Setelah membiarkannya membereskan barang bawaanya, Teguh mengajak May untuk makan malam saat itu juga. Para juru masak yang biasanya membuatkannya makanan telah menata rapi hidangan yang terlihat sangat lezat di meja.
Tak lama kemudian, May telah selesai dengan kegiatannya membereskan pakaian dan barang barang yang ia bawa dari rumah bibinya.
Mereka segera menuju ke meja makan dan bergegas untuk menyantapnya. Meskipun ini bukan pertama kalinya ia makan dengan Teguh, May masih merasa canggung dan grogi hingga ia menjatuhkan mangkuknya ke meja. Teguh yang melihat hal itu berakhir sedikit menggoda May.
Ia tidak pernah menyangka wanita pertama yang akan datang ke kehidupannya adalah gadis muda yang polos dan sangat menggemaskan.
Gesturnya seakan mengatakan, "Benda ini bernilai lebih dari 100 juta." Maylinda mengakui bahwa dia sedikit terkejut mendengarnya. Dia tertegun sejenak, dan kemudian dengan hati-hati dan ragu-ragu untuk meletakkan benda itu.
Di satu sisi, Teguh senang dengan melihat ekspresinya yang seperti itu, menurutnya itu terlihat imut. Di dalam hatinya, dia harus bersikap tetap tenang. Namun, disisi lain, melihat perilakunya yang seperti itu, membuatnya mengerutkan kening dan tetap duduk di sana. "Apa kau ingin mengganti mangkuk makananmu hanya karena itu mahal?."
Maylinda menghela nafas, dia sudah mengambil mangkuk yang tadi sempat ia jatuhkan ke meja. Awalnya dia gunakan itu untuk makan, namun ia mendorong mangkuknya ke arah depannya. Ia hanya tak habis pikir.
Melihat cara dia menghabiskan uangnya untuk makanan dan perkakas dapur yang harganya fantastis ini, membuatnya berpikir itu agak sedikit bodoh dan hanyalah suatu pemborosan, sejenak ia melupakan fakta bahwa Teguh adalah pria yang sangat kaya raya.
Saat keadaan menjadi hening, pandangan May menjadi teralihkan,se saat ia sedang menatap bibir Teguh yang sedang saling menempel karena kunyahnya. "Itu terlihat sedikit menjijikan, namun aku masih ingin memakan bibirnya." Bibirnya terlihat merah ranum ketika sup hangat yang dihidangkan menyentuhnya. Betapapun ia berpikir kalau itu terlihat menjijikan, ia masih memikirkan bagaimana dia masih ingin menciumnya malam itu, dia merasa ini sama sekali bukan masalah.
Teguh mengambil beberapa gigitan dan melihat Maylinda yang tidak menggerakkan sendoknya, alisnya yang tampan sedikit terangkat, "Bukankah kau perlu menambah berat badan saat ini? Kenapa kau hanya menatap makananmu?"
Maylinda sedikit ketakutan, melihat mangkuk yang penuh dengan ayam suwir dan jamur shitake, gambaran yang ada di benaknya berubah menjadi seperti ini. "Seekor kelinci putih kecil diberi makan oleh serigala jahat besar dengan putus asa, dan akhirnya ia dimakan dalam satu gigitan."
"Cepat makan, jangan memikirkan hal yang tidak perlu." Nada suaranya turun sedikit, seolah dia tidak puas dengan godaan yang diberikannya. Maylinda tidak berani memikirkannya lagi, sehingga ia langsung memakan makanannya dalam suapan kecil.Teguh melihatnya sebentar tanpa berkata apa-apa.
Setelah makan, tubuhnya yang secara reflek mencuci mangkuk yang digunakannya tadi. Setelah mencuci, dia melihatnya duduk di sofa untuk menangani urusan bisnisnya. Maylinda berpikiran agak konyol. Dia sepertinya terlihat sangat sibuk.
"Untungnya, dia sibuk." pikirnya diam-diam di dalam hatinya. Tapi sesibuk apapun dia, Tuan Teguh juga punya waktu untuk menggoda hewan peliharaan barunya.
Teguh adalah pria yang bisa mengendalikan nafsunya. Jika dia tidak bisa menahannya, dia akan tahu betapa bahagianya dia mendapatkan hewan peliharaan yang kecil dan imut itu, dan bagaimana dia menjadi tidak sabar untuk bermain dengannya! ! !
Bisa saja hanya dengan berlalu lalang di depannya yang sedang sibuk menatap layar laptop sedari tadi, May sudah mampu menarik perhatian Teguh. Ia terlihat seperti anjing kecil yang mengibaskan ekornya kesana kemari karena kegirangan. Sejujurnya Teguh juga merasa ia ingin sekali memangsa peliharaannya yang imut itu.
"Tapi sekarang aku hanya bisa memikirkannya, dia sedang menstruasi, jadi jangan coba coba untuk menakuti dia. Aku tidak bisa melakukannya malam ini" Teguh hanya bisa menahan dirinya yang menyimpan keinginannya sendirian.
Ia mencoba untuk tidak memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh May, namun usahanya tetap gagal. Betapapun ia mencoba untuk fokus dengan pekerjaan yang sedang dihadapinya sekarang, ia selalu gagal.
Teguh dapat merasakannya berjalan-jalan di dalam apartemen mewahnya, terdengar seperti ia yang sedang mandi dengan membawa piyamanya, dan terkadang ia juga menggunakan pengering rambut yang suaranya samar terdengar hingga ke tempat kerjanya.
Perlahan, dia merasa sedikit kebingungan karena hal kecil yang dilakukan May membuatnya tidak bisa fokus, hingga pekerjaannya sudah tidak menarik lagi, akhirnya dia berdiri dan berjalan menuju kamar tidur.
Maylinda duduk di tempat tidur, dengan rambut hitam panjang di satu tangan, dengan sedikit surai rambut di atasnya, tergantung di bahunya. Memegang pengering rambut dengan satu tangan dan meniup rambutnya dengan saksama, ketika dia membuka pintu, dia terkejut dan menatapnya.
Kakinya bergerak gelisah, mata Teguh tertuju pada kaki putihnya karena bawahan piyamanya sedang digulung, gadis itu terlihat sangat menggoda hingga dirinya kebingungan.
Hanya dengan melihat kakinya yang terlihat putih dan indah, Teguh kesulitan memalingkan pandangannya. Dia merasa terpesona olehnya, dia hanya berpikir bagaimana bisa dengan sedikit kulit yang terlihat gadis itu bisa membuatnya tak bisa berkata kata lagi. Dia hanya menatapnya dalam waktu yang panjang.
Merasakan tatapannya, Maylinda buru-buru menarik piyama untuk menutup kakinya, lalu ia menurunkan pandangannya kemudian ia ingin bangun dari tempat tidur, tetapi ketika dia menyentuh tanah, alisnya berkerut, ia merasakan sakit di telapak kakinya. Mungkin Itu adalah hasil yang didapatnya karena telah berjalan seharian untuk bekerja dan mengambil barang barang dari rumah bibinya.
Teguh berjalan dan berdiri di depannya, namun hal itu membuat Maylinda sangat kesal, karena takut apa yang akan dia lakukan. "Duduklah!" Suaranya sedikit serak, dan juga berisi.
Jika Maylinda tahu lebih banyak tentang cinta pria dan wanita, dia akan mengerti bahwa itu adalah tanda kasih sayang seorang pria. Teguh hanya ingin memeriksa kakinya, namun perasaannya menjadi campur aduk. Ia merasa sedikit kebingungan dan ketakutan pada waktu yang sama.
Dia sedikit takut, tetapi dia tidak berani menentangnya dan duduk dengan patuh. Teguh duduk di sampingnya, mengulurkan tangan dan memegang salah satu kaki kecilnya hingga diletakkannya di pangkuan nya.
"Ada yang lecet." Dia menatap luka lecetnya yang terlihat seperti kacang kuning kecil yang putih dan transparan itu dan berkata dengan ringan.
Maylinda berteriak saat Teguh merasa ingin menyentuhnya, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, "Jangan"
Teguh melihat wajah kecilnya, lalu melihat ke kaki kecilnya, "Maylinda, kamu bukan anak kecil!"
Teguh menjadi lebih gemas karena teriakannya, ia tak memperdulikan May yang sedari tadi mengernyitkan alisnya karena menahan sakit.
Menurut Teguh luka lecet ini hanyalah hal yang sepele, namun untuk May yang memang tidak bisa menahan rasa sakit melihat ini sebagai luka yang menyakitkan untuk dirinya.
Meskipun usianya yang sudah menyentuh dua puluh tahun, ia tetap merasa seperti anak kecil karena ayahnya yang selalu memanjakannya dengan kasih sayang yang melimpah.