tahu harus berkata apa?

Cintanya telah di miliki sahabatnya sendiri.

Padahal Tantri tahu kalau dia mencintai Oza. Tapi, kenapa dia tega menikungnya.

Tidakkah Tantri pernah menonton film Azab.

Azab orang yang menikung gebetan teman.

Mayatnya tergeletak di pinggir jalan. Karena tidak bisa mencapai TPU saking banyaknya tikungan.

Setelah 23 tahun.

Akhirnya Maria tahu rasanya patah hati.

Dulu waktu SMA, Maria pernah pacaran. Tapi, masih cinta monyet.

Mereka jadian buat iseng saja, putusnya juga hanya karena beda selera.

Maria suka tahu bulat, pacarnya suka tahu isi.

Karena perbedaan selera itulah mereka akhirnya putus.

Dan setelah mengalami cinta beda selera sekarang Maria mengalami cinta beda keyakinan.

Maria sudah yakin.

Oza tidak sama sekali.

Masih adakah yang lebih ngenest lagi.

***

TBC.