Setelah menutup pintu di belakangnya, Bella merasakan sakit tak terhindarkan di hatinya saat dia berjalan menyusuri koridor kosong menuju lift. Dia bisa merasakan lututnya sedikit gemetar.
Semua emosi yang telah dia pendam selama ini mulai menyiksa. Kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan. Hal itu membuat dia ingin menangis, tapi dia menahannya lagi.
Sampai di pintu masuk utama rumah sakit, Bella mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Sean. Namun, sebelum dia sempat menekan nomornya, dia mendengar suara klakson mobil dari arah tertentu.
Ketika Bella melihat mobil Sean, dia mencoba menyesuaikan ekspresinya sebelum berjalan ke arahnya. Dia tidak ingin Sean tahu apa yang sedang terjadi dalam pikirannya karena apa yang baru saja terjadi di rumah sakit, terutama tentang ayahnya yang menampar dan menghina dia secara verbal.
Bella merasa malu menyampaikan pada Sean tentang cara keluarganya memperlakukannya. Sungguh memalukan!
Support your favorite authors and translators in webnovel.com