webnovel

Pertemuan Kedua Dengannya

Teguh melirik kedua orang itu, dan berkata dengan santai, "Saya juga telah dirugikan oleh anak perempuan anda! Dia membuatku tidak tidur semalaman, dia memaksaku tanpa henti"

Dahi Tuan Danis berkeringat dingin. Dan pria yang menawan itu melanjutkan: "Sehingga saya tidak bisa pergi ke pertemuan penting hari ini, dan saya langsung kehilangan 2 miliar karenanya!"

"Tuan Teguh, maafkan saya karena telah menyebabkan masalah dan membuat anda merugi" Tuan Danis menelan ludah, lalu diam-diam menatap Zevanya yang berada di samping.

"Lihat apa masalah yang disebabkan oleh anak emasmu ini!" Zevanya belum memahami keberadaannya dalam situasi ini, dan Teguh telah menutup pintu.

Dia menggertakkan gigi dan melangkah maju untuk mengetuk pintu, tetapi Tuan Danis menghentikannya, "Hei nyonya!, Tuan Teguh adalah Presdir Sampoerna! Apa kau tau itu!!"

"Sampoerna? kerajaan komersial terbesar di seluruh Jawa?" Tangan yang diangkat oleh Zevanya diturunkannya secara perlahan, dan suara Tuan Danis terdengar lagi.

""Aku tidak akan bisa menikahi keponakanmu! Aku tidak punya keberanian untuk menikahinya! Wanita yang telah disentuh olehnya."

Tuan Danis pergi dengan sangat cepat, dan di lain hari, dia masih harus menjelaskan secara spesifik bahwa masalah Maylinda itu tidak ada hubungannya dengan dia.

Namun, ini juga tergantung pada sikap janggal Teguh terhadap Maylinda. Sangat disayangkan untuk memikirkannya. Dia telah melihat keindahan sepanjang hidupnya, tetapi sangat jarang untuk bisa bertemu yang secantik Maylinda.

Zevanya ditinggalkan di luar pintu, berdiri sendiri, takut, kebingungan, dan tidak tahu harus melakukan apa. Tapi dia kemudian memikirkannya, "Latar belakang keluarga Tuan Teguh sangat hebat, mengapa dia ingin bersama Maylinda?"

Di kamar suite itu, di seberang pintu, Maylinda menatap Teguh, bibirnya bergerak ingin mengatakan sesuatu namun sayang ia jadi membisu.

Teguh menatapnya dan melihat kakinya yang terluka, "Pergi dan duduk di sofa, aku akan meminta dokter untuk membalut lukamu." ucap Teguh dengan tegas.

Dia tidak tinggal di sini untuk perjalanan bisnisnya malam ini, tetapi anehnya, dia menginap satu malam lagi. Dia tanpa sadar sebenarnya sedang menunggu gadis yang tidur dengannya tadi malam.

Kejadian barusan membuat Maylinda sedikit kesal. Jika Desi yang terpaksa menggantikan posisinya untuk menikahi Tuan Danis, dia merasa sedikit menyesal atas apa yang dilakukannya tadi. Dia mengerutkan kening dan menyadari bahwa dia sebenarnya sedikit peduli pada adiknya itu.

Ini membuatnya sedikit tidak bahagia. Maylinda menggigit bibirnya, kemudian ia berjalan dengan hati-hati karena luka di kaki nya, dan melihat ke arah pintu dengan perasaan tidak nyaman.

Teguh memahami kekhawatiran Maylinda, jadi dia tidak mengatakan apapun tentang apa yang terjadi barusan, tetapi hanya duduk di sofa di seberangnya. Dengan postur tubuh yang baik, dia duduk dengan kakinya yang tumpang tindih serta tangannya yang disilangkan di depan badannya, segala tindakannya sangat elegan dan enak dipandang.

Dia mengambil ponsel di samping dan menghubungi Mario, "Temukan ahli bedah untukku, aku ingin ahli bedah yang terbaik! Yang terluka ada di bagian telapak kaki, dan bekas lukanya tidak terlalu indah. Aku membutuhkannya segera!"

Mario sedikit terkejut, "Apakah kamu terluka?". "Hei, Mario. kamu tidak perlu menemukan gadis itu untukku! Dia bersamaku." Teguh tidak menjawab secara langsung, dan menutup telepon setelah mengatakan hal yang ingin dia katakan..

Melihat mata Maylinda, dia tersenyum tipis, dan mencondongkan tubuh ke dekatnya, "Selain tidur denganku, kau juga telah menggigitku , kau belum melupakannya bukan!"

Maylinda mengangkat kepalanya dan menatapnya, ia hampir tidak bisa bergerak dibuatnya. Beberapa saat kemudian, Mario telah sampai di kamar suite Teguh, telah lama ia mengamati mereka dan melihat kalau yang terluka sebenarnya adalah Maylinda.

Dalam keadaan linglung, Teguh memanggil Mario dan mengatakan "Kamu datang ke sini juga, panggil pengacara segera!"

"Pengacara? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sebelum aku sampai." yang memenuhi benak Mario. Kemudian Mario menggelengkan kepalanya keheranan dan segera menghubungi seseorang. Setengah jam kemudian, ahli bedah dan pengacara telah sampai di kamar suite itu.

Ketika Mario melihat Zevanya, matanya hampir copot karena tidak percaya apa yang dilihatnya. "Teguh sedang mencari wanita tua ini?" pikirnya.

Sesaat kemudian, dokter langsung menangani luka Maylinda. Bahkan dalam keadaan yang buruk dan jahitan di kakinya, Maylinda masih terlihat sangat cantik. Teguh tertegun melihatnya, dengan sedikit cahaya yang menyinarnya, dia melihat seorang gadis dengan rok berwarna tinta yang sedang duduk di sofa sutra yang berwarna biru tua. Gaunnya yang indah menutupi bahu nya, mencapai pinggang, menutupi setengah dari tubuhnya, hal seperti itu saja sudah cukup untuk menjadikannya sangat cantik.

Zevanya melihat beberapa orang yang datang, bibirnya bergerak, tetapi pada akhirnya dia tidak berani berbicara, kata-kata Tuan Danis masih mengejutkan semua orang..

Mario perlahan menutup pintu, dan dokter sudah berjalan ke Maylinda dan tahu apa yang sedang terjadi hanya dengan pandangan sekilas.

"Tuan Teguh" sapa dokter itu. Dokter itu telah mengenal Teguh sejak ia masih kecil. Ia segera mengangguk dan kemudian berjongkok untuk memeriksa luka May. Kemudian ia melihat ke arah Maylinda dan tersenyum sambil mengatakan, "Mungkin akan sedikit sakit saat lukanya dibersihkan, tolong tahan sebentar saja."

Maylinda menggigit bibirnya dan berkata bahwa suasana hatinya sedang rumit saat ini. Ada kecemasan dan beberapa rasa tersanjung, yang membuatnya tampak seperti burung yang ketakutan.

Dokter membuka kotak obat yang dibawanya, dia memegang kaki kecilnya dan membersihkan lukanya terlebih dahulu. Meskipun usianya lebih dari 40 tahun, dia memiliki keluarga yang bahagia dan dia adalah orang yang jujur, tetapi memegang kaki gadis yang begitu cantik, hatinya masih tidak bisa menahan gemetar. Ini bukan tentang usia ataupun statusnya yang berkeluarga, tetapi naluri seorang pria, yang disebut detak jantung.

Teguh menatapnya dengan ringan.Dokter dengan cepat mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi untuk merawat lukanya. Meskipun ia terlihat seperti wanita yang tangguh, dia juga kesulitan untuk menahan rasa sakitnya. Maylinda masih mengerutkan alisnya dengan rasa sakit dan tersentak pelan.

Mario menatapnya sebentar, dan kemudian melihat ekspresi yang agak tidak wajar dari atasannya itu, dia mungkin menebak pikiran gelapnya dan tidak bisa menahan untuk tersenyum. "Gadis yang begitu cantik memang" pikir Mario.

Setelah membersihkan lukanya, dokter menutupinya dengan kain kasa tipis, lalu menatapnya dengan hangat, dengan sedikit tersenyum dokter itu mengatakan, "Kamu tidak bisa menyentuh air, ini akan membaik dalam dua hari!"

"Terima kasih!" Maylinda berkata dengan lembut.

Dokter tersenyum dan tidak berbicara dengannya lagi, tetapi berdiri dan berkata, "Tuan Teguh, lukanya tidak serius, jadi saya akan pergi dulu. Jika memungkinkan besok, pergilah ke rumah sakit untuk mengganti perbannya, atau saya bisa datang!"

"Mario akan menelponmu ketika waktunya tiba!" Teguh berkata dengan enteng. Begitu dia berkata, Mario tahu bahwa dia punya tugas baru yang harus dilakukannya.

Setelah dokter pergi, suasana menjadi sedikit sunyi dan aneh, Maylinda duduk sangat tidak nyaman, tidak tahu harus berkata apa. Teguh memberi isyarat kepada pengacara untuk duduk, dan ia duduk tepat di seberang Maylinda, dengan nada lembut ia berkata, "Anda ingin bertemu dengan saya, apakah ada yang salah?"

Maylinda mengangkat matanya, dan matanya sedikit linglung. Bagaimana mungkin orang seperti dia gagal menebak niatnya, dan keduanya tampak seperti seseorang yang dekat dengannya, dan yang lainnya tampak seperti pengacara.

Dia tetap diam, namun Teguh melanjutkan perkataannya, "Seseorang membuatmu malu, kan?" Dia mengangguk keras, kemudian dia tersenyum tipis lagi, "Jika kamu mau, kita bisa menandatangani kontrak"

Dia perlahan berkata, "Aku membelimu, dan kamu bisa mengatakan sebanyak yang kamu butuhkan!" Meskipun dia berharap dia akan membuat permintaan seperti itu, dan ini adalah tujuannya, Maylinda merasa ragu akan apa yang sebaiknya ia putuskan.

"Bisakah Tuan Danis takut pada orang seperti itu? Bisakah dia membeliku seperti ini?" benak May penuh dengan pertanyaan yang tak bisa ia ungkapkan.

"Tentu saja kamu juga dapat memilih untuk pergi." tubuh Teguh dengan santai bersandar, dengan nada bicaranya yang acuh tak acuh.

"Dia bukan seorang dermawan, jika dia tidak mau, maka dia tidak akan peduli tentang semua yang dia lakukan. Kebaikannya pasti bersyarat, dia pasti menginginkan sesuatu sebagai imbalan" Maylinda hanya bisa berkata dibenaknya tanpa mengatakannya.

Setelah memikirkannya, tangan kecil Maylinda terkepal erat.Pada saat itu, dia memikirkan ayahnya terbaring di rumah sakit, dan penganiayaan tanpa akhir yang dilakukan Zevanya.

Jari-jarinya menancap jauh ke dalam kepalan tangannya, dan kuku merah mudanya menjadi sangat pucat, pada akhirnya ia merasakan rasa sakit. Tiba tiba ia mendengar suara samar yang kabur, "Kamu harus menyingkirkan kebiasaan burukmu itu, kalau tidak menurut mungkin dokter harus datang lagi."

Maylinda akhirnya kembali ke akal sehatnya, lalu menatap Teguh dengan hangat, dan terdapat sedikit senyum di matanya.

Next chapter