webnovel

Make Your Choices membuang atau di buang? apa pilihanmu?

jujur pada diri sendiri atau pada orang lain? menjalani hidup bahagia tanpa memikirkan hari esok atau berusaha menjalani hidup sesuai rencana agar ambisi terwujud? dua saudara perempuan, dengan sifat yang bertolak belakang, sang kakak dengan sifat seriusnya, cerdas, dingin, disiplin, mandiri, namun tak suka bergaul. dan adik yang periang, manja, pandai bergaul, keduanya di hadapkan pada masalah yang sama. yaitu perceraian kedua orang tua mereka. hidup seperti apakah yang akan mereka jalani? mampukah keduanya mendapat happy ending? simak kisahnya,,,

Erna_Rubbi · Teen
Not enough ratings
7 Chs

Rosela Wibowo

Rosela POV.

aku Rosela Wibowo, berasal dari keluarga priayi yang menjunjung tinggi kasta dan tradisi, budaya.

19th yang lalu aku di jodohkan oleh kedua orang tuaku, saat itu aku masih umur 20th, masih kuliah jurusan ekonomi. meski orang tuaku tak mengijinkan aku kuliah, tapi aku tetap keras kepala untuk kuliah. keberuntungan berpihak padaku, ayah ku terlalu menyayangiku, hingga apapun Mauku selalu di turutinya.

namun itulah penyesalan ku, jika aku selalu menuruti keinginan ibu, mungkin aku bisa menolak perjodohan ini. karena

aku mempunyai kekasih. Hermawan ignatius meskipun dia juga berasal dari keluarga yang berada, namun ayah dan ibuku tak menyetujui hubungan ini. alasan pertama, beda keyakinan, yang kedua aku sudah di jodohkan dan tak berhak menolak karena selama ini aku selalu mendapat kan yang ku mau. jadi ibu dan ayah ku kali ini memaksaku untuk tetap menikah dengan pilihannya.

Wisnu tri Anggono, dialah yang akan di jodohkan dengan ku. putra dari sahabat ayahku, pemilik kebun kelapa sawit yang cukup besar di Jambi. dan Wisnu, di usianya yang ke 23 baru saja lulus sarjana ekonomi tapi sudah memiliki saham di perusahaan minyak di negeri Jiran Malaysia.

jika pernikahan ini di awali kebencian itu masih lebih baik, tapi hubungan ku dengannya sangat hambar, hanya kesepakatan dan formalitas, penuh kebohongan.

setelah pernikahan selesai aku dan dia memutuskan untuk tak serumah dengan orang tua. dia sudah memiliki rumah di sebuah kota, yang tentunya sangat kota tersebut jauh dari lokasi orang tuaku ataupun orang tuanya.

aku tak heran dengan rumah yang akan kami tinggali, wajar jika mewah bak istana, karena dia juga dari keluarga berada.

pertama kali menempati rumah itu, hanya ada aku dan dia, serta pembantu yang pulang saat menjelang sore.

waktu berlalu begitu cepat, kedua belah pihak keluarga menginginkan keturunan mereka, tapi gimana mau ada, Walau serumah, tapi kami sangat jarang bertemu. aku sibuk ngejar S1 ku, dan dia sibuk bolak-balik Malaysia, atau Jambi, meski 1th pernikahan kami, kami Sangat jarang ngobrol bertemu aja jarang, apa lagi duduk berdua hanya untuk mengobrol.

sejak pernikahan ini terjadi, sejujurnya aku sudah menyerah untuk cintaku, hatiku sudah mati sejak aku memutuskan untuk menuruti kemauan kedua orang tuaku. dan sebenarnya aku ingin memutuskan untuk hidup mengikuti alurnya. tapi Wisnu selalu sibuk, dan aku tak peduli, tak berharap cinta darinya, hingga tuntutan cucu itu, aku memutuskan masuk ke kamarnya.

tok...tok....

"masuk!"

ucapnya. saat ku buka kamar itu, si empunya kamar masih sibuk dengan komputer nya, dan aku menjumpainya dengan mengenakan baju kimono, yang tipis menerawang, di balik kimono itu aku memakai lingerie sexy, yang siap membuat gempa nakas yang terlihat sepi dan dingin itu.

"woy! istirahatlah sejenak! tidak usah terus-terusan sok sibuk, tidak rugi kalau kamu hanya istirahat satu atau dua jam."

tanpa menoleh dia menjawab,

"sebentar 5menit lagi."

belum Lima menit, dia sudah selesai dan akhirnya dia melihatku.

sebenarnya aku gugup malam itu, itu kali pertama ku, dan aku akan melakukannya dengan orang yang tak kukenal. dan hebatnya aku pula yang mengajaknya. yah begitulah aku sudah membuang hidupku. tak lagi mengharapkan apapun.

"ada perlu apa?

/"tak usah formal, kita suami istri Sekarang, meski aku belum pernah dan tidak minat mengenalmu, aku bersedia melakukannya denganmu."

"hmh! terus terang sekali."

/"sudahlah, kita buat kesepakatan! mulai sekarang kita jalani saja kehidupan palsu ini, yah walau aku harus menjadi ibu sungguhan, jika waktunya tiba, kau boleh ceraikan aku dan nikahilah wanita yang kau sukai, dengan catatan kedua orang tuaku sudah tiada."

"tidakkah itu terlalu kejam? mengingat lantaran kedua orang tuamu lah kamu dapat bernafas di dunia ini?"

ucapnya sambil berjalan ke arah ku, ia duduk di samping ku, di ranjang miliknya.

"untuk putri priayi, kau cukup arogan! ngomong-ngomong, kau ingin mulai dari mana?"

tanyanya membuat ku berdebar ketakutan, nervous, bercampur jadi satu. suara bariton itu menusuk telinga hingga seolah tembus ke jantung dan membuat debaran asing di dadaku.

"terserah! kita sudah sah! jadi kau bebas melakukannya!"

jawabku sekenanya, sambil menahan rasa yang berkecamuk di dalam dadaku.

"hmmm,,, baiklah,

ucapnya semakin mendekat ke telinga ku, tenggkuk ku mulai dingin, perasaan asing ini membuat ku ingin meledak rasanya. ingin aku mundur, tapi aku terlanjur maju, pantang bagiku menyerah kalah, otomatis mindset pikiran ku, seperti sedang bertaruh dengannya.

"haruskah aku mulai dari bibirmu dulu? atau langsung berpetualang di bukit kembar mu mencari Cherry?"

bisiknya mesum di telinga ku. reflek aku melotot kaget, tak mengira pria yang gila kerja ini bisa berlaku mesum, ntah berapa gadis yang sudah menjadi korbannya.

"kau?! Kenapa kau.. hmphm"

seketika dia melahap bibir ku, memainkan lidahnya didalam mulutku.

aku meronta, namun tenaganya begitu kuat,

"hmmphuah,, huh huh,(ngos-ngosan nggak bisa bernafas)

"kau, apa yang kau.."

/"tentu saja memanasi mesin! kau sudah putuskan untuk memberikan cucu untuk para orang tua itu, dan sekarang kau tidak bisa mundur lagi."

bisiknya lagi, tanpa ragu dan takut lagi aku mengikuti permainannya. inchi demi inchi dia menikmati dan menjelajahi tubuhku, tak ada yang luput dari lidahnya, permainan nya sangat di ragukan jika itu kali pertama baginya. tapi terserahlah toh itu bukan urusan ku. hingga waktu terus berlalu akhirnya putri pertama kami lahir, Karuna Respati. itulah nama yang ia berikan.

dan tahun-tahun terus berlalu, hingga aku melupakan kesepakatan itu, karena tanpa kusadari aku tenggelam dalam kebahagiaan semu ini. hingga suatu hari, saat Karuna menginjak usia 9tahun, tiba-tiba Wisnu mempertanyakan anaknya. berawal dari kesalahpahaman,

saat itu Hermawan datang ke rumah kami, dia mampir untuk memberikan undangan reuni kampus, sayang nya dia datang malam hari, saat Hermawan pergi, kebetulan Wisnu pulang, dan parahnya mereka hanya papasan mobil, terjadi lah keributan itu.

"siapa tadi yang datang?"

/"kawan lama."

"laki-laki atau perempuan?"

/"laki-laki. kenapa? tumben sekali banyak tanya?!"

"mantan kekasih mu?"

/" iya!"

dari nada tanya yang meluncur dari mulut nya aku bisa merasakan sebuah perasaan curiga yang tersirat. dan benar saja ,

"lain kali kalau mau selingkuh jangan di rumah! ingat kita sudah punya dua putri! itu akan berpengaruh buruk bagi mereka!"

ucapnya pedas tanpa Tabayyun mencari tau lebih jauh kenapa dan ada keperluan apa.

aku yang marah, tidak menjelaskan apa-apa padanya, aku tak ingin menimbulkan keributan malam.

"baiklah!"

jawabku singkat. ku pikir akan berakhir, tapi ternyata tuduhannya semakin jauh melebar.

"sejak kapan kau menjalin hubungan lagi dengan nya?"

/"bukan urusanmu!"

"lalu... anak siapa Karuna sebenarnya?"

/"kau bicara nglantur apa? kita yang bikin yang anak kitalah?!"

"besok pagi aku mau tes DNA!"

/"kau keterlaluan! sehina itukah aku di matamu?! tak perlu kau tes DNA, sejak hari ini kau meragukannya dia bukan anakmu lagi! Karuna bukan anakmu! puas!!"

ucapku sambil pergi menghentakkan langkah kakiku jengkel, namun tiba-tiba terhenti kala melihat karuna yang berdiri di balik tembok pembatas, ku yakin pasti Karuna mendengar perkataan itu. aku mengabaikan nya, karena ku pikir dia masih kecil untuk mengerti ucapan itu.

persetan dengan kesepakatan, pada akhirnya perasaan ini mulai menguasai dan mengambil alih otakku. hati ini hancur karena prasangka nya.

aku tak pernah tau gadis seperti apa yang dia suka, tapi aku hanya yakin tak mungkin dia tidak punya gadis yang ia cinta sebelum di jodohkan denganku mengingat diriku saja punya orang yang ku cinta, kupikir dia sama. aku tak pernah sedikitpun mencampuri urusan nya, kehidupannya, tak pernah aku bertanya, siapa, dan kemana. terlebih saat aku mulai punya anak pertama ku, aku hanya menikmati peranku sebagai ibu, bagiku hanya itu yang nyata di hidupku.

semenjak kesalah pahaman itu, sikap Wisnu terus saja dingin, itu menyiksaku, saat itulah sandiwara yang sesungguhnya, sandiwara yang menyiksa batinku ku lakukan tahun demi tahun, hingga aku tak tahan lagi, dan merealisasikan selingkuh yang sesungguhnya. Karuna tumbuh menjadi gadis remaja yang cerdas, pendiam kharisma nya sangat mirip Wisnu. aku memanfaatkan kecerdasan Karuna untuk membuat kehancuran keluarga yang dramatis ini.

tak kusangka sekarang aku sendiri yang hancur. Wisnu membawa pulang wanita itu, yang ku rasa sudah ia nikahi sebelum dia menikah dengan ku.